LIMA BELAS

7.5K 746 69
                                    

"Anak kita menunggu papanya sembuh. Kita akan rawat dia bersama, sampai nanti dia tumbuh menjadi anak yang baik dan pintar, seperti papanya."

"Sabar ya nak, papa sedang bobo. Pasti nanti papa akan bangun. Kita jagain papa bersama ya?"

"Honey, cepatlah buka mata kamu. Dengarkan aku. Aku di sini menunggumu."

Suara parau Prilly terdengar jelas di telinga Al. Namun entah mengapa matanya sangat berat untuk di buka. Tubuhnya kaku, tak dapat bergerak sedikit pun.

"Tuhan, ijinkan aku untuk menemui cintaku. Jika memang takdirku hanya sampai di sini, aku ikhlas. Tapi aku mohon, sebelum aku pergi berikan aku kesempatan untuk membuka mataku. Aku ingin melihat wajah cantik istriku. Aku ingin mengukir senyum di bibirnya sebelum aku meninggalkannya. Aku mohon kepada-Mu."

Dalam tidur panjangnya, Al selalu memanjatkan doa kepada Sang Penguasa alam ini. Dialah penentu takdir dan Dialah juga yang sudah menggariskan takdir. Maka dari itu Al sangat menyadari, hanya kepada-Nya juga dia harus meminta, agar Dia berbaik hati untuk sedikit mengubah takdir-Nya. Takdir berbaik hatilah dengan orang yang kini sedang lemah dan tak berdaya. Berpihaklah pada dia yang mencinta dan ingin menggenggam cintanya sebelum kau usai.

Tangisan memilukan dan isakan dari Prilly selalu mengusik telinganya. Hatinya bergetar sakit karena sudah membuat cintanya menangis sedih. Dia selalu memberontak dalam tidurnya, berusaha sekuat tenaga untuk membuka mata dan menggerakan tubuhnya.

"Aku mohon Sayang, jangan menangis. Aku akan segera bangun. Tanganku akan menghapus air matamu dan memelukmu seperti yang selalu kamu inginkan. Aku akan mendekapmu hingga kamu terlelap tidur dalam pelukanku." Kata itu hanya dapat terucap Al dalam hati.

Decitan pintu terbuka, membuat Prilly yang tadinya memeluk perut Al lalu menegakkan tubuhnya. Dandy terlihat dari balik pintu.

"Bagaimana perkembangannya?" tanya Dandy mendekati Prilly.

"Masih sama seperti 3 hari yang lalu Bang," jawab Prilly.

"Pulanglah dulu. Kamu butuh istirahat. Kasihan janin kamu," titah Dandy mengelus bahu Prilly.

"Tapi, aku ingin menjaga Al, Bang. Aku ingin saat dia membuka matanya, orang pertama yang dia lihat aku." Prilly masih saja bersi keras ingin tetap tinggal untuk menjaga Al.

"Ingat, ada anak Al di dalam perutmu. Jika Al tahu kamu sampai sakit, dia pasti akan marah dan Abang nanti yang disalahkan karena tidak bisa menjagamu." Prilly menghela nafasnya dalam.

Dia membayangkan bagaimana marahnya Al jika tahu dirinya sampai sakit apa lagi sekarang keadaannya sedang mengandung. Prilly mengelus rambut Al lembut.

"Honey, aku pulang dulu ya? Besok pagi aku akan datang ke sini lagi. Malam ini Bang Dandy yang akan menemani kamu." Prilly membungkukkan badannya mencium kening Al cukup lama.

"Bang, aku pulang dulu ya? Kalau ada sesuatu langsung hubungi aku."

"Iya. Kamu jangan lupa makan dulu dan ingat diminum susu ibu hamilnya. Biasanya selalu Al yang membuatkan. Mulai sekarang biasakan melakukan hal sendiri, jangan tergantung semuanya pada Al." Peringatan Dandy kepada adik satu-satunya itu.

TAKDIR (Komplet)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang