5. Father

1.7K 498 123
                                    

Staring at two different views on your window ledge
Coffee is going cold, it's like time froze
There you go wishing, floating down our wishing well
It's like I'm always causing problems, causing hell
I didn't mean to put you through this, I can tell
We're gonna sweep this under the carpet
("Middle" - DJ Snake feat Bipolar Sunshine)

***

Jangan pernah kamu tak menghiraukan sebuah rasa khawatir Ayahmu. Ketika Ayahmu merasakan hal itu, rasanya beliau seperti sedang dicambuk.

          Selva menaiki motor Dika dengan senyum yang tak lepas dari bibir tipisnya. Senyumnya tambah melebar ketika matanya bertemu dengan mata Ivan.

          "Makasih ya, Sel. Udah mau berkunjung ke rumah," kata Ivan seraya mengacak rambut Selva pelan.

          "Nggak perlu bilang makasih, gue bener-bener seneng ketemu lo lagi."

          "Tapi jangan sampe lupa waktu ya berduaan sama Ivan, nanti lo lupa tujuan utama kita lagi," sahut Dika dengan bibir sedikit mengerucut. Sebelah tangan Selva menoyor kepala cowok itu.

          "Apaan, sih lo. Ya enggaklah, masa gue lupa sama kerja sama kita." Selva menunduk malu, pipinya sudah memerah digoda oleh cowok di depannya itu. Ivan yang melihatnya hanya tersenyum kecil dan mengelus pucuk kepala Selva pelan.

          "Kalo nanti Dika ngebut, minta turun di jalan ya." Mulut Selva sukses melongo lebar. Perkataan Ivan terdengar aneh di telinganya.

          "... Biar nanti gue susul, terus gue yang nganterin lo pulang."

          "Ciee, so sweet banget," celetuk Dika yang seketika langsung kena pukulan maut di lengannya.

          "Jangan mulai nakal! Liat, tuh pipi Selva udah kayak kepiting rebus. Marah dia sama lo," perkataan Ivan seketika membuat Dika tertawa.

          "Selva bukannya marah sama gue kali, Van. Dia tersipu, haha."

          Blush.

          Cewek berambut coklat yang sedang duduk manis di boncengan Dika itu, tersenyum malu menatap Ivan. Ia sedikit membenarkan kata-kata Dika yang ada benarnya juga. Sejujurnya pipi Selva memerah karena malu dengan godaan Dika, bukan karena marah seperti yang dikatakan Ivan.

          "Ssstt, udah-udah, Ka. Sekarang lo anterin dia pulang sampe rumah dengan selamat, oke?"

          "Sip." Dika mengacungkan kedua jempolnya, kemudian memasang helm ke kepalanya.

          "Kabarin gue setelah lo sampe," itu kata-kata terakhir sebelum Selva benar-benar menghilang bersama Dika. Samar, Selva tersenyum mendapat perhatian yang masih sama dari Ivan, juga Dika.

          Selva rasa, setelah ini ia akan tertidur sangat lelap.

***

          Di sebuah rumah bergaya eropa, rumah mewah yang sebagian besar dindingnya terbuat dari kaca. Di dalam rumah itu sekarang sedang ribut, entah apa yang keluarga itu permasalahkan.

         "Di mana dia?"

         "Ayah, tenang dulu! Kita juga lagi mencoba nyari princess."

          Pria paruh baya yang sebagian besar rambutnya putih itu menghela napas kasar. Anak bungsunya belum pulang juga, padahal jam dinding sudah menunjukkan pukul 9 malam. Ia cemas jika terjadi sesuatu dengan putrinya. Secara sengaja putri bungsunya itu sudah melanggar aturan keluarganya.

The ConfusedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang