Seventeen

12.7K 921 24
                                    

Dhea POV

Hari ini gue berangkat ke sekolah dengan suasana yang berbeda dari hari biasanya. Kenapa? Karena gue mau jawab pernyataan Revan waktu itu. Pasti kalian udah tau kan jawabannya? Jawabannya adalah tidak.

Gue masuk ke sekolah setelah menaruh sepeda motor di parkiran sebelah sekolah.

"Hai, Dhe!" sapa Rahma teman sekelas gue sambil memandang gue dari atas sampai bawah.

Gue melempar senyum ke Rahma dengan senang hati.

"Pantes banyak yang ngebet, centil gitu." Ucap Rahma yang langsung melengos aja dari hadapan gue.

Centil apanya ya? Perasaan gue ini biasa-biasa aja. Ah, mungkin Rahma lelah.

Gue masuk ke kelas dengan santai. Melihat Rena udah berangkat, gue langsung terburu-buru mendekatinya.

"Halo, Ren. Nggak ada PR 'kan?" sapa gue ke Rena.

"Nggak ada kok, Dhe. Eh gue mau ngomong sama lo nih." ucap Rena.

"Ngomong aja kali," sahut gue.

"Kalo gue suka sama Arsa, apa lo bakal mutusin Arsa?" tanya Rena.

Jedor! Gue nggak bisa jawab. Kenapa Rena nggak bilang dari dulu kalo dia suka sama Arsa? Kalo tau gitu mah gue nggak mau nerima Arsa.

"Kenapa lo nggak bilang dari dulu, Ren? Gue udah sayang sama Arsa," tanya gue.

"Gue juga baru ketemu kemarin pas meet up, Dhe. Cinta pandangan pertama." jawab Rena.

Gue hanya bisa diam. Duh, kenapa harus sahabat gue yang suka sama pacar gue sih?

Ketika pikiran gue lagi kacau, tiba-tiba Revan datang dan langsung mendekat ke arah gue.

"Apa jawabannya, Dhe? Gue udah siapin party buat merayakan hari jadian kita." tanya Revan penuh harap.

Di satu sisi gue nggak mau menyia-nyiakan orang baik. Tapi di sisi lain, gue udah punya pacar.

"Maaf, Van. Gue---" ucapan gue langsung diputus sama Rena.

"Dhea baru jadian sama orang luar kota, Van. Pastinya lo bakal ditolak. Iya 'kan, Dhe?" ujar Rena.

Setelah ngomong kayak gitu, Rena pergi keluar kelas. Akhirnya cuma ada gue sama Revan di kelas. Gue nggak nyangka Rena bakal ngomong kek gitu.

"Gitu ya, Dhe. Yaudah deh nggak papa. Congrats ya. Semoga cepet putus biar ganti sama gue. Hehe," ucap Revan kemudian keluar kelas.

Hati gue panas. Ingin rasanya diriku mengunyah Revan dan memuntahkannya ke sebuah tempat sampah.

"Yang sabar ya, Dhe. Orang baik selalu menang." gumam diri gue sendiri.

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Menandakan kalau pelajaran hari ini telah selesai.

"Dhea, lo tau nggak?" tanya Rena sambil merangkul gue yang sedang memasukkan buku ke tas.

"Tau. Lo pasti mau cuci mata ke kelas sebelah 'kan? Lihat cogan bertebaran disana. Iya, 'kan?" jawab gue ngasal.

"Nggak ih. Gue kemaren chattingan sama Arsa lho. Ternyata dia orangnya asik ya," ucap Rena.

Tiba-tiba acara memasukkan buku ke dalam tas gue berhenti ketika mendengar ucapan Rena. Ada rasa cemburu yang lewat tanpa diundang.

"Kenapa, Dhe? Eh udah jam dua siang ya? Gue mau les dulu ya, Dhe. Bye," ucap Rena keluar kelas sambil melambaikan tangan ke arah gue.

SELEBGRAM [END]Where stories live. Discover now