Chapter 13 - Permohonan

10K 679 2
                                    

Tiffany mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam kelas ketika mendengar beberapa orang bersuara perempuan sedang mengobrol dari dalam kelasnya. Ia tak bermaksud menguping hanya saja para perempuan itu berbicara cukup keras untuk terdengar sampai luar.

"Yang bener? Masa sih?" Tanya seorang perempuan. Tiffany kenal dengan suara ini. Ini adalah suara Kania.

Niat untuk tidak masuk kelas menjadi kuat di dalam dirinya. Ia hanya belum siap tentang berita kemarin, mungkin saja, Bayu keceplosan memberitahu jika Darrel menginap di rumahnya.

"Iya beneran, gue berani sumpah. Gue tau tentang dia dari kakak kelas, dan lo tau apa? Kakak kelas itu juga mantan dia." Ucap salah satu perempuan lagi.

"Iya, lo coba dulu aja tembak. Gak akan sama dia tolak kok."

Tiffany langsung memutar otaknya untuk mencari tahu. Setahu Tiffany, Kania itu menyukai Darrel dan Darrel tak pernah menolak pernyataan cinta dari perempuan.

Dan Tiffany mengetahui kemana pembicaraan ini mengarah. Berarti Kania akan menembak Darrel, dan Tiffany tak tahu kapan. Berarti ini peluang dirinya agar menjauh dari Darrel. Dan ia akan mengusahakan agar tak mengikuti kata hatinya, biarlah otaknya yang bekerja.

Seseorang menepuk pundak Tiffany, membuat perempuan itu terlonjak kaget. "Eh Tif, gue gak maksud ngagetin. Lo kenapa gak masuk kelas deh?"

Barulah Tiffany bisa bernapas lega ketika mengetahui yang menepuknya tadi adalah Bayu. Masih dengan tangan yang dibalut perban.

"Oh, enggak kok, tadi aku lagi diem dulu aja nunggu kamu, sekalian masuk kelas bareng." Ucap Tiffany beralasan.

Bayu tersenyum, Tiffany tak tahu seberapa bahagianya dirinya ketika mengetahui orang yang ia sukai menunggunya. "Oh gitu, yaudah masuk aja yuk!"

Tiffany merutuki melutnya dalam hati, kenapa ia sampai berkata seperti itu?

Mereka berdua akhirnya memasuki kelas dengan berjalan berdampingan. Tiffany bisa merasakan jika para perempuan tadi sedang menatapnya tajam, bisa dibuktikan dengan bulu kuduknya yang berdiri.

Mungkin, para sekumpulan perempuan itu adalah jelmaan hantu.

Sesampainya di tempat duduk mereka berdua, Bayu menumpukan kepalanya pada kepalan tangannya. "Apa yang terjadi ketika kemarin lusa gue gak masuk?"

"kan aku juga kemarin gak masuk."

"Kemarin lusa, Tifa." Ulang Bayu.

"Aku izin buat pulang soalnya gaenak badan, terus dianter sampe rumah." Tiffany bercerita.

"Dianterin sampe nginep ya?" Ucap Bayu sarkastik, membuat Tiffany meringis.

"Aku juga gak tau kalau kak Darrel nginep Bay." Kilah Tiffany.

Bayu mengangguk, mengeluarkan buku dari tasnya. "Oh gitu, lain kali hati-hati. Bisa aja, si Darrel punya niat mesum buat apa-apain lo."

Tiffany berjengit, memikirkannya saja tidak. Apa-apaan cowok ini bisa berpikir sejauh itu. "Gak mungkin lah Bay. Kamu mikirnya terlalu jauh tau gak."

Bayu menoleh, menatap Tiffany lamat-lamat. "Bukannya gue mikir kejauhan. Gue itu khawatir, apa salah?"

Bergeming, Tiffany memilih untuk membungkam mulutnya. Bayu benar, apa salahnya jika khawatir.

***

Sudah lima menit Tiffany duduk di bangku halaman belakang sekolah. Sambil memilin jari tangannya Tiffany menunggu Darrel datang, lima belas menit lagi istirahat sudah selesai.

