Prologue

5.4K 285 4
                                    

Kau tak akan pernah tau apa yang akan terjadi padamu 10 menit dari sekarang . Bisa saja Tuhan mencabut nyawamu 10 detik setelah kau mengatakan "Mati? Aku yakin akan mati jika aku sudah punya anak 7 nanti" didepan teman temanmu pada saat malam menuju kelulusan SMA mu?


Atau , bagaimana jika selama 10 menit tersebut kau tiba tiba mendapatkan sebuah nikmat yang sangat luar biasa dan bahkan kau sama sekali tak menyangka nyangka sebelumnya?


Bagaimana , jika selama 10 menit kedepan tiba tiba bumi bergoncang hebat dan memakan semua benda yang ada diatas keraknya ini?


I mean , of course no one knows . Hanya Tuhan yang tau itu semua .


Bahkan kalian bertanya tanya . Kenapa aku bisa berkata demikian . Aku bukanlah seorang Mario Teguh , apalagi Deddy Corbuzier yang selalu menyelipkan kata kata motivasi pada setiap acaranya . Aku juga bukan pujangga yang disebut Roma Irama dalam lagunya . Aku juga bukan Caesar Aditya -Pejoget yang tengah meroket itu- yang selalu mengoceh tanpa orang orang bisa tahu maknanya .


Simple . Karena saat ini , aku mendapatkan 10 menit yang berhasil memporak porandakan imanku .


Siapa sangka? Aku yang tengah berdesak desakan didalam bus melihat sebuah dompet yang mencuat dari dalam sebuah tas sandang hitam . Seakan akan memanggilku , "Nial.. Nial.. Aku membutuhkan belaian lembut tanganku" . Aku bisa saja langsung mencomot dompet itu dari tas dan turun di halte berikutnya .


Setan mulai membisikkan kata kata mautnya disebelah kiriku .


Tanganku semakin gatal tatkala mobil yang tiba tiba mengerem mendadak dan membuat tas itu -Wanita yang wajahnya tak bisa kuperhatikan dengan jelas- semakin menempel pada lengan kananku .


Ya Tuhan , aku bisa gila .


"Ambil saja , Nial . Ingat uang kuliahmu . Dan juga uang sekolah adik adikmu.."


Bisikan bisikan itu datang dari mana mana . Kututup rapat kedua kelopak mataku sembari menekan hasrat jahannam itu . Aku akan mendapatkan uang sendiri dengan cara halal! Aku menjamin itu! Lagian gajiku sebagai Operator Warnet didekat kampus kurasa cukup untuk bisa membiayai hidup kedua adikku .


Telapak tanganku kembali mencengkram pegangan dengan erat . Saking eratnya bisa kurasakan area itu basah oleh keringat .


Tidak.. ini tidak bisa . Aku tak mau menjadi seorang buron . Bagaimana jika aku mengambilnya dan tiba tiba setelah aku turun dari bus aku langsung disergap oleh semua orang dan mereka akan menelanjangiku dan mengarakku disepanjang jalan ? What a shame.


Tiba-tiba saja seseorang menepuk bahuku .


"Hei . Kamu kenapa?"


Aku menoleh ke sebelah kanan tepat kepada orang yang telah mendaratkan tangannya diatas bahuku . Aku memperhatikannya , bibirnya begitu tipis . Tatapannya meneduhkan . Jaraknya begitu dekat denganku . Alisnya bertaut satu sama lain . Ia memakai hoodie yang kurasa benar benar pas untuk badannya yang tinggi jangkung itu .

CAN'TOnde histórias criam vida. Descubra agora