part 5

751 188 4
                                    

_____Dangerous Of Utara_____
______@MusMusculus3______

Athor POV
14:00

Suara bell yang ditunggu pria itu, ketika otaknya tak fokus lagi dengan lelaki tua yang tanpa henti-hentinya menjelaskan materi runyam Matematika. Bahkan pelajaran favoritenya itu tak lagi semenarik pena hitam yang ia permainkan di jari-jarinya.

Tapi lelaki itu masih dalam posisi yang sama, ketika suara bell itu terdengar nyaring memanggil para pendengar setianya. Sedikit membuat Gazafa Adiyatama melirik lelaki tua yang baru saja melenggang pergi, kemudian kembali mempermainkan pena hitamnya. Memikirkan sesuatu, entah apa.

Kepala gadis kecil melongok ke dalam kelas, matanya terlihat berlarian mencari seseorang. Gaza menoleh, menyadari sesuatu. Kemudian menghentakkan kakinya sedikit berlari menghampiri bocah berpipi chubby itu. Di belakangnya terlihat lelaki berseragam sama dengan Gaza.

Langkah Gaza terhenti tepat dihadapan mereka, menelusuri tiap jengkal gadis kecil bermata sembab. Terlihat kacau memang, dengan baju lumpur dan lututnya memerah seperti luka goresan. Melihat tatapan tajam Gaza, bocah kecil itu memundurkan langkahnya, bersembunyi di balik lelaki yang sedari tadi bersama gadis kecil itu.

"Apa yang terjadi? Seragammu, apa kau melarikan diri lagi?" Nadanya sedikit meninggi pada pertanyaan terakhir. Membuat gadis kecil itu menggenggam ujung seragam lelaki yang ia jadikan tempat persembunyian.

"Jerry!" Suara gadis itu membuat lelaki bernama Jerry itu menoleh, sempat membuatnya mengacuhkan suasana tak menyenangkan diantara lelaki di hadapannya dengan gadis kecil yang tetap menggenggam ujung seragamnya erat. Kemudian menapat Gaza lagi yang masih menuntut jawaban dari bocah kecil itu.

"Apa harus dengan emosi menghadapi anak kecil sepertinya?" Kini pandangan Gaza beralih pada seseorang yang bahkan baru ia sadari kehadirannya. Sedikit teralihkan dengan kehadiran gadis yang baru saja bergabung dengan mereka, gadis yang belum lama berteriak mengganggu pendengarannya.

"Bukan urusanmu. Lagipula, siapa kau? Dan mengapa Alkira bisa bersamamu dengan keadaan seperti itu?" Tangannya ia lipat di depan dada, Menunggu jawaban Jerry.

"Aku hanya mencoba menolong gadis kecil yang terlantar mencari kakaknya. Kemudian aku membawanya kesini sesuai dengan keterangan gadis ini bahwa kakaknya berada di kelas yang sama dengan saudaraku. Benarkan, Al-kira?" Sedikit ragu menyebutkan nama yang baru saja ia ketahui. Jerry menundukan kepala, menatap Alkira yang tingginya jauh di bawahnya. Menarik sedikit lengan Alkira, memberikan tatapan 'tidak akan apa-apa' , membuat Alkira keluar dari persembunyian. Jerry berjongkok menyetarakan tingginya dengan tinggi Alkira. Tangannya ia letakkan pada pundak kecil gadis berambut coklat itu.

"Apa dia kakakmu?" Tanya Jerry dengan jari yang ia arahkan ke Gaza. Gadis kecil itu terlihat ragu untuk menjawab.

"Iya."

"Tidak!"

Secara bersamaan kata itu keluar dari kedua belah pihak, Alkira dan Gaza. Sebelah alis Jerry terangkat, berusaha memahami apa yang terjadi disini.

"Dia bukan adikku." Tambah Gaza dengan tatapan kosong ke arah yang tak jelas. Alkira menoleh menatap Gaza, matanya berkaca-kaca. Ia mulai terisak, mungkin merasa tersakiti dengan kata-kata lelaki yang ia sebut sebagai kakak. Gaza menghembuskan nafas kasar, mengacak rambutnya frustasi. Ia mendekati Alkira, menggendongnya, kemudian membawanya pergi setelah kata "jangan menangis" keluar dari mulutnya.

Mata Angin (UTARA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang