Chapter 5 - Secuil Perasaan Tak Terima

15.6K 882 9
                                    

Tujuan mereka adalah wahana bermain ice skating. Tempat itu masih sepi pengunjung. Tentu saja, hari ini bukanlah hari weekend dan jam masih menunjukkan pukul 12 siang. Untung saja Mereka sudah mengganti baju terlebih dahulu.

Darrel melepas sepatunya satu per satu, dan kembali memasangkan sepetu khusus untuk bermain ice skating. Sedangkan Kania hanya menatap sepatu ice skatingnya yang tergeletak begitu saja dihadapannya.

"Gue ga masuk ya, Kak." Kania berkata, yang membuat Darrel mengalihkan pandangan dari sepatunya.

"Gak. Gak boleh. Gue niat bawa lo kesini 'kan biar nemenin gue." Ucap Darrel galak. Yang membuat Kania langsung memakai sepatu khususnya.

"Tapi, gue 'kan gak bisa main ice skating." Ucap Kania ber-alasan.

"Gue yang ajarin." Darrel berdiri, lalu mengulurkan tangannya dihadapan Kania.

Kalo dipaksa, ya mau gimana lagi? Batin Kania. Ia melirik Darrel. Darrel menaikkan sebelah alisnya sambil menyunggingkan senyuman, dia memainkan tangannya yang berada di depan Kania.

Kania mendengus sebal, dia terpaksa membalas uluran tangan Darrel yang membuat lelaki itu menarik Kania menuju wahana ice skating.

"Kalo lu takut jatuh, lo pegangan aja sama besi yang ada di sisi itu." Darrel menunjuk besi pegangan disana. Kania mengangguk, ia berjalan menuju sisi wahana. Sedangkan Darrel sudah berseluncur bebas.

Kania menatap Darrel yang sedang berdiri disebelahnya. "Mau gue ajarin?" Tanyanya. Kania mengangguk tanda menyetujui. Percuma ia masuk ke wahana ice skating ini jika ia tak bisa bermainnya.

"Yaudah, lo tinggal gerakin kaki lo ke kanan ke kiri. Dan, inget, lo harus jaga keseimbangan." Darrel menginstruksi sambil mencontohkan gerakannya.

Setelah diberi instruksi dari Darrel, Kania mencobanya. Ya, walaupun hasilnya tak maksimal, tapi, lumayanlah sedikit-sedikit daripada gak bisa sama sekali.

Kania berjalan dengan sepatunya diatas lantai berlapis es tersebut dengan pelan. Darrel terkekeh, ia kemudian mencubit pinggang Kania.

"Aw! Kak Darrel awas lu ya!" Teriak Kania.

"Kejar gue kalo bisa!" Darrel memeletkan lidahnya. Kania memandang Darrel kesal, ia terpaksa mengejar Darrwl dwngan langkah kakunya karena lantai es itu.

Bruk!

Belum sempat mendapatkan Darrel, Kania sudah terlebih dahulu jatuh ke lantai es, ia memukul lantai dingin itu. Tapi mau tak mau, senyumnya tetap terus mengembang karena kejadian hari ini.

***

Tiffany menatap bangku di sebelahnya. Kosong. Tak berpenghuni.

Bahkan, Tiffany tak tahu kemana Kania pergi. Atau emang Kania niat bolos?

Bel istirahat kedua sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu, Tiffany akhirnya memutuskan pergi ke kantin untuk mengisi perutnya. Dia berjalan sendirian selama di koridor, layaknya jones. Tapi, Tiffany memang jones, jomblo happines.

Sampai akhirnya ada cowok berbadan tegap yang berada di sebelahnya. Tiffany menoleh. Tampak Bayu sedang menyengir kearahnya. Tiffany tak menanggapi Bayu, ia tetap terus berjalan menuju kantin.

Dengan mengerutkan kening, Bayu berjalan disebelah Tiffany. Tak biasanya cewek tersebut tak merespon dirinya yang sedang menggodanya, biasanya cewek itu langsung mencubit Bayu apabila Bayu menggoda Tiffany.

ComparableWhere stories live. Discover now