Part 15. 2-Maafkan Aku

Start from the beginning
                                    

Pertanyaan itu membuatnya tersadar betapa selama ini ia tidak mengenal Sean. Valeria tidak tahu apa yang Sean sukai dan tidak disukainya.

"Kamu harus makan, Sean! Biar cepat sehat dan segera keluar dari sini. Bukankah kamu benci rumah sakit?" Marinka menatapnya heran.

"Aku tidak bisa makan Ma. Dokter menyuruhku puasa mulai siang ini untuk digips nanti malam." Sean menjelaskan.

"Oh...begitu..." Marinka mengerti dan tidak melanjutkan. Ia menatap makanan itu dan Valeria bergantian.

Valeria merasa lega. Ternyata alasan Sean menolak makan bukan karena dirinya. "Mama sudah makan belum? Kalau belum, Mama makan saja. Maaf tadi Vally nggak tahu Mama datang, kalau tahu Vally belikan makanan lebih."

"Nggak apa-apa. Kamu sendiri sudah makan, Nak?" Marinka bertanya.

Valeria mengangguk "Sudah sekalian tadi sebelum kesini."

"Ya sudah, kebetulan ini makanan kesukaan Mama. Mama makan dulu ya kalau begitu"

Mertuanya akhirnya memakan makanan itu. Kelihatannya ia sibuk memikirkan anaknya sehingga lupa makan sejak kemarin malam.

***

Valeria menemani Sean dan Marinka hingga sore hari. Ia lebih banyak bercakap-cakap dengan Marinka seharian ini. Sean hanya berbicara jika ditanya. Itupun hanya jawaban singkat yang juga sepertinya diucapkan dengan malas.

Valeria memperhatikan Sean beberapa kali. Rambut Sean acak-acakan dan mulai panjang melewati telinga dan matanya. Kelihatannya Sean lupa memotong rambutnya akhir-akhir ini. Di pelipis kanannya ada sedikit luka yang sudah dijahit dan beberapa lecet yang tidak terlalu mengkhawatirkan. Ia tidak terlihat seperti makhluk kejam menyebalkan yang Valeria kenal selama ini.

Valeria sudah berjanji pada dirinya akan bersabar menghadapi Sean. Ia akan menemani Sean selama berada di rumah sakit suka ataupun tidak. Betapa mengherankan bahwa dalam waktu kurang dari 24 jam kebenciannya terhadap Sean memudar seketika karena Sean menyelamatkannya. Sean memang mengatakan tidak mencintainya, tapi tindakan Sean padanya membuat Valeria merasa Sean peduli padanya.

Sore harinya, Valeria pulang dijemput kakaknya sebentar dan setelah mandi dan makan ia kembali lagi ke rumah sakit bersama semua keluarganya. Agak sedikit rempong memang...

Sean ternyata sudah selesai digips saat Valeria datang kembali dan sedang tertidur di kamarnya. Andre dan Amelia menyuruh Marinka pulang untuk beristirahat dan Marinka menurutinya.

Mertuanya pulang ke rumah sebentar dan berjanji akan kembali esok pagi secepatnya. Ia menitipkan beberapa pesan pada Valeria tentang pukul berapa Sean harus meminum obatnya dan hal-hal lain yang cukup penting. Valeria mengangguk mengerti.

***

Sean membuka matanya.

Sejenak ia kebingungan tetapi ia langsung teringat dimana dirinya berada.

Ia menatap tangannya yang baru saja dipasang gips oleh dokter. Ternyata dokter membiusnya total selama pemasangan dan ia tertidur entah berapa lama. Jam berapa ini?

Ia melirik sekeliling ruangan untuk mencari jam dinding atau ponselnya. Ia tidak menemukan jam dinding tetapi ia melihat televisi menyala dengan volume rendah. Siapa yang menunggunya?

Ia melihat ke arah sofa di samping jendela dan menemukan Valeria duduk bergelung di sana sedang asyik membaca. Ia mengenakan kemeja putih longgar dan celana jeans biru donker. Apa yang dilakukan Valeria disini? Tolong jangan katakan dia yang menungguinya malam ini.

Ia melihat ke arah sekitar mencari-cari keberadaan manusia lain di ruangan itu. Tidak ada yang lain...Hanya Valeria.

Sean merasa resah. Mengapa harus Valeria yang menungguinya? Ia kembali teringat kata-kata terakhir Valeria yang diucapkannya sebelum kecelakaan kemarin.

"Aku bahkan tidak menyukaimu, Sean. Sentuhanmu membuatku jijik."

Ia membuat Valeria merasa jijik...

Betapa pernyataan Valeria itu membuatnya merasa seperti ada sesuatu yang mati pada dirinya. Ia tidak akan pernah merasa sama seperti dulu lagi. Jadi selama ini apa yang dikatakan Valeria padanya bukanlah lelucon. Valeria sudah mengatakan berulang kali bahwa ia membenci dirinya. Sean tidak pernah sadar untuk mendengarkan.

Untung saja ia mengatakan tidak mencintai gadis itu.

Valeria pasti menertawakannya jika ia mengatakan sebaliknya. Dan setelah ia mengatakan bahwa ia tidak mencintai Valeria, gadis itu mengakui perasaannya secara jujur padanya.

Valeria merasa jijik padanya.

Dan lama-kelamaan entah kenapa perasaan resah itu berubah menjadi sebuah dendam. Ia tidak akan membiarkan gadis ini mengetahui betapa sakit dirinya mendengar pernyataan tersebut.

"Aku tidak pernah menyuruhmu untuk setia padaku. Carilah wanita lain untuk memuaskan nafsumu"

Kata-kata itu juga terngiang-ngiang di telinganya. Baiklah...Valeria ingin ia mencari wanita lain? Keinginan gadis itu akan segera terkabul secepatnya.

Ia tidak akan membiarkan Valeria menyakitinya lagi.

Ralat..Ia tidak akan pernah membiarkan siapa pun menyakiti dirinya lagi.

***

***

Semoga nggak tambah kesel dengan update ini ya, hehehe.

Vote dan komen ditunggu...

(END) SEAN AND VALERIAWhere stories live. Discover now