Chapter 2 - Rencana

21.9K 1.2K 10
                                    

Hari ini, Darrel dengan ketiga temannya sedang berkumpul di rumah Rama. Rumah Rama memanglah base camp mereka yang kedua setelah rumah Ghafar.

Darrel mem-pause game yang sedang ia mainkan di PS 3 milik Rama. Sedangkan Ghafar yang menjadi lawan main Darrel menggerutu tak terima.

"Gue kayanya udah nemuin target." Ucap Darrel tiba-tiba. Ketiga temannya langsung melirik kearah Darrel.

"Bosen gue." Ucap Damar.

"Siapa emang?" Tanya Ghafar.

"Iya, siapa siapa?" Tanya Rama.

"Tapi gue belum pasti sih, soalnya gue ga tega jadiin dia target." Kata Darrel plin-plan.

"Yha, ga asik," Ucap Rama dan Ghafar.

"Udah biasa." Ucap Damar tak acuh.

Darrel berdiri, dia mengangkat satu kepalan tangannya. "Gue harus bisa!" Seru Darrel.

"Lah kenapa dia?"

"Kambuh gilanya." Jawab Damar sambil memutar kedua bola matanya.

"Gue harus bisa deketin dia. Bukan Darrel namanya kalo ga bisa deketin cewek!" Seru Darrel dengan semangat 45-nya.

***

"Eh, eh. Lo yang temennya si Tiffany itu 'kan?" Darrel menarik bahu seorang cewek yang sedang membawa minumannya.

Cewek itu terhenti di depan Darrel, cewek itu mengerutkan keningnya, bingung. "Iya, kenapa Kak?"

Darrel mengangguk. "Dia ada dimana?"

"Kayaknya di kelas, Kak. Tadi gue tawarin ke kantin gamau." Jawab cewek tersebut.

Darrel mengangguk lagi. "Thanks ya lo...." Darrel menggantung kalimatnya.

"Kania." Ucap cewek itu yang bernama Kania.

"Thanks ya, Kania."

Kania mengangguk lalu pergi kearah kelasnya yang sama dengan Tiffany.

Darrel berjalan kearah kelasnya. Sesampainya disana, ia tak melihat ketiga sahabatnya disana.

Darrel duduk di bangku miliknya. Ia mengambil buku kosong dan sebuah pulpen dari tas hitamnya.

Dia mulai menulis di buku tersebut. Disitu tertulis, nama targetnya kali ini beserta dengan plan-plan yang ia tulis disitu.

***

"Gue. Seratus persen. Ga. Dukung. Lo. Mainin. Tiffany." Ucap Ghafar dengan penuh penekanan.

"Kemaren 'kan lo ngedukung." Ucap Darrel menggeram.

"Gue bercanda, masa lu tega mainin cewek sepolos Tiffany." Ucap Ghafar.

Saat ini, mereka berdua sedang berada di kantin sekolah, tepatnya pada jam istirahat kedua di sekolahnya.

"Gue juga gatau. Mungkin ini panggilan jiwa." Ucap Darrel, lalu memakan mie ayam yang ia pesan tadi.

"Gue heran ke lo, kenapa lo ga pernah mikirin perasaan cewek yang lo jadiin target." Ucap Ghafar sambil melipat kedua tangannya di dada.

ComparableWhere stories live. Discover now