Tak lama kemudian, Darrel tiba di hadapan Tiffany. "Sorry, ya lama. Gue ada urusan sama temen gue tadi," Darrel duduk disamping Tiffany. "Mau ngomong apa?" Darrel tersenyum.

Tiffany membalas senyum Darrel dengan kikuk. Tiffany takut salah bicara. "Kak, kalau Kania mau ... nembak kak Darrel ...," Tiffany mengembuskan napas. "Sama kakak jangan ditolak ya."

"Ini permohonan?" Tanya Darrel, ia belum tentu akan menerima Kania yang pasalnya adalah mantan teman Tiffany.

Tiffany mengangguk. "Please, kak Darrel belum pernah nolak cewek 'kan?"

Darrel menggeleng. "Tapi untuk saat ini gue gak bisa jamin."

Karena gue udah terlebih dahulu jatuh ke elo. Batin Darrel meneruskan.

"Please kak, aku mohon. Ini sebagai ucapan maaf aku ke Kania." Tiffany memegang lengan Darrel.

"Tapi jangan pakai perasaan gue. Perasaan gue bukan buat Kania." Ucap Darrel. Perasaan ini buat lo Tif.

"Tapi buktinya mantan kak Darrel. Please kak, cuma dua bulan aja." Tiffany memohon. Dan aku tahu ini bakal sakit untukku. "Kania itu kesepian kak. Aku belum pernah liat dia se-semangat ini." Kata Tiffany dengan bersungguh-sungguh.

"Tapi nyatanya lo juga kesepian Tif." Ucap Darrel menohok. Tiffany terdiam, tak apa-apa ia kesepian, asalkan ia bisa menjauh dari Darrel dan semua masalah akan hilang.

Tiffany memberi Darrel mata anjingnya. "Ya Kak?"

"Tapi, Kania itu jahat sama lo Tif. Kenapa lo sebaik ini?" Darrel berkata, ia tak habis pikir pada Tiffany, kenapa perempuan itu terlalu baik sih.

Ya, Tiffany tau Kania itu jahat kepadanya. Dan Kania jahat karena ia dekat dengan Darrel, itu yang menyebabkan Kania berubah. Makanya ia ingin menjauh dari Darrel agar kehidupannya kembali normal.

Berkat mata anjing milik Tiffany, akhirnya Darrel mengangguk. "Cuma dua bulan ya?"

Tiffany mengangguk, reflek, ia memeluk Darrel sebagai ucapan terima kasih. "Makasih ya kak."

Tersadar apa yang ia lakukan, ia akhirnya melepas pelukannya. "Maaf ya kak, tadi refleks."

Darrel terkekeh, lalu mengacak rambut Tiffany. "Gak apa-apa kok, lagian guenya juga suka dipeluk sama lo," bel masuk berbunyi, Darrel menatap Tiffany. "Gue ke kelas duluan ya. Mau bareng?"

Tiffanu menggeleng, Darrel sudah pergi duluan menuju kelasnya. Tiba-tiba Tiffany teringat akan perkataan Darrel tadi.

Lagian guenya juga suka kok dipeluk sama lo.

Pipi Tiffany bersemu, kemudian ia bangkit dari bangku taman lalu melangkah kecil. Tak butuh waktu lama untuk sampai ke kelasnya. Ia kemudian duduk disamping bayu yang sedang mengerutkan keningnya, merasa heran dengan tingkah laku Tiffany.

"Kenapa deh? Dateng-dateng nyengir melulu begitu. Dari mana emangnya?" Tanya Bayu.

Tiffany menggeleng kemudian menumpukan kepalanya diatas kedua tangannya. Dan itu makin membuat Bayu tambah heran.

"Kenapa sih?"

"Kepo."

a.n

Sebenernya chapter ini mau di post tadi sore, karena --sok-- sibuk:v, jadi bisanya update sekarang. Makasih ya.


ComparableWhere stories live. Discover now