About Brad

16.3K 1.2K 29
                                    

Gue yang masih disana melihat Ines menahan marah dan keluar dari rumah..." Isabel kembali mengenang kejadian malam itu.

Flashback on

"Fine...go.. and don't go back again!!" teriak Brad keras seraya membanting vas bunga yang nyaris mengenai kepalaku.

Mataku sudah merah dan dadaku sesak rasanya.

Everthing else about me.

Aku sudah tidak tahan hidup seperti ini. Bukan pernikahan seperti ini yang aku inginkan dan aku bayangkan. Saat Brad menganggur aku banting tulang demi mencukupi kebutuhan hidup kami tapi apa yang dia tuduhkan?!!

"Kamu hanya duduk-duduk saja dikantor dan tidur cepat!!apa sih susahnya?!pakai acara pura-pura sakit!!'

Goddamn!!! Umpatku lirih.

Aku berbalik dan membuka pintu.

"What?!"teriak Brad.

Aku menarik nafas pelan dan berbalik menatapnya.

"Carilah yang lebih sempurna dariku... i'll go from your life!" kataku datar dan bergetar. Mataku terasa panas karena tidak tahan dengan rasa  sakit ini yang setiap hari kadar sakitnya semakin menusuk. Aku meletakkan handphoneku dimeja dimana Brad berada dan menatapnya yang masih tak mau menatapku.

"Maaf... karena aku tidak bisa menepati janjiku dan hanya membuat kamu marah-marah..." aku menatapnya dalam-dalam seolah merekamnya dalam memoryku.

Aku mencintaimu Brad, but...

Aku menarik nafas dalam-dalam.

"I love you...but.." aku terdiam sejenak berusaha menahan agar air mata ini tidak tumpah dan akan semakin membuat Brad frustasi dan berteriak. Kupejamkan mataku sebelum melanjutkan kata-kata yang sangat menyakitkan untuk kuucapkan.

Perlahan kubuka mataku dan dia masih membuang pandangannya dariku dan tak sudi melihatku seolah aku ini sampah yang menjijikkan.

"this love is end..i'm sorry.." dan mata kamipun bertemu.

Brad terkejut seolah menyadari sesuatu. Hatinya tiba-tiba sakit saat melihat tidak ada air mata yang mengalir diwajahku. Tatapan kosong, putus asa dan menyerah terlihat jelas dimataku.

Saat Brad menyadari apa yang baru saja dia lakukan dia melihat ku pergi melintasi pagar rumah. Diluar hujan sudah turun sejak satu jam yang lalu dan tidak ada tanda-tanda hujan akan berhenti.

"Nes..." panggil Isabel yang buru-buru keluar dari dalam mobilnya.

"Ines...Nes..." panggil Isabel seraya menarik tanganku.

"Gue udah ga tahan La..." gumamku pelan.

"Lu yakin?" tanya Isabel yang masih tidak faham maksudku dengan kata 'gue ga tahan'.

"Lu mau kemana sekarang?" tanya Isabel yang tidak bisa menghentikan langkahku dan terpaksa dia mengekoriku dari belakang. Aku berhenti ditepi jalan yang sepi, yah jam-jam seperti ini memang sepi disekitar tempat tinggalku. Aku hanya diam dan berdiri ditepi jalan yang sunyi.

"Ines..." kata Isabel pelan dan kawatir.

Aku menoleh kekanan dan tampak sebuah fortuner melaju dengan kecepatan kencang.

"Gua cinta dia...tapi semuanya ga ada artinya La..." ucapku datar. Aku menghembuskan nafasku dan menoleh kearah Isabel.

"Bisa gue minta tolong?" Isabel mengangguk cepat tanpa berfikir lagi.

"bisa lo telfonin Sebastian?" pintaku.

"Iya..tunggu...." dengan gugup Isabel memencet no telfon dihpnya.

"INESSSS...JANGANNNNN.....!!!!"

Flashback off

Isabel menutup wajahnya dan menangis. Isakan tangis yang ditahannya sehingga membuat dia tak mengeluarkan suara hanya bahunya yang terguncang keras. Keynanpun meraih Isabel dan memeluknya yang menangis tersedu-sedu.

"Gue ikut sedih La..." ucap Keynan.

Dia tidak menyangka apa yang terjadi padaku sangat tak terduga dan tak pernah dia bayangkan olehnya.

"Brad... dia... dia... dia meninggal dalam kecelakaan itu Key... dan meskipun Ines ingin meninggalkannya tapi dia sangat mencintai Brad... dan keluarga Brad menyalahkan Ines atas kematian Brad...astaga..." Isabel tiba-tiba berdiri dan berkacak pinggang.

Keynan heran menatap Isabel yang berubah dari menangis jadi agresif.

"Ingin gue maki-maki aja tuh keluarganya...!!" sahut Isabel.

Keynan bingung.

"Memangnya mereka mau tahu efek dari anaknya yang egois itu?!!" dengus Isabel keras.

"Slow down La...." kata Keynan seraya tersenyum.

"Ines adalah orang yang paling terluka disini... lo lihatkan.. dia udah kaya' zombie gara-gara patah hati.." sungut Isabel berapi-api.

Keynan geleng kepala melihat gadis dihadapannya ini. Beberapa menit yang lalu dia menangis tersedu-sedu tapi saat ini berbalik 180 derajat.

Kini gadis itu berapi-api seprti ingin menghajar sekawanan perampok.

"Tapi dia punya kalian sahabat-sahabatnya yang sangat menyayanginya..right?" ucap Keynan.

"Yeahhhh... i love her Key... she like my sister..."

"Hmm..i see..." Keynan berdiri dan memeluk Isabel.

"Cerita hari ini cukup disini saja... sebaiknya kamu istirahat... sudah dini hari... Gue akan menjaga disini... Gue  ga mau tiba-tiba ada yang histeris lagi..."

"Are you oke sleep on here?"

Tanya Isabel menunjuk sofa yang tadi mereka duduki.

"Nope.." sahut Keynan dan segera meminta Isabel supaya segera tidur.

"thanks Key..."

"u'r wellcome.... Ok... Good nite..."

"morning..." sahut Isabel seraya tersenyum dan meninggalkan Keynan lalu masuk kekamar dimana hanya itu kamar satu-satunya di apartement ini.

Maklum, aku memakai kamar satunya sebagai ruang kerjaku dan aku hanya mengizinkan orang tertentu yang menginap. Hanya Isabel, Bayu, Doni, Yoga, Sebastian dan Zaskia. Hanya mereka yang aku miliki.


Thankssss.... Berat... Semoga senam jari hari ini bisa menghibur kalian...

Mr. And Mrs. (Sudah Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang