Fourteen

14.5K 1K 31
                                    

Arsakha POV

Siang yang cerah dengan hati yang mendung. Gue udah lebay, lemesh bray (korban iklan). Tadi pagi udah dihukum sana-sini gegara nggak ngerjain PR. Huft, indahnya hidup ini.

Seperti biasa, Raihan selalu mengantar gue pulang ke rumah. Raihan itu sahabat gue dari masih di kandungan. Tetanggaan, musuhan, temen kampret, temen gila, dan temen bok*ep gue. Yang terakhir mohon diabaikan.

"Lo mau minum apa?" tanya gue ke Raihan ketika sampai di rumah gue.

Kebetulan di rumah gue lagi sepi. Nggak ada orang selain gue dan Raihan.

"Minum air," jawab Raihan.

"Air hangat atau air dingin?" tanya gue lagi.

"Air dingin," jawab Raihan cuek sambil membaca majalah yang tersedia di meja ruang tamu gue.

"Yang suhunya -5 derajat apa -10 derajat?" tanya gue lagi.

Raihan menatap gue kesal .

"Ribet amat ngasih air minum. Teh aja deh kalo gitu," ucap Raihan kembali fokus ke majalah.

"Teh tawar atau teh hijau?" tanya gue lagi.

"Teh tawar tapi dikasih gula." jawab Raihan.

"Kalo itu mah bukan tawar namanya, goblok." ucap gue.

"Yaudah deh. Gue mau teh hijau yang manis kaya gue." ujar Raihan.

"Gulanya dua sendok atau lima sendok?" tanya gue lagi sambil menahan tawa.

Raihan langsung nimpuk gue pake majalah yang di tangannya.

"Gue haus, kampret!" ucap Raihan sedikit emosi.

Tanpa menunggu timpukan kedua dari sang raja kampret, gue langsung ngebirit ke dapur buat ambilin air putih.

"Nih," ucap gue sambil menaruh gelas yang berisi air putih, di atas meja.

"Nggak dari tadi luh." ujar Raihan meminum air putih itu.

Gue menanggapi ucapan Raihan dengan wajah bodo amat.

"Sa, kapan meet up lagi? Gue kangen Dhea, hahaha," tanya Raihan diselingi tawaan.

Sebenarnya gue juga pengen meet up bareng folx. Saling tatap muka sama teman medsos itu kaya beli semangka berbiji emas. Tapi tergantung orangnya juga sih. Kalo dia jahat mah, bagaikan tai di atas sungai, mengambang tidak jelas.

"Woi," ucap Raihan yang membuyarkan pikiran gue.

"Gue bingung sekaligus takut." ujar gue.

Raihan mengerutkan alisnya.

"Takut kenapa?" tanya Raihan.

"Trauma gue ketemu cewek abrakatabrak kaya Dona. Dih, jijik gue." ucap gue.

Raihan mendengar perkataan gue malah ketawa. Lah nih orang gimana sih? Orang temennya ketakutan, eh dia nya malah ketawa.

"Gampang itu mah. Gue yang atur semuanya deh. Dan gue pastikan nggak ada cewek ababil kayak dia lagi. Tapi lo harus ngasih gue imbalan." ucap Raihan.

"Imbalan apaan?" tanya gue bingung.

"Comblangin gue sama Dhea. Hahaha," ujar Raihan sambil tertawa.

Gue malah ikut-ikutan tertawa nggak jelas.

"Comblangin ya? Entar gue anggap lunas hutang lo sama gue yang dulu-dulu," ucap Raihan lagi.

Gue menganggukan kepala. Eit, bukan berarti gue mau comblangin dia sama Dhea lho. Yakali, gue comblangin calon pacar gue ke temen? Nggak bakal lah.

SELEBGRAM [END]Where stories live. Discover now