Chapter 3 - Modus

18.3K 1K 2
                                    

Sebenarnya Tiffany tak tahu alasan kenapa gurunya tiba-tiba memanggilnya ke ruang perpustakaan. Sebenarnya Tiffany sangat ingin menolak karena jam sudah menunjukkan pukul setengah empat sore. Terpaksa dia menelfon supir pribadi yang sering mengantar jemput dirinya.

Tut... tut...

"Ayo dong cepet angkat! Cepet angkat!" Gumamnya sambil menyenderkan dirinya di tembok.

"Halo? Iya non. Ada apa?" Tanya Pak Dede --supir dengan ramah di sebrang telfon.

"Emm, Pak, Tifa nanti pulangnya gak usah dijemput. Soalnya ada keperluan di sekolah, jadi nanti Tifa pulang naik angkutan umum aja." Jelas Tiffany.

"Tapi non--"

"Gak kenapa-napa kok, Pak. Tiffany bisa jaga diri." Ujar Tiffany.

"Ya sudah kalau begitu. Hati-hati ya, Non." Ucap Pak Dede sebelum mengakhiri telefon.

Tiffany mengembuskan nafas lega. Setelah memasukkan handphone kedalam sakunya, Tiffany bergegas menuju perpustakaan. Tiffany sesekali mengedarkan pandangannya ketika berjalan menyusuri keridor. Keadaan sekolah sudah cukup sepi, hanya ada beberapa petugas kebersihan dan beberapa siswa yang mengikuti eskul yang berlalu lalang.

Oke, Tiffany memang agak cukup takut dengan situasi seperti ini. Dia memang cukup penakut. Dengan langkah terburu-buru Tiffany berjalan kearah menuju perpustakaan.

Perasaan dari tadi ga sampe-sampe deh. Batin Tiffany.

Salahkan sekolahnya yang terlalu besar. Mungkin jika Tiffany yang mempunyai sekolah ini, sudah ia gusur sebagian dari sekolah ini.

Tiffany berhenti sebentar, ia mengambil botol minum dari tasnya. Seret banget tenggorokan. Batinnya.

Tapi, ketika Tiffany akan melangkah. Dia merasakan tangannya ditarik kebelakang dan membuat cewek itu terjungkal.

***

Darrel membuka pintu lokernya, dia memasukkan beberapa isi dari tasnya. Setelah itu ia menutup lagi pintu loker tersebut.

Darrel berinisiatif melihat anak-anak eskul basket latihan. Dia berjalan menuju lapangan basket indoor. Tak lama kemudian ia sudah sampai di sana.

Darrel duduk di barisan ke lima tribun penonton, melihat anak-anak ekskul basket yang latihan. Salah satu dari temen Darrel berteriak kepada dirinya.

"Rel, ikut main basket ga?" Teriak seorang cowok.

Darrel terkekeh lalu menggeleng. Darrel sangat tak suka olahraga, semua macam olahraga. Dia hanya seru jika menontonnya saja.

Anak-anak basket putri mengeluh lesu ketika Darrel menggeleng. Namun sedetik kemudian mereka kembali semangat, mengetahui kapten basket mereka yang termasuk cowok most wanted itu hadir.

Sang kapten basket itu mendekati cewek dengan kuncir satu yang sedang duduk di pinggir lapangan. Mereka berbincang-bincang, tetapi cewek itu kelihatan biasa saja dengan si cowok.

Darrel terkekeh, melihat anak basket putri mengeluh lagi. Terlintas ide jahil di kepalanya. Cari sensasi.

"Woy! Anak basket putri, gausah lesu lah. 'Kan sama gue disemangatin!" Teriak Darrel lalu cowok itu tertawa.

Anak-anak basket langsung saja menengok kearah Darrel. Mereka menatap Darrel dengan tatapan memuja.

"Orang ganteng mah bebas sih ya."

ComparableWhere stories live. Discover now