part 9

459 32 0
                                    

____Dangerous Of Utara_____
______@MusMusculus3______


Author POV

-Raya Wasita High School-

Salah satu sekolah senior dengan akreditas yang tidak bisa dibilang buruk. Melalui para murid yang beberapa diantaranya memiliki kemampuan akademik berlebih hingga mampu mengangkat nama baik sekolah ini menjadi salah satu sekolah yang masuk dalam nominasi best versus. Semuanya butuh proses,  Keberuntungan sekolah ini tentu saja tidak hanya melalui sang murid yang terus membanting segala jenis belajar dan memeras semua ability yang mereka miliki, peran sekolah-nya sudah pasti berperan penting. Dari teacher dengan kualitas yang terjamin, mengajar, melatih, mengawasi, mendisiplinkan, hingga mencerdikkan sesuatu yang memang seharusnya dicerdikkan.

Tidak ada yang sempurna di dunia ini, termasuk kau yang merasa puas dengan hasil kerjamu, termasuk kau yang nyaris mendekati kesempurnaan.  Siapa sangka, sekolah Raya Wasita tidaklah sebaik segala kualifikasi yang baru saja di umbar-umbarkan. Dibalik muridnya yang dapat menjangkau segala kearifan segala dunia pelajar, mereka terlalu kompak hingga menjadikan ambisi sebagai teorinya, kemudian kesalahan diletakkan tepat di depan kelopak mata.

Sejak tawuran itu, 8 tahun lalu ketika semua bermula. SMA Raya Wasita dan SMA Dharwa melangkah pada kekelaman, terperosok warna hitam yang begitu pekat. Terlalu banyak pesaing hingga pertarungan nyata membuat permusuhan mereka permanen. Jauh dari kata normal, semua tidak bisa terselesaikan dengan otak, karena mereka berakhir menggunakan cairan merah.  Hingga kini semua masih saja terjadi. Menurun dan membenih kepada penerusnya, sebagai rahasia umum. hanya saja saat ini adalah new evolution, yang membuat kisah permusuhan mereka sedikit berbeda.

_____Dangerous Of Utara_____

Author POV

10.00
Jam istirahat menggelenting dengan merdunya, Mengembalikan rasa kantuk para manusia yang terjebak dalam ruangan berjajar itu. Murid SMA Raya Wasita mulai berhamburan ketika memastikan guru mereka kembali pada populasinya. Kantin-kantin mulai dipenuhi dengan mahluk yang tiada hentinya berceloteh. Lihatlah sekeliling, siswa dan siswi seakan baru saja kehilangan sebagian memorinya melupakan beban tugas sekolah yang menumpuk, tertawa bebas, dan begitu suci tak berdosa. Menikmati waktu berharga bernama istirahat.

Namun, lihat ke sana. Beberapa siswa masih setia dengan tapakan pantatnya. Termasuk dua pemeran manis kita, seakan lagi-lagi terjebak pada dunianya.

"Ray, kamu ngapain sih? Nggak laper?" Tanya utara memelas. Ia masih dengan posisi menopang dagunya, menatap Raya yang berkutat dengan laptop hitam. Jarinya sibuk dengan tombol-tombol kubus kecil dalang dari suara 'tok tok tok' pengisi keheningan, suaranya terdengar merdu disela-sela kebisingan kecil kelas itu.

"Ngerjain tugas kelompok. Tau tuh buru-buru amat!" Jawab Raya menunjuk seseorang di sebrang kursi dengan dagunya, kemudian melirik sekilas untuk memastikan sang lawan tak memberikan respon.

"Kalo bisa dikerjakan sekarang kenapa harus nanti-nanti?" Sahut seseorang yang juga sibuk dengan buku tulis--Irgi, wakil ketua kelas yang terkenal dengan keketusannya.

Utara mendecakkan lidahnya menangkap tanggapan Irgi. "Kalo bisa dikerjakan nanti kenapa harus sekarang?" Balas Utara sewot. Ia masih  tidak mengerti kenapa sekolah dengan banyak murid sedisiplin Irgi memiliki sisi negative yang tidak terfikirkan sebelumnya. Bukankah anak berandal sekalu identik dengan perkelahian? Sementara anak-anak di sini benar-benar istimewa dengan kelainannya. 'Aku rasa ayah telah mendaftarkan sekolah yang salah,' Batin Utara setiap kali bayangan nostalgia milik raya yang sepanjang kali lebar acapkali menghantui lamunan kecilnya.

Mata Angin (UTARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang