Chapter 27 - Dia Menghilang

10K 554 1
                                    

"Kak, aku pengen pulang." Ucap Tiffany pelan dia sudah merasakan hawa yang tak enak disini. Darrel melepas pelukannya, dia menatap Tiffany sebentar. Lalu mengembuskan napas seraya mengangguk.

"Ayo, biar gue anter."

Selama perjalanan pulang menuju rumah Tiffany. Tak ada suara sama sekali. Darrel sebenarnya ingin berbicara, tetapi ia bingung.

"Gue ga maksa lo, tapi, kasih gue jawaban yang pasti Tif. Mungkin lo bakal berubah pikiran." Ucap Darrel sebelum Tiffany keluar dari mobilnya.

Tiffany hanya menjawab dengan anggukan, dia tersenyum kecil lalu keluar dari mobil Darrel. Darrel segera melajukan mobilnya menuju rumahnya.

Dia tak memikirkan keadaan di rumah pohonnya, mungkin teman-temannya lah yang akan membereskannya. Teman-temannya juga pasti merasakan perasaan Darrel kali ini.

Setibanya di rumah, tanpa pikir panjang Darrel menuju kamarnya. Membiarkan dirinya untuk berpikir sejenak dan membungkus dirinya dengan selimut. Bodo amat dengan baju yang belum dia ganti.

Apa gue terlalu terburu-buru.

Tapi, beberapa bulan deket sama Tiffany apa ga cukup lama.

Atau dia belum percaya sama gue, karena gue itu player?

Suara ketukan pintu membuat Darrel keluar dari selimutnya. Pintu kamarnya memang sengajad ia kunci, karena dia memang sedang tak ingin diganggu.

"Rel, lo gapapa?" Tanya ketiga temannya dari luar.

"Iya, iya gue baik-baik aja!" Jawab Darrel dengan suara seraknya.

"Kalo gitu kita ke kamar Damar ya!" Ucap salah satu dari mereka, yang tak terlalu jelas didengar oleh Darrel karena sekarang kepalanya sudah dia tindih dengan bantal.

Yang harus ia lakukan hanyalah tidur, melupakan semua kejadian hari ini, dan memulainya besok.

***

Darrel sedang bercermin sekarang. Menata rambutnya berulang kali sejak sepuluh menit yang lalu. Dia sudah bersiap dengan seragam sekolahnya, namun akhirnya, dia hanya menghabiskan waktunya untuk menata rambut. Dan hasilnya tetaplah sama; acak-acakan.

Setelah keluar dari kamarnya, Darrel mengambil satu buah sandwich yang telah mamanya buat, dan memakannya sembari berjalan menuju garasi. Melihat kembarannya tengah memakai sepatu, Darrel terhenti.

"Mau bareng Mar?" Ajak Darrel.

"Ga Rel, gue bawa motor aja," Damar memperhatikan Darrel. "Lo seneng banget keliatannya."

Darrel mengangguk dan berjalan menjauhi Damar, menuju garasi. Dia sama sekali belum lupa kejadian kemarin. Hanya saja, dia bisa menutupinya dengan senyuman, berbanding dengan keadaan hatinya yang selalu saja berteriak.

Bunyi derum mobil memenuhi penjuru garasi. Darrel melajukan mobilnya menuju sekolahnya. Setelah dua puluh menit berlalu, Darrel sudah sampai di parkiran sekolahnya.

Dia berjalan menuju kelasnya. Lalu duduk di bangkunya, yang sebelahnya kosong. Mungkin Damar belum datang. Dibelakangnya ada kedua temannya yang sedang menyalin PR--beruntung Darrel sudah selesai-- mereka berdua sama sekali tak menggubris Darrel yang baru saja datang.

"Woi!" Seru Darrel. Membuat kedua temannya terlonjak.

Karena kesal Rama membalas. "Apaan sih Rel? Gak lucu."

ComparableWhere stories live. Discover now