Part 5-Dilema dan Penyangkalan

Começar do início
                                    

Kebetulan ia melihat toserba hotel dan memasukinya. Ia membeli air mineral dan meminumnya hingga habis. Setelahnya ia merasa lebih baik.

Valeria teringat bahwa pakaiannya benar-benar kacau. Mama dan papanya tidak