The Eighteenth Run : Flashback [5]

1.1K 89 1
                                    

Author POV


Banyak jenazah relawan yang berserakan. Asap hitam mengepul dimana mana akibat bom yang dijatuhkan oleh pihak Dentaag. Langit menghitam seakan akan mewakili suasana yang terjadi saat itu ditengah hutan di kepulauan Tuna. Team 17 , yaitu kelompok tentara yang sedang dalam perjalanan menuju Ylvan , kota yang saat ini tengah dijajah oleh bangsa Solomon , terlacak oleh musuh. Pihak Dentaag kemudian mengerahkan pasukannya untuk menghabisi Team 17 bersama relawan .


Situasinya sangat mencekam , rintihan kesakitan terdengar dimana mana. Nafas Juanda tersengal sengal. Dia berhasil lolos dari serangan Dentaag dan bersembunyi didalam sebuah goa bersama Ron yang juga selamat.


Pasukan yang dikerahkan memecah formasi dan berpencar untuk memeriksa keadaan sekitar. Mereka juga memasang ranjau didalam tanah. Semuanya terlihat begitu mencekam. Langit juga berubah menjadi kelam. Angin berhembus ke arah utara.

"Hh.. hhh.. Jun.. bagai--"


"Ssstt!!!" Juanda langsung menutup mulut Ron dengan menggunakan tangannya. Ia menyandarkan punggungnya pada tembok dan menempelkan telinganya pada dinding goa.


"Seseorang sedang menuju kesini. Persiapkan senjatamu"


Ron dengan tangan yang bergemetar mengambil selongsong peluru dari dalam tasnya dan membenarkan posisi helm.


"Sssrrk"


Benar saja , seorang tentara pihak Dentaag mendapati sebuah Goa yang terletak dipinggir sungai. Ia lalu masuk kedalam dengan langkah yang benar benar pelan.

Detak jantung kedua sahabat itu berdetak semakin cepat . Semakin cepat dan semakin cepat saat Jun mengode kepada Ron untuk bersiap siap karena musuh dirasa berada dalam radius yang cukup dekat dengan mereka.


Semakin dalam tentara itu memeriksa , semakin minimlah penerangan yang didapatnya. Dengan berani tentara yang berpihak pada Dentaag semakin melambatkan langkahnya dan meningkatkan kewaspadaannya akan musuh. Ia berjalan semakin dalam. Dalam. Dan terus berjalan hingga dirasa tak ada lagi penerangan yang bisa didapat.


Ia mengambil sebuah senter dari dalam tasnya. Ia mencoba menghidupkan senter itu. Mati. Lalu ia kembali mencoba. Masih saja mati. Pria itu menggoncang goncang senternya lalu memukul mukul bagian lampunya pada dinding Goa.


DORR!!


Pria itu tumbang. Juanda berhasil melubangi jantung orang itu. Ron dengan sigap mengambil senter dan menggeledah isi ranselnya. Ron mengambil beberapa peralatan , seperti sebuah pisau berukuran 15 cm , beberapa kotak peluru , tambang , dan juga sebuah pistol K47.


Sebuah WalkieTalkie yang tergantung pada pinggang jenazah ini berbunyi. Juanda meraihnya dan mencoba mendengarkan instruksi dari seseorang diluarsana yang disebarkan melalui alat ini. Ia tak dapat mendengar jelas apa yang dikatakan orang itu.



"Ron , bersiaplah. Kita akan keluar dari sini"

CAN'TWhere stories live. Discover now