Gue mendesah.
Apa sebaiknga gue kerumahnya saja?
Tapi...
Gak. Gak...
Gue gak cukup percaya diri untuk bicara dengan Nina sekarang.

Dan begitulah hari ini berlalu.
Gue menjalani hari tanpa Nina untuk pertama kalinya sejak gue menginjakkan kembali kaki gue disekolah ini.

Begitupun besoknya.
Besoknya.
Besoknya.
Dan besoknya.

Gila!!!
Udah 5 hari Nina absent woi!
Tanpa keterangan.
Apa-apaan ini?

Gue uda ga tahan.
Gue uda berusahan hubungin Nina lewat Line, Whats App, BBM, sms, telpon, ig, twitter, bahkan gue uda bela-belain buat fake account di ask.fm supaya bisa kepoin Nina kenapa dia ga sekolah-sekolah juga.

Yang kayak gini ga bisa ditoleransi lagi.
Gue musti tanya Raissa.
Well, setidaknya Raissa pasti tau kenapa Nina ga masuk selama ini.

"Sa gu..." kata gue sambil menarik tangan Raissa.

"RAISSA!" teriak Roy tegas.

Raissa lalu menatap gue sejenak dengan iba, lalu menarik tangannya, "sorrii gue..."

"Kenapa?! Lo buru-buru?!" potong gue cepat, setengah marah.

"Bryan, gue..." Raissa hanya menatap gue dengan sedih.

Gue mendengus kesal lalu membalikan badan kearah Roy. Gue lalu berjalan melewati Roy dan berbisik pelan, "gue mau bicara" kata gue.

Roy lalu berjalan mengikuti gue menuju belakang sekolah.

Selama perjalanan, otak gue uda penuh dengan berbagai emosi. Mulai dari marah, kesal, sedih, cemburu, dll. Langkah kaki gue lalu berhenti tiba-tiba di pertengahan jalan menuju belakang sekolah.
"Lo gausa ikut campur" kata gue to-the-point.

Roy hanya mendecak sinis.
"Lo ga berhak larang-larang gue" balas Roy.

"Dan lo juga gak berhak ikut campur urusan gue" balas gue cepat. Titik kemarahan gue udah di ambang maksimal. Sekali lagi tuh mulut nantang gue, gue babat ampe ga bisa kebuka lagi.

"Iya gue berhak. Gue suka sama Nina" kata Roy jelas dan clear di telinga.

Seperti kembang api, ah bukan, yang ini seperti bom. Rasanya otak gue mau runtuh.

BUK!
Satu pukulan mendarat mulut di wajah Roy.

"Apa-apaan lo?" teriak Roy marah.

"Lo, ga berhak suka sama CALON TUNANGAN GUE!" teriak gue kesal.

"Ya bisalah. Lo ga pernah belajar Pkn apa? Gue punya hak untuk suka sama Nina. Itu termasuk kebebasan mencintai. Itu HAM! Ada dipasal 28 A-J UUD 1945!" balas Roy.

"Gue gatau dengan semua undang-undang itu. Dan gue gamau tau! Pokoknya lo..." belum selesai gue berbicara tiba-tiba Roy memotong.

"Setidaknya i'm better than you. Gue uda bicara sama Nina kalo gue suka sama dia walaupun ditolak," kata Roy lalu menatap gue lesu.

Bibir di salah satu sudut gue terangkat naik.
Jadi Roy ditolak.

"Tapi setidaknya..." Roy kembali menyadarkan gue ke realita, "gue ga kayak lo yang gantungin perasaan Nina hanya gara-gara gue belum sadar perasaan gue yang sebenarnya" kata Roy lalu berjalan mendekati gue.

Love is On The Air (Completed)Where stories live. Discover now