The Fourteenth Run : Flashback [2]

Start from the beginning
                                    


"What a name. Aku Kolonial Rahmat"


Dan kemudian hening , Jesus Christ! Orang ini begitu cantiknya hingga membuatki lupa bagaimana caranya berkata kata .


"Yaudah, kalau gitu aku pulang dulu" Kata cowok manis itu mendadak.


"Wait!"


Kenapa aku sampai menggaet tangannya begini ya? Memalukan sekali!


"Ada apa lagi?"


"Aku akan bertanggung jawab"


"For what?"


Benar juga , untuk apa yah?


"Untuk celanamu yang kotor"


Ekspresi meremehkan lagi. Ya Tuhan, rasa-rasanya aku mau marah. Tapi wajahnya itu bikin amarahku jadi padam! "No need to . Aku bisa mencucinya nanti dirumah"


Now what? Apa aku harus straight ahead mengundangnya kedalam penginapan ?

"Aku pergi dulu"


"Wait! I beg you"

Dia sempat menatapku aneh beberapa saat . But he accept it . Thanks god!


"Ayo. Kuajak kau ke penginapanku"


Kami berjalan menyisiri danau . Penginapanku berjarak 300 meter dari danau ini . Sebenarnya juga tak bisa disebut penginapan juga sih . It was belong to the natives . Tapi ketika aku mengatakan kepada Ayah bahwa aku ingin berlibur ke desa ini bersama Bima , Ayah langsung menyuruh bawahannya untuk membeli sebuah penginapan untukku . So , i'm so silly .


Sometimes , ayahku terlalu memanjakanku meski aku tak pernah mengharapkan untuk dimanja . Tentu pernah beberapa kali . Hanya untuk beberapa hal yang terdesak , and you need that skill . Obviously you had to . Jika aku menjadi orangtua kelak , aku akan selalu membuat anakku bermanja manja padaku . It's just cute . Like seriously


"So..." That Cute-Boy begin the conversation . "Tadi kau bilang siapa namamu?"


Dia melupakan namaku begitu saja? "Apa namaku begitu susah untuk diingat?" Really?


"Oh , sorry. Aku tadi sedang tidak fokus. Bisa kita mulai lagi dari awal?"


Tidak fokus? Alasan macam apa itu? Tapi, yasudahlah. Dia cantik dan kurasa itu bisa jadi alasan yang bagus untuknya. "Sure. I'm Calvin Harris. Tapi cukup panggil aku Harris. Aku tak pernah mempunyai hobi mengoleksi celana dalam"


Dia terkekeh pelan. "I didn't said that kau menyukai hobi mengoleksi celana dalam. Kecuali kau adalah exhibionis gila yang tersasar ke desa ini" ia kembali terkekeh . Cute


"What makes you think so?" Just FYI , Didalam ranselku tak ada satupun brand CALVIN KLEIN.

Dia menatapku sebentar. Seperti sedang menginspeksiku.


Dalam keheningan ia terus menginspeksiku ditemani dengan suara cicitan burung dan suara ranting pohon yang ditiup angin . Geez , aku mulai merasa bahwa Nial adalah sekutu Mr. Dollawaay -Guru di sekolahku- yang selalu mengurangi point ku sebanyak 5-10 saat memergokiku berlari lari sepanjang lorong menuju kelas ataupun ketika beliau melihatku tak memasukkan baju saat hari hari berseragam sekolah.



"Nothing"


Dia menatapku selama beberapa saat dan yang bisa dikatakannya hanyalah "Nothing" . "You gotta be kidding me"


"I'm not!"


"Lalu kenapa aku bisa terlihat seperti exhibionis?"


Dia tertawa pelan , "Aku pernah bertemu exhibionis beberapa minggu yang lalu. He's Germany. Hanya saja sedikit tua darimu"

"Lalu? Apa hubungannya denganku?"


"Kalian mempunyai hobby dan bentuk tubuh yang sama"


Aku akan anggap itu sebagai sebuah pujian . Memang banyak cewek cewek di dorm wanita yang mengatakanku seksi . Tak jarang dari mereka yang mengajakku making out saat prom. Ataupun menarikku keluar dari pesta dan menjatuhkanku diatas ranjangnya. "Do you like it?"


"Kamu ingin aku menjawab seperti apa?? Kau mau aku menjawab "Ya" atau "Tidak" ?"


Kami berhenti diatas sebuah jembatan yang menghubungkan lapangan basket dan penginapanku ."Well , jika kau menjawab "Ya" , maka aku akan mengajakmu kencan malam ini juga . Dan jika kau menjawab "Tidak" , maka aku akan menciummu"


He shocks!

"Kedua pilihanmu sama sama merugikanku" Dan aku menerima sebuah pukulan di dadaku .


"Sebut saja satu"


"Aku nggak mau"


"Kamu nggak mau apa?"


"Aku nggak mau berkencan dengan orang asing"


"Kita sudah berkenalan, jadi aku bukan orang asing lagi bagimu"


"Tetap saja kau orang asing"


"Kalau begitu izinkan aku menjadi orang yang tidak asing"


"Tidak"


"Bagaimana dengan sebuah pelukan?"


"No"


"Jabatan tangan?"


"Still"


"Ciuman?"


"Enak saja! Aku nggak mau memberikan ciuman pertamaku untuk orang yang sama sekali tidak aku cintai!"


"Kalau gitu biarkan aku menjadi orang yang kau cintai itu!"



Dia terdiam . Begitu juga aku . Dia seperti mencoba menelisik isi tubuhku . Apa yang dicarinya? Kalau dia menginginkanku . Aku tak akan sungkan sungkan memberikannya . Just come and get it .

"Kamu naksir aku?"


"Yes" sepertinya sih . Meski aku juga meragukan kata-kataku sendiri. Honestly , aku cuma menyukai ke-cute-an-nya . "So , your answer is?"


"No"

CAN'TWhere stories live. Discover now