Moodbooster

733 70 0
                                    

Bang Kev menghembuskan nafas kasar. "Gua pikir, gua harus bawa Key ke psikolog."

Seseorang mendengar perkataan bang Kev dan ...

PRANG ...

Bang Kev dan Vero melihat ke sumber suara. Terlihatlah Key yang sedang memunguti Serpihan gelas yang jatuh karenanya.

"Key.." panggil bang Kev hati hati.

Key tak menggubris panggilan itu. Ia tetap mengambil serpihan kaca.

Gladys datang sambil membawa nampan mie. "Ya ampun Key ada apa?" ia meletakkannya di meja terdekat lalu membantu Key mengambil serpihan kaca.

"Glad.. Gue gak gila kan?" ucap Key dengan pandangan kosong.

Gladys terhenyak "Key lo ngomong apaan?"

Bang Kev melihat Key yang kini menangis. Ia menyesal telah mengatakan bahwa Key harus dibawa ke psikolog.

"Gue gak gila kan Ver?" ucap Key lagi.

Vero menggeleng perlahan.

Gladys membuang serpihan kaca yang sudah terkumpul. Lalu menghampiri Key. "Key lo gapapa kan?"

"Gue gak gila." ujar Key.

"Gaada yang bilang lo gila Key.." Gladys menenangkan Key dengan mengusap bahu sahabatnya itu.

Gladys mengisyaratkan bang Kev dan Vero agar meninggalkan mereka berdua. Dan disetujui oleh keduanya yang langsung keluar kamar Key.

"Bang Kev bilang gue harus ke psikolog Glad.." Key menangis menatap Gladys yang kini terdiam.

"Ke psikolog bukan berarti gila Key.. Mungkin bang Kev cuma mau lo konsultasi aja." jawab Gladys.

"Lo mikirnya gue gila juga ya?" tanya Key dan dijawab gelengan kepala oleh Gladys. "Engga Key. Lo sahabat gue. Gue tau kok rasanya kehilangan. Mungkin bang Kev cuma gamau lo terpuruk dalam imajinasi lo tentang Hariz."

Key bangkit. "Gue gapernah imajinasiin Hariz. Z itu beneran ada! Gue akan buktiin kalo Z beneran ada, bukan imajimasi!" Key pergi meninggalkan Gladys.

Key melewati bang Kev dan Vero yang sedang melihatnya kebingungan. Gladys keluar kamar Key. "Bang.. Key salah paham."

Tanpa basa basi bang Kev pun mengejar Key yang sudah menghilang dari pandangan. Vero dan Gladys pun ikut mencari Key.

[ Key POV ]

Gimana rasanya jika dikatain gila sama abang dan sahabatmu sendiri?

Sakit itu pasti.

Itu yang tengah kurasakan kini.

Aku terus berlari tanpa tahu arah mana yang akan kutuju. Terus kuhentakan kaki menjauh dari rumah. Tak lupa air mata pun menghiasi wajahku. Entah seburuk apa wajahku saat ini.

Ketika kakiku sudah lelah dan tak mampu berlari lagi. Aku terduduk di jalanan yang kini sedang sepi.

Saat sedang asyik dengan air mataku. Seseorang menyodorkan sapu tangan dihadapanku. Aku mendangak untuk melihat orang itu.

"Z?"

Ia tersenyum dan berjongkok dihadapanku. "Kenapa lo?"

Aku menggeleng sambil menghapus air mataku dengan sapu tangannya.

"Gue tau mood lo lagi gabaik. Jadi gue mau ajak lo ke taman." ucapnya sambil mengusap kepalaku.

"Gue cape abis lari." entah mengapa aku terlihat manja didepannya. Mungkin karena aku menganggapnya sebagai Hariz?

Ia terkekeh lalu berjongkok memunggungiku. "Naik sini."

"Bener nih?" aku memastikannya sekali lagi.

"Serius Sya Sya.." jawabnya.

Aku pun menaiki punggungnya. Dan perlahan ia bangkit berdiri. Aku mengeratkan peganganku pada lehernya. "Takut Riz.."

Tunggu.. Apa?

"Eh sori maksud gue Z."

Ia berjalan perlahan. "Terserah lo mau manggil gue apa deh.."

"Lo gakeberatan gendong gue?" tanyaku.

Ia tertawa. "Lumayan. Lo makan coklat mulu si jadi berat kan."

Aku terdiam.

Coklat?

Seketika bayang bayang tentang Hariz yang dulu mengajakku ke toko coklat pun terlintas.

"Key.. Udah sampe." ucapan Z menyadarkanku. Aku pun turun dari punggungnya.

Kulihat ke sekelilingku yang dipenuhi tukang jajanan.

Oh.. Surga Dunia

Aku sedikit terkejut saat Z menarik tanganku. "Ayo kita jajan sepuasnya. Gue yang traktir!" ujarnya bersemangat.

Aku mengangguk senang bagaikan seorang anak kecil yang diizinkan membeli mainan sepuasnya.

Dimulai dari jajan kue cubit, martabak mini, kue pancong, dan lain lain.

Setelah perut sudah terisi penuh. Aku dan Z duduk di salah satu bangku taman dibawah pohon.

"Sumpah makanan ini membuat mood gue lebih baik." ucapku jujur.

"Gue turut seneng dengernya. Btw, lo ada masalah?" Z merubah posisi duduknya jadi berhadapan denganku.

"Abang gue mau bawa gue ke psikolog karena dia takut gue terlalu hanyut dalam imajinasi gue tentang Hariz."

Z terlihat sedikit terkejut namun ia berusaha menutupinya. "Hariz?"

"Iya dia cowok gue. Dia udah tenang di alam sana. Lo kenal?" tanyaku dan dibalas gelengan oleh Z.

"Lupain kesedihan lo. Mending sekarang lo makan nih gulali. Siapa tau mood lo makin naik." Z menyodorkan Gulali padaku dan tanpa ragu aku mengambilnya dan mulai memakannya.

"Makasih ya, lo udah bikin gue seneng hari ini." ucapku tulus.

Z tersenyum "gak cuma hari ini. Mungkin seterusnya akan selalu begini."

"Maksudnya?"

"Enggak.. Udah, mending lo balik gih. Kasian temen dan abang lo nyariin lo.

Aku baru teringat dengan mereka. "Ohiya.. Kalo gitu gue balik duluan ya.."

"Okey.. Hati hati Sya.." Z melambaikan tangannya padaku sambil tersenyum.

Aku membalas lambaiannya juga senyumnya. Setelah Z tak terlihat pandangan. Aku segera bergegas pulang ke rumah.

---

Ini dia ceritanya..

Maaf jarang update..

Semua cerita yang sedang dinext sebenernya sudah dibuat. Cuman tinggal publish. Tapi berhubung wifi selalu dimatiin dan aku gaada paketan. Jadi gak ke publish dan lama update.

So, this the story about Key dan Z.

What do you think?

Kira kira Z siapa yha??

Tunggu cerita berikutnya!!

Votenya jangan lupa^^

When? (#2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang