Darian Gay?

289 7 0
                                    

"Diam-diam hatiku membicarakan dirimu. Kamu mulai ada dan aku percaya rasa tak bernama itu ada. Aku percaya,"_Richie.


Ada yang lain dari Novela hari ini, namun Gabriel belum bisa menerjemahkannya. Apa yang berbeda, Novela tampak cantik seperti biasanya, hanya saja flat shoes dan dress selutut membuat penampilannya sangat berbeda. Dia cantik. Tapi lebih cantik dari biasanya.

"Ini beneran loe, Vel?" Sapa Gabriel dengan senyum tertahan.

"Iya, ini gue, masak ada setan yang mirip gue siang-siang," celoteh Novela. Dia melepas sepatu flat shoesnya dan berjalan santai menghampiri pojok meja kesayangannya. Hari Minggu, Novela sedikit terbebas dari rutinitas rumahnya. Hanya di hari minggu saja dia bebas main seharian.

"Loe habis dari mana sih, tumben cantik?" celetuk Gabriel.

Novela mengingat lagi kejadian tadi pagi, Emak tirinya tiba-tiba saja menyeretnya ke salon. Lalu tiba-tiba saja membelikannya baju bagus. Mama tirinya beneran kayak kesambet peri baik yang manis banget pagi ini. Tapi justru ini yang membuat Novela bergidik ngeri.

"Ini semua gara-gara emak tiri gue, gue diseret pagi-pagi ke salon dan berujung ke Alan's Studio. Gue di suruh gaya yang inilah, yang itulah, pegel gue."

Alan's Studio adalah studio foto milik Alan Adrian, seorang fotografer artis. Hasil jepretannya benar-benar bagus. Tak heran bila banyak artis yang selalu menjadikan Alan sebagai fotografer andalan.

"Loe ngapain ke sana, Vel. Mau prewed apa?"

"Nggak tahu tuh emak gue. Katanya dia butuh foto gue buat KTP. Padahal KTP kan gak mesti foto pakai gaya ya? Gue curiga foto gue bakal dimanfaatin buat hal yang enggak-enggak sama emak."

"Maksud loe?"

"Didukunin kali," gumam Novela cuek lalu menyandarkan kepalanya. Seperti biasa, tak sampai lima belas menit dia sudah pindah ke alam lain. Benar-benar pelor. Nempel molor.

Baru beberapa jam memejamkan mata, pagi-pagi sekali Richie harus rela diseret Oma ke kantor redaksi sebuah koran ternama. Apalagi kalau bukan untuk memasang iklan jodoh buat Darian. Dengan malas, Richie menuruti permintaan Omanya. Sebelumnya dia sempat titip Darian ke Adel, takutnya kalau Darian bangun tak ada yang berjaga untuknya. Darian kan belum fit benar, lagian ini Hari Minggu, jatah buat Mbok Darmi libur setiap Minggunya.

Jika diperhatikan dari dekat, Darian punya rahang yang kokoh, bibir yang merah namun agak menggelap dan juga alis yang tebal. Rambutnya hitam pekat, berbeda dengan Richie yang berambut ikal kecokelatan. Mata Darian mempuyai iris mata hitam yang pas dengan wajah Indonya. Tampan. Darian sangat tampan.

Jika saja Darian tak punya sifat minus, seperti suka marah-marah, cuek, dingin, Adel yakin pasti banyak cewek yang ngantri demi mendapatkan perhatian lelaki itu.

"Tiga ratus," gumam Darian dengan mata terpejam. Adel kaget ketika lelaki di depannya ini mengerjapkan matanya.

"Apanya yang tiga ratus?"

"Kamu mengamatiku tiga ratus detik. Sekitar lima menitan."

"A ... apa?"

Adel gugup. Duh, Darimana Darian tahu kalau dia mengamatinya. Jangan-jangan Darian juga tahu bahwa Adel sempat memujinya tampan tadi.

"Aku bisa tahu orang melihatku walau mataku terpejam."

Adel mengerutkan keningnya, "Kamu itu manusia super ya? Punya kekuatan apa? Akar, petir, gelombang, atau apa?"

"Maksud kamu?"

"Mungkin saja kamu salah satu tokoh Supernova, aku pernah membaca bukunya."

Darian menatap datar, tanpa ekspresi. Dia berusaha bangun dari tidurnya, lalu menyandarkan tubuhnya.

Before Wedding (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang