***

"Seharusnya kau mengatakan bulan kemarin bahwa kau ingin menikah!" Marinka Martadinata, Ibu Sean mengipas dirinya dengan raut wajah kesal. Mereka sedang duduk di sebuah restoran dan sedang menunggu Valeria dan keluarganya. "Kenapa kau mendadak ingin menikah dan siapa gadis pilihanmu itu? Kenapa Mama tidak pernah tahu selama ini?"

"Sebentar lagi Mama juga tahu." Sean tersenyum.

"Jika Mama tahu kau akan menikah, Mama tidak perlu bolak-balik pulang lagi ke desa. Kau tahu kan Mama sudah tua!" Marinka mengomeli Sean. Sean melihat arlojinya dengan tidak sabar. Keluarga Winata seharusnya sudah datang.

Dan kemudian mereka muncul. Andre Winata dan istrinya. Anaknya Jeanita, serta yang paling ingin dilihatnya selama ini,.....

Valeria Winata

Sean berdiri terpana. Ini pertama kalinya ia melihat Valeria Winata dengan jelas. Valeria memakai dress berlengan sebahu berwarna cream dan sepatu flat shoes warna senada.Warna itu semakin menonjolkan kulitnya yang putih dan halus. Rambutnya yang hitam panjang diurai dan hanya dihiasi oleh jepit rambut untuk menahan poninya. Jika saja Sean masih remaja ia pasti akan ternganga melihatnya. Ia...benar-benar cantik bagaikan boneka porselen. Cantik dan rapuh.

Valeria berjalan menunduk menghindari tatapan matanya. Tanpa riasan kali ini ia terlihat selayaknya remaja. Tapi bahkan dengan penampilan sederhana gadis itu saat ini tidak membuat hasrat anehnya terhadap Valeria berubah. Ia ingin menerjang, memeIuk dan mencium gadis itu dan melakukan hal-hal tidak senonoh lainnya disini detik ini juga...Memikirkannya saja membuat tubuhnya mulai bereaksi. Ia harus memusatkan pikiran pada hal lain sekarang juga. Kalau tidak, semua orang akan tahu. Ia harus menghindari menatap lama-lama pada gadis itu.

Sean menggeser pandangan ke raut wajah masam Andre Winata. Ini lebih baik...

Ini semua tak bisa dimengerti! Ia bisa bergairah pada gadis yang pernah memintanya untuk tidak menyentuhnya lagi. Tidak menyentuhnya lagi!

Ia benar-benar merasa sangat terhina. Baiklah, Valeria boleh merasa jijik padanya, tapi selama ia menjadi istrinya, Sean akan memperlakukannya sesuka hati dan menikmatinya sampai bosan. Persetan gadis itu bersedia atau tidak. Lihat saja!

"Bukankah itu Andre Winata....oh!! Sean kau benar-benar akan menikah dengan..." Mamanya melongo. Bibirnya membentuk huruf O. "Aku tidak mengerti!" Ia kembali mengipasi dirinya. Marinka pasti mengira dirinya akan menikahi Jeanita Winata. Biar sajalah nanti juga ia tahu sendiri.

"Marinka..." Andre mengangguk menyapa Marinka.

"Sean" Ia mengulurkan tangan. Sean menyambutnya. Di wajah Andre Winata masih terpancar sedikit kemarahan. Sean tersenyum sinis. Mamanya secara otomatis sudah bersalaman dan bergosip ria dengan Nyonya Winata.

"Tante" Jeanita merangkul Marinka dan mencium pipinya kiri dan kanan.

"Ya ampun, Jean, kau semakin cantik saja" Marinka mengelus-elus punggung Jeanita. Lalu yang ini anak keduamu? Marinka menunjuk Valeria.

Valeria mengangguk menyapanya. "Tante."

"Yang ketiga, Ka. Namanya Valeria...Yang kedua kan Felix masih sekolah di Sydney" Amelia Winata mengingatkan.

"Oh iya ya, sampai lupa aku. Yang ini mirip kamu, Lia" Marinka mengomentari. "Masih muda ya, SMU?"

"Sebentar lagi lulus kuliah, Tante" Valeria menjawab sambil tersenyum.

"Cepat sekali waktu berlalu ya, Lia. Kemarin rasanya mereka masih bayi, tiba-tiba sekarang sudah besar. Apalagi anak perempuan. Suatu saat mereka akan menikah. Kamu jangan cepat-cepat menikah ya, Nak. Temani dulu Mamamu sampai ia bisa melepaskanmu. Seorang ibu paling sulit melepaskan anak perempuan saat menikah." Marinka menepuk-nepuk bahu Valeria.

(END) SEAN AND VALERIAWhere stories live. Discover now