DUA PULUH TIGA

13.1K 850 42
                                    

Dalam laut dapat diduga dalam hati tak dapat diterka, sifat seseorang tak dapat disangka setiap perkataan seseorang mengandung makna yang tidak bisa tertebak.

***

Tetesan embun pagi menyejukkan jiwa. Sisa pergulatan semalam masih membekas di dalam raga. Seulas senyum membuat hati tenang. Udara pagi yang masih terasa sejuk dan bersih, membuat pikiran semua orang jernih. Prilly menghirup dalam-dalam udara pagi ini. Tangan kekar melingkar di perutnya, ciuman bibir terasa lembut mendarat di bahu kanannya yang terbebas dari alas.

"Pagi Sayang," sapa suami Prilly terdengar sangat lembut dan pelan.

"Pagi, Honey." Entah apa yang Prilly pikirkan, namun dia sangat merasakan kenyamanan yang sudah lama hilang darinya.

Seseorang itu memutar tubuh Prilly, lalu merengkuh pinggangnya hingga tak ada celah di antara mereka.

"Apa kamu bahagia?" Jemari itu mengelus pipi Prilly lembut.

"Iya, aku bahagia Honey." Al tersenyum sangat manis seakan dia tak ada beban dan tak ada rasa sedih di dalam hidupnya sekarang.

"Lanjutkan kebahagiaanmu di sini, karena kebahagiaanmu juga kebahagianku." Prilly tersenyum melihat wajah berkilau Al yang menenangkan baginya.

"Aku sangat mencintaimu Honey," ucap Prilly lalu memeluk Al erat.

"Aku juga sangat mencintaimu Sayang." Al membalas pelukan Prilly.

Hingga terdengar tangisan seorang balita mengusik telinga Prilly. Perlahan Prilly melepas pelukannya dan membuka mata. Prilly menghela nafas dalam saat menyadari itu hanyalah bunga tidur. Ali-lah yang semalaman memeluknya bukanlah Al. Tangisan El membuat Prilly harus bangun. Prilly menyibak selimut dan membiarkan Ali masih tertidur lelap. Dia menali rambutnya asal lalu membuka pintu kamar.

"Mbak Bie, kenapa El nangis?" tanya Prilly sambil menuruni anak tangga.

"Ini Non, mau mimik susu, saya buatkan di botol nggak mau," adu Ebie lalu Prilly mengambil alih El dari gendongan Ebie.

"Oh, El sudah biasa tiap pagi cari nenennya Mbak Bie," seru Prilly berjalan ke kursi lalu mengeluarkan buah dada sebelah kirinya.

El masih terdengar sesenggukan lalu langsung melahap puting Prilly.

"Ya maaf, saya pikir nenennya El masih di pegang Tuan Ali. Ya sudah, saya berniat mau bikinin dia susu di botol," ujar Ebie setengah menggoda Prilly lalu berjalan ke dapur.

Prilly hanya tersenyum mendengar kata Ebie tadi. Prilly melihat El menyusu sangat lahap. Dia membelai kepala El lembut, tatapan mata El selalu tertuju di wajah cantik mamanya.

"Mama semalam habis ketemu Papa Al. Dia tanya, 'apa Mama bahagia?' Lalau Mama jawab kalau kita bahagia sekarang," ujar Prilly berusaha bercerita kepada El.

El melepas puting Prilly dan seakan dia mengerti apa yang sedang Prilly katakan. Dari tatapan El, Prilly tahu dia menuntut penjelasan.

"Papa Al sudah bahagia di sana. Dia melihat kita di sini, Papa juga selalu menjaga kita dari rumah Allah. El jangan bandel ya, Nak. Nurut apa kata Mama dan Papa Ali. Papa Al pasti bangga punya anak sepintar El." Prilly memberi pengertian untuk El.

El tersenyum lalu kembali menghisap puting Prilly. Saat Prilly masih sibuk memperhatikan El, Ali yang baru saja terbangun berjalan menuruni anak tangga.

"Kok nggak mandi sekalian?" tanya Prilly memperhatikan Ali sedang mengambil air putih di lemari es.

"Haus, air minum di kamar habis," jawab Ali lalu mengambil gelas.

TAKDIR (Komplet)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang