[Ozu] - Chap. 07.

12 1 0
                                    


"Argh."

"Onii-chan?"

Aku terbangun dari mimpi burukku dengan nafas yang tersengal. Aku bisa merasakan peluh membanjiri wajahku karena segala ketakutanku.

"Onii-chan, daijobu ka?"

Aku memfokuskan pandanganku dan mendapati wajah adikku yang tampak sangat khawatir. Tumben sekali yang membangunkanku dia, bukan ibu.

Aku tersenyum tipis. "Daijobu."

Raut khawatir tak kian luntur dari wajahnya. "Kau meracau tidak jelas selama tidur tadi, apa kau selalu seperti ini setiap pagi?" tanyanya cemas.

Eh?

"Meracau?" tanyaku bingung, seraya bangkit untuk duduk dibantu adikku.

Chika mengangguk. "Kau tampak tersiksa. Apa kau mimpi buruk?" tanyanya.

Aku tak menggubris pertanyaannya. "Apa ibu tau? Mengapa ibu tidak membangunkanku?"

Chika menggedikkan bahu. "Entahlah, dia hanya menyuruhku karena katanya lelah membangunkanmu. Mungkin maksud ibu dia lelah mendengar racauanmu yang menyedihkan," ucapnya pelan.

Aku tersenyum tipis dan mengangguk mengerti. "Souka. Jangan terlalu khawatir, hanya mimpi buruk biasa kok," ucapku mengacak rambutnya untuk mengurangi rasa khawatirnya padaku.

Chika tersenyum tipis. "Mimpi buruk seperti apa? Apa tentang kejadian tahun lalu?" tanyanya masih dengan nada khawatir.

Aku terdiam, menciptakan keheningan cukup lama antara kami berdua. Lalu aku tersenyum dan mengusap kepalanya. "Tidak usah dipikirkan, oke? Aku mengerti akan rasa khawatirmu itu, namun aku juga tak mau membuatmu cemas. Jadi, jangan terlalu dipikirkan ya?" pintaku.

Dia menghela nafas. "Baiklah, baiklah." Chika berdiri dan berjalan ke luar kamarku. Sampai di dekat pintu, ia menoleh padaku dengan matanya yang berbinar-binar.

Meh, dia pasti akan merengek padaku.

"Apa?" tanyaku malas.

"Antarkan aku ke mall hari ini ya? Ada sebuah café yang baru buka, dan aku ingin mengunjunginya! Café itu menyediakan banyak sekali es-krim! Ya ya ya?" pintanya dengan mata berbinar.

Aku memutar  bola mata dan berdecak pelan. "Ya ya, tak ada gunanya menolak. Pada akhirnya kau akan tetap memaksaku 'kan?" cibirku seraya membanting tubuhku ke kasur.

Aku meliriknya dari ujung mataku, tampak ia sedang tersenyum tiga jari. "Kau yang terbaik, Ozunii-chan!"   ucapnya lalu berlari keluar dari kamarku.

Baru ingin menutup mata untuk kembali beristirahat, ia berteriak lagi, "Cepatlah turun! Oka-san  dan Oto-san  menunggumu untuk sarapan!"

"Haaai!"

*

"Huh, panas sekali hari ini," keluhku seraya mengusap peluh keringat yang mengaliri pelipisku. "Aku benci jalan kaki," lanjutku menggumam.

"Itu sih, kau saja yang malas. Nii-chan,"  sahut Chika yang berjalan dengan santainya di sampingku.

Aku menghela nafas. "Ah, kalau tau tidak dibolehkan pakai motor oleh Ayah, aku tidak mau menemanimu!" gumamku menyesali ucapanku seraya memandang langit dengan matahari yang bersinar terik. Ah, panasnya. Baik, orang lain boleh mengataiku berlebihan atau apalah, tapi memang begitu nyatanya. Aku benci panas, lelah, dan jalan kaki. Makanya, saat masuk sekolah baru, aku minta dibelikan motor. Namun hari ini, ayah melarangku memakainya untuk menemani adikku. Katanya, motor hanya dipakai untuk sekolah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang