Chasing Pavements

1.9K 99 0
                                    

Darrel menatap semua laporan pemantauan dari Tuan Mendez tentang kabar Jeslyn selama hampir 5 bulan ini, segala tentang Jeslyn tidak bisa ia dapatkan dengan mudah terlebih Carlos yang selalu menghalanginya. Sulit sekali mengikuti jejak Carlos karena mereka sama-sama tahu betapa pintarnya orang kepercayaan mendiang Tuan James. Namun dalam setiap rumitnya masalah selalu ada titik cahaya pemecahnya, saat ini Darrel sudah menggenggam erat poto-poto yang memperlihatkan Carlos yang selalu menemui Zayn Adam setelah setiap kali Carlos menemuinya, Darrel ingin sekali menyimpulkan segala argumen nya namun dia tidak mau terburu-buru, Darrel membalik-balikkan lagi semua poto-poto itu dan 2 poto terakhir yang berhasil membuat Darrel meradang adalah ketika dia menitipkan bucket bunga kepada Carlos namun Carlos memberikannya kepada Zayn dan setelah itu di tepi jalan yang sepi Zayn membuang bunganya.

" Apa kau tidak bisa mengikuti nya sampai dia ke suatu tempat pak ?"

" Puluhan kali kami mencobanya Tuan tapi selalu saja dia berhasil mengelabui kita "

Darrel memijat pelipisnya sambil menarik panjang napasnya.

" Apa Jeslyn benar-benar bersama dia ?"

" Bisa jadi Tuan, saya akan terus melakukan pengintaian..Setiap minggu saya selalu mengganti team agar tidak ada yang curiga "

" Batalkan semua jadwalku hari ini dan besok pak " Ucap Darrel singkat tanpa menanggapi ucapan Tuan Mendez terlebih dulu karena dia tahu apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Darrel mengambil jasnya lalu pergi mencoba mencari apa yang bisa sedikit membuatnya tenang.

" Aku harap apa yang ada di pikiranku ini salah " gumam Darrel dalam langkah tegasnya.

Setelah melajukan mobilnya seperti orang kesetanan akhirnya Darrel sampai di depan gedung perusahaan Zayn, di balik kacamata hitamnya ada tatapan penuh amarah yang segera meledak. Dengan tangan yang dingin dan mengepal kuat, Darrel turun dari mobilnya lalu masuk ke dalam kantor Zayn.
Tanpa mempedulikan pandangan heran dari orang-orang yang melihatnya dan tanpa dia bertanya dengan resepsionis di lobi itu, Darrel langsung masuk kedalam lift dan menekan angka 27 yaitu ruangan Zayn, dalam hatinya ia berharap dia tidak bertemu dengan Zayn agar amarahnya tidak terlampiaskan tanpa bukti yang lebih jelas lagi namun sisi lain dari dirinya meyakinkan Darrel agar menemui Zayn hari ini.

Ting....

Ketika pintu lift terbuka lebar Darrel terdiam sejenak untuk mengambil napas panjangnya.

" Aku harap aku tidak melakukan hal bodoh hari ini " Ucapnya dengan berbagai sanggahan atas segala argumennya yang saat ini memenuhi otaknya, dia berusaha bersikap tenang namun tetap saja emosinya kini mengusainya dengan tangan yang terus mengepal kuat. Dia menutup matanya mencoba mencari ketengan namun saat dia keluar dari lift baru beberapa langkah Darrel membeku melihat Fae putrinya tersayang berlari menuju arahnya sambil tersenyum senang.

" Fae...sayang..Jangan jauh-jauh "
Darrel mendengar dengan jelas panggilan itu disertai suara kaki yang berusaha mengejar Fae dari arah ruangan di pojok lantai ini, Darrel mencoba membuka matanya lebar dan mencoba meyakinkan apa yang dilihatnya ini benar.
Dengan berbinar Fae lari kearah Darrel dan dengan spontan Darrel berlutut untuk menerima pelukan kecil Fae.

" Fae..." Ucap Darrel sambil membawa Fae kedalam gendongannya.

" Fae...kau di..." Ucapan Zayn terpotong saat dia melihat Fae berada di pelukan Darrel. Perlahan Zayn berjalan mendekati mereka.

" Aku tidak menyangka rencanamu sekeparat ini " Geram Darrel dengan tatapan tajam kepada Zayn.

" Aku hanya meneruskan apa yang kau rencanakan " Jawab Zayn santai.

Mendengar itu amarah Darrel seperti akan meledak.

" Kau tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi !! " Gertak Darrel sebelum dia akhirnya membawa Fae masuk ke dalam lift dan membawanya pergi dari tempat Zayn.

It's YouМесто, где живут истории. Откройте их для себя