Part 10-First Night With You...

Mulai dari awal
                                    

Valeria mengerjap-ngerjap. "Ia cuma menginap sampai hari ini."

"Bagaimanapun kita sekarang sudah suami istri, Valeria. Biasakanlah dirimu di kamar ini mulai sekarang"

"Omong-omong untuk apa aku membiasakan diri jika kita tidak akan hidup bersama untuk seterusnya?"

Sean terdiam sejenak. "Selama anakku itu masih kaukandung aku harus selalu mengawasimu agar tidak melakukan kecerobohan. Akan lebih baik jika kau ada di dekatku sampai ia lahir. Jadi ini semua hanya karena anakku! Mengerti! hanya anakku yang kukhawatirkan!" Sean menjawab tegas.

"Iya! Iya! Aku mengerti,Tuan Martadinata!" Valeria menjawab dongkol. Jadi semua hanya karena itu?Dipikirnya dirinya tidak becus menjaga kandungan? Orang ini benar-benar menyebalkan.

***

"Pakaian macam apa itu?" Sean tiba-tiba ada di sampingnya di kamar mandi. Sean tadi meninggalkannya sebentar untuk makan malam dan Valeria mengambil kesempatan emas itu untuk berganti pakaian.

Valeria terlonjak kaget. "Apa kau tidak bisa mengetuk pintu dulu!?" Valeria setengah berteriak karena kesal.

"Ini kamarku" Sean melewatinya seakan tidak terjadi apa-apa dan mengambil sikat gigi elektriknya beserta pasta gigi yang berada di dalam rak kabinet.

"Ini baju tidur, jika kau tidak pernah melihat yang seperti ini." Valeria memakai piyama berlengan panjang dan bercelana panjang juga dengan motif strawberry shortcake yang terkancing hingga leher.

Sean menaikkan sebelah alisnya mengamati. "Benar...biasanya wanita yang tidur bersamaku tidak memakai baju" Sean menjawab santai tanpa mempedulikan Valeria yang ternganga. "Kau bisa menderita sesak nafas jika terus-terusan memakai baju seperti itu"

"Selama ini aku memakainya dan baik-baik saja" Valeria menggertakkan gigi.

"Kau tidak memakai bra bukan?" Sean bertanya santai sambil mengoleskan pasta gigi.

Valeria menatapnya tak percaya. Sean menanyakan dirinya memakai bra atau tidak? "Aku akan melepaskannya tapi tidak dengan adanya kau di sini, Sean Martadinata!" Valeria menatap galak. Setidaknya sedikit menyeramkan.

Sean tersenyum geli. "Dari yang kubaca itu tidak baik untuk kesehatan. Ya sudah lepaskan sana dan cepatlah tidur." Sean berlalu dan menyikat giginya di wastafel depan.

Valeria tidak percaya ini! Sean Martadinata semalaman ini menampakkan senyum padanya. Apa ia berhalusinasi?

Ia menggeleng-gelengkan kepala. Ia pasti memang hanya berhalusinasi!

Dan Sean menyuruhnya cepat-cepat? hmmm...

Valeria mengambil sikat giginya dan mulai melakukan kegiatan bersih-bersih dengan kecepatan keong. Syukur-syukur saat ia selesai, Sean sudah tidur.

Dan tentu saja doanya selalu tidak terkabulkan..Sean masih terjaga dan menatapnya menaiki tempat tidur dengan canggung.

"Mendekatlah, Valeria! Kau bisa terjatuh jika tidur di pinggir tempat tidur seperti itu!" Sean mulai terlihat kesal. "Ingat! kau mengandung anakku! Anakku!"

Valeria mengibaskan penutup kasur dengan kesal dan mendekat ke tengah tempat tidur. "Sudah cukup?"

Sean kembali tersenyum dan menutup buku yang ia baca. "Begitu lebih baik"

Mereka serempak merebahkan diri ke kasur. Valeria terbujur kaku. Ia tidak akan bisa tidur nyenyak malam ini.

Suasana hening selama beberapa menit.

Valeria benar-benar berpikir tidak akan bisa tidur dalam keadaan siaga satu seperti ini! Dalam keadaan frustasi dan tidak tahu harus berbuat apa-apa lagi akhirnya ia memutuskan untuk memberanikan diri menanyakan hal penting yang menyangkut kelangsungan hidupnya ini kepada Sean Martadinata.

(END) SEAN AND VALERIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang