Part 13.

1.5K 183 7
                                    

"Ada apa, Hyung?" Jimin bertanya sembari menutup pelan pintu ruangan Taehyung.

'Di mana kau?' Suara berat Yoongi bergema di seberang sana.

"Aku sedang di Rumah Sakit, Hyung. Kau di Club lagi?" Jimin menjauhkan ponselnya beberapa detik saat tak mampu untuk mendengar dentuman musik yang terdengar.

'Kemarilah. Aku yakin kau tidak akan sanggup melihat ini.' Jimin mengernyit. Tidak biasanya Yoongi memberikan sebua kejutan untuknya. Tunggu, kejutan?

"Ada apa, Hyung? Aku sedang berada di Rumah Sakit sekarang." Jimin memberikan senyum kepada suster ataupun orang-orang yang berlalu lalang di depannya.

Yoongi diam. Pria itu menatap sejenak kejadian di depannya. Di mana seorang pria sedang memukul seorang wanita yang merintih tanpa belas kasih.

Yoongi sedikit mendekat. Ia mendekatkan ponselnya ke arah pria dan wanita itu agar suara yang ditangkap terdengar jelas.

'Dasar wanita tak tahu di untung! Kau mau aku dipermalukan, hah?'

'Brengsek!'

Jimin semakin memperdalam kerutan di dahinya. Suara ini sangat akrab di telinganya.

"Siapa it-"

'Ah! Maafkan aku, Yeobo... Tapi kau tidak bisa melakukan itu... Bagaimana dengan anakmu, Jimin?'

Jimin memilih diam saat mendengar suara yang ditangkap selanjutnya.

Ia yakin, suara itu...

Suara yang selalu didengarnya setiap hari...

Ibunya.

"Bagaimana? Apa kau yakin tidak ingin kemari, Jimin?" Yoongi menyeringai. Ia tahu, Jimin tengah shock di seberang sana.

"Hyu... Hyung, itu... i...." Jimin terbata. Maniknya berair. Ia merasa jiwanya terbang. Malaikatnya -sang Ibu- sedang menangis di sana.

"Cepatlah, Jimin-ssi. Jika kau ingin melihat Ibumu lagi." Yoongi mematikan panggilannya. Ia mengangguk sembari tersenyum ke arah pria di depannya.

"Kerja bagus."

Jimin masih tak merubah posisi tubuhnya. Matanya telah basah tanpa disadari.

"I… Ibu, Ibu!" Jimin mengubah volume suaranya menjadi melengking. Tatapannya berubah tak fokus. Pria itu segera berlari.

Ia beberapa kali menabrak orang. Tetapi tidak dihiraukan. Di pikirannya sekarang, hanyalah Ibunya. Ia harus menyelamatkan Ibunya.

Jimin menatap gusar jalanan. Ia tidak tahu lagi sudah berapa kecepatan mobilnya sekarang hingga mampu menempuh perjalanan hanya memakan waktu 25 menit.

Mengingat jaraknya saat itu cukup jauh.

Jimin melayangkan pandangannya ke seluruh tempat ini. Telinganya seakan tuli walau dentuman musik saat itu sangatlah keras.

Jimin segera menaiki anak tangga yang membawanya ke bagian atas tempat ini saat Yoongi melambaikan tangannya dari arah atas.

"Ikut aku." Yoongi mulai berjalan yang diikuti dengan Jimin. Jimin segera berhenti, saat melihat Ibunya tergelak tak berdaya dan Ayahnya yang masih tetap mengumpat sembari memukul atau menjambak rambut Ibunya tanpa ampun.

Tubuh Jimin bergetar. Rahangnya mengatup keras. Matanya yang berair kini beralih menampakkan tatapan amarah.

"BRENGSEK!" Pria bersurai coklat itu segera berlari mendekati sang Ayah. Memukul keras ke arah pipi pria paruh baya itu hingga jatuh terhuyung.

When a Gangster Become a CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang