Dua Puluh Lima (END)

Start from the beginning
                                    

"Mamaaa ... Ini susunya April, barusan El buatin biar April nggak nangis lagi." El memberikan botol susu pada Prilly.

"Duh Kakak El baik sekali. Makasih ya sayang."

"Iya Ma, El ikut ya Ma, ke kamar." pinta El.

"Iya boleh, ayo."

Prilly, El dan April lebih dulu pergi menuju kamar untuk beristirahat. Prilly mengganti semua pakaian April dengan pakaian yang lebih nyaman untuk tidur, sedangkan El lebih memilih menunggu mama dan adiknya di atas ranjang dengan posisi telungkup.

"Kakak El, awas." April mendorong-dorong tubuh El agar sedikit bergeser. Namun El sama sekali tak bergerak dari posisinya.

"Kakakkkkk .... " Suara April yang kecil namun nyaring membuat El menutup telinganya.

"Dedek apa sih, kok teriak-teriak," tegur El menutup telinganya.

"El, geser dulu sayang, biar adek April bobo dulu. Kamu bobo sini, di samping adek," seru Prilly lembut membenarkan letak bantal untu El tidur.

Dengan wajah cemberut El bergeser sedikit ke kiri. Sedangkan Prilly sudah berada di sisi kanan dengan tubuh miring siap memeluk April. April sedah menyesap susunya yang ada di dalam botol dengan Prilly yang terus mengusap-usap kepalanya. Sedangkan El terus memperhatikan kedua wanita di hadapannya.

"Ma." Prilly mendongak saat El memanggilnya.

"Hmmm, apa Kak El?" sahut Prilly lembut, sejak kelahiran April, Ali dan Prilly bersepakat untuk memanggil El dengan embel-embel kakak, untuk membahasakan April agar terbiasa dengan panggilan tersebut.

"Semalam papa Al datang ke mimpi El. Papa pakai baju putih terus senyum sama El. Muka papa juga berseri sekali Ma, El sempat bingung kenapa dilihatin terus kaya gitu sama papa. Nggak lama papa pergi Ma. Papa mau kemana ya Ma?" El menceritakan tentang mimpinya semalam kepada Prilly.

El memang belum pernah sekalipun bertemu dengan Al, tapi ikatan batinnya yang kuat, dia tetap bisa merasakan kehadiran Al di dalam setiap langkah hidupnya. Prilly tak menjawab dia hanya terdiam dan kembali memandangi April yang sudah lelap tertidur.

"Mungkin papa Al rindu sama kamu, jadi papa Al datang ke mimpi kamu. Yaudah bobo gih besok kesiangan, kan kita besok mau jalan-jalan ke Jendela Alam." Prilly mengusap kepala El meminta putranya segera menyusul April.

Jendela Alam adalah salah satu tempat yang paling lengkap menghadirkan banyak aktivitas berbau pekerjaan di peternakan yang memungkinkan pengunjung agar dapat berinteraksi langsung dengan berbagai binatang atau tumbuh-tumbuhan, juga ikut menanam hingga memanen pertanian. Tempat wisata ini sangat bagus untuk edukasi anak-anak, karena di tempat itu mereka dapat terjun secara langsung dengan alam.

Perlahan tapi pasti El mulai terlelap, tetapi tidak dengan Prilly. Matanya masih terang dan tak sedikit pun rasa kantuk menyerangnya. Rasanya sulit sekali mata itu terpejam, setelah mendengar penuturan El tadi.

"Apa kamu rindu kami Honey? Kamu sering sekali datang ke mimpi El, tapi kenapa kamu nggak pernah datang ke mimpi aku waktu aku kangen sama kamu? Honey aku rindu," ucap Prilly lirih dengan terus menatap laki-laki kecil hebat di hadapannya. Tanpa terasa airmatanya luluh begitu saja.

"Aku janji akan membahagiakan Prilly, dengan caraku. Maaf Al, aku juga mencintainya dan saat ini dia milikku. Biarkan dia bahagia denganku." Ali sangat tidak bisa melihat Prilly menangis. Baginya satu tetes airmata yang jatuh itu sangat berharga.

Ali mendekat dan berbaring di belakang Prilly yang masih ada space di sana. Tangannya langsung memeluk erat dari belakang dan alhasil membuat si empunya terusik.

TAKDIR (Komplet)Where stories live. Discover now