Worry

16.7K 1.4K 6
                                    

Guys... Jangan jadi silent readers dong...(kaya nama group line gue 'the silent readers' ), Apa segitu sempurnanya karya gue sampai ga ada kritikan??😱
(authornya narsis 😝)

Wkwkwkkwk.....

Btw, ya sudahlah...author cuma mau numpang latihan senam jari aja dahhhh....🙌

.
.
.
.
.

Keynan Pov

"Dia pasti akan baik-baik saja." kataku seraya menepuk bahu Isabel.

Isabel pun memelukku dan menangis dalam pelukanku. Hatikupun tersentuh.

"Kalau lo ingin cerita gue akan jadi pendengar yang baik.." Isabel menarik diri dariku dan menatapku sesaat. Ada sedikit keraguan dimatanya namun sepertinya sudah tidak bisa ditahan lagi.

"Kurasa Ines memerlukan psikiater..." ucap Isabel lemah seraya menjauh dari pelukanku. Dia menunduk dan terdengar isak tangis yang ditahan.

"Hidup ini tidak adil padanya Key..." suara Isabel serak dan bahunya bergetar pelan. Aku menarik nafas panjang, aku heran seberapa beratkah beban yang Ines lalui. Well aku memang terkejut dan patah hati saat tahu dia sudah menikah.

Pemikiran gila dan aneh, apakah aku jatuh cinta padanya lagi?

Benarkah itu dia?

Bukan! Dia bukan gadis itu...

Cinta pertamaku...

Bukan Key... Forget her!!

"Kenapa dia jatuh cinta pada orang yang salah? kenapa itu masih saja terjadi setelah hatinya remuk karena terasing dari keluarganya demi cintanya? tapi kenapa cinta itu yang menghancurkannya untuk kedua kalinya?!" Isabel terisak tidak terima. Aku masih diam karena aku sudah mendengar bagian ini dari Doni. Aku berfikir apa yang sudah dilakukan Brad pada Ines.

"La... apa yang dibuat Brad pada Ines? kenapa... kenapa Ines sampai begini?" tanyaku pelan-pelan.

Isabel menghapus air matanya dan menatapku dengan nanar. Dia menarik nafas sebelum bercerita. Memandang kesekeliling ruangan seolah mencari-cari sesuatu yang bisa menenangkannya sampai matanya kembali bertatapan dengan mataku.

Isabel menghembuskan nafas berat sebelum memulai ceritanya. Dia menyusut hidungnya yang berair dan mengambil tisu lagi.

"Dua tahun lalu Ines mengajukan cerai..."

Cerai?

Ines mengajukan cerai?

Jadi dia sudah bercerai sekarang?

Apakah aku harus bahagia mendengar dia mengajukan cerai atau setidaknya dia sudah bercerai?

Dosa ga ya? Kalau kita berharap istri orang mengajukan cerai?

Gue rasa gue udah gila level akut.

Isabel kembali menyusut hidungnya.

"dia sudah tidak tahan dan hampir bunuh diri... "

Bunuh diri?!

Astaga, apa sih yang suaminya lakukan? Apa otaknya sudah tumpul menyia-nyiakan istrinya?!

"tapi saat percobaan bunuh diri itu Brad yang terbunuh..."
Lanjut Isabel.

"What?!" shock! Jujur gue shock.

"Malam itu gue baru saja mengantarnya dari belanja kebutuhan bulanannya... saat sampai dipintu rumahnya gue ngerasa Ines aneh banget. Dia kelihatan tertekan sekali. Gue sempat lihat Brad melempar belanjaanya hanya gara-gara coklat yang Ines beli salah..."

Hanya gara-gara salah beli?

Reflek tanganku mengepal kesal, rasanya pengen menghajar tuh suaminya tapi sayangnya laki-laki itu sudah terkubur didalam tanah.

"mereka ribut hebat dan Brad memukul Ines. Gue yang masih disana melihat Ines menahan marah dan keluar dari rumah..." Isabel kembali mengenang kejadian malam itu.

Malam yang pahit dan sangat menyakitkan.

Mr. And Mrs. (Sudah Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang