I Miss You

1K 88 3
                                    

[ Key POV ]

Saat aku sudah berada di rumah, aku langsung berlari ke kamar kakakku untuk mengambil macbook miliknya.

Aku membuka pintunya tanpa permisi dan terlihatlah bang Kev yang sedang bermain playstasion.

Aku sengaja lewat dihadapannya untuk menutupi layar televisi. Hingga ia berteriak. "Berenti ngerecokin gue! Minggir!!" bang Kev mendorong kakiku lalu melanjutkan bermain.

Belum lama bermain terdengar suara berat dari video game "YOU LOSE"

"Akhh!! Lo sih Key, jadi kalah kan!" umpat bang Kev. Dan aku hanya terkikik geli.

"Lo ngapain sih ke kamar gue? Udah gak ngetuk, gak salam, gangguin gue lagi." ia mematikan ps nya.

"Gue mau pinjem laptop lo. Butuh bentar. Punya gue ngeblank gajelas." aku mengambil macbooknya yang berada diatas nakas.

"Emang mau ngapain si? Ada tugas?" tanya bang Kev.

"Kepo lo bang." aku mengetik sesuatu saat laptop sudah menyala.

Bang Kev intip intip melihatku dan ia membaca hasil ketikanku. " 'Orang yang sudah mati hidup kembali.' zombie itu."

Aku hanya memutar bola mataku lalu mensearch nya.

Artikel yang muncul kebanyakan tentang mati syahid, zombie, dan lain lain. Merasa tak mendapat jawaban, aku menutupnya agak kencang.

"Laptop gue!!!" bang Kev menarik laptopnya dan memeluknya.

Aku menyengir. "Sori."

"Lagi lo ngapain sih? Nyari nyari gituan. Berharap dia hidup lagi? Key, semua yang udah mati gak akan bisa bangkit lagi." bang Kev meletakkan laptopnya diatas nakas.

"Bukan gitu bang. Key juga tau kalo semua yang udah mati gak akan bisa hidup. Tapi tadi Key ngeliat dia bang."

Bang Kev menatapku tak percaya. "Lo gak halusinasi kan Key? Dulu lo sering kayak gitu."

Aku menggeleng. "Engga bang. Dia keliatan nyata. Jelas jelas dia berebutan buku sama Key. Gak mungkin cuma halusinasi."

Bang Kev sedikit berpikir. "Mungkin dia orang lain. Karena lo terlalu kangen, jadinya muka siapapun lo anggep dia."

"Tapi keliatan banget kalo itu dia bang. Gak mungkin orang lain." aku meyakinkan bang Kev.

"Dia inget lo?"

Aku menggeleng.

"Kalo tu orang bener dia. Seharusnya dia kenal sama lo."

"Bisa aja dia amnesia bang. Bukan mati?" celetukku tiba tiba. Bang Kev menatapku. "Gue ngeliat sendiri proses pemakamannya. Mana mungkin salah orang?"

"Tapi--"

"Key udah. Gue tau lo kangen sama dia. Tapi please jangan terpuruk terus. Gue yakin akan ada pengganti yang lebih baik dari dia. Kalo lo kangen, cukup do'ain dia. Jangan kayak gini." bang Kev menepuk bahuku dan keluar kamarnya meninggalkanku yang masih terdiam.

Apa bener itu cuma khayalan doang? Tapi aku yakin itu 'dia'.

***

"Key. Beliin nasi goreng kek di depan. Gue laper." bang Kev menongolkan kepalanya di pintu kamarku.

"Beli ndiri lah. Lu yang laper kan, kenapa jadi gua yang repot." aku melanjutkan mendengarkan musik.

"Ish, jadi adek yang berbakti ngapa. Plis kek. Gue kasi coklat yang gede deh besok. Yang sekilo."

Aku menatap bang Kev. "Really? Oke gua beliin!" aku bangkit dan pergi. Samar samar aku mendengar umpatan bang Kev

"Pe'a banget lu Kev, mana punya duit."

Dan aku cekikikan lalu berjalan keluar rumah.

Jalanan komplek amatlah sepi, hanya beberapa kendaraan yang lewat. Dan aku mulai bergidik ngeri dan memercepat langkahku agar cepat sampai ke tempat nasi goreng depan komplek.

Namun saat aku berjalan terburu buru sambil sesekali menengok kebelakang, aku bertabrakan dengan seseorang.

"Aduhh" rintihku saat bokongku menyentuh aspal.

"Lo jalan pake mata dong." omelnya padaku.

"Lah, jalan tuh pake kaki. Ngeliat baru pake mata." balasku tanpa melihat ke arahnya.

"Yaudah itu pokoknya. Lo yang salah pokoknya!" ujarnya, dan aku mendangak.

DEG.

Dia?

"Gue tau gue tampan, jangan diliatin gitu juga kali." ucapannya membuat aku mengalihkan pandangan.

Seketika aku kaku dan bisu.

"Lo cewek yang di toko buku kan? Kenapa setiap lo liat gue lo terpaku? Apa lo suka sma gue? Gue tau gue tampan." ia membanggakan dirinya dan hal itu membuatku memutar bola mataku.

"Pede gila lo." aku bangkit dan menepuk nepuk kedua telapak tanganku.

"Itu kenyataannya. Huh." ia memperhatikan sikutku yang sedikit terluka karena tergores aspal.

"Nih ulah lo nih. Tanggung jawab pokoknya." ujarku tanpa mau menatapnya.

"Yaelah gitu doang aja minta tanggung jawab." jawabnya kesal.

"Ah terserah lo." aku langsung pergi karena tak tahan dengan mataku yang mulai perih karena tak bisa membendung air mataku.

Entah kenapa aku langsung teringat Hariz. Apa bener itu Hariz? Kenapa dia jadi begitu cuek dan tidak perduli? Mengenalku saja tidak.

Hingga cekalan tangan seseorang membuatku terhenti dan saat itu juga air mataku turun.

"Eh lo mau kemana? Ucapan maaf gue, gue anterin lo deh. Gabaik cewek jalan sendirian malem malem." ungkapnya.

Aku hanya mengangguk tanpa menengok kearahnya.

Akhirnya kami pun berjalan beriringan ke depan komplek. Ia terus melirikku. Entah itu hanya perasaan atau memang benar.

"Eh lo nangis ya?" ia berjongkok dan melihat wajahku.

Aku terkejut lalu menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku.

"Eh jangan nangis." ia mendekapku.

Apa?

Hal itu malah membuat tangisku makin menjadi.

Fix. Aku merindukannya.

"Jangan nangis dong. Cup cup cup.." ia mengusap bahuku.

Nyaman.

Dan ia menjauhkan tubuhnya. "Nih elap tuh ingusnya. Jorok tau." ia menyodorkan sapu tangan miliknya.

Aku mengambil nya dan mengusap air mataku. "Makasih."

"Sama sama. Btw lo mau kemana?"

Dan aku lupa kalo tadi disuruh bang Kev beli nasi goreng. "Oh ya lupaa.. Disuruh beli nasi goreng."
"Yaudah gue beliin aja ya. Lo tunggu sini. " saat ia baru ingin pergi, aku menarik lengannya. "Takut."

"Yaudah lo ikut." dan aku berjalan beriringan tanpa melepas tanganku pada lengannya.

Semoga ini kamu Riz..


***

Adakah yang nunggu cerita ini? :'3
Semoga ada :3

Sorry lama update bcs habis try out '-' dan minggu depan mau ada try out lagi. Mungkin bakal lama update.

Vomments nya jangan lupa yaa:3

Xoxo^^

When? (#2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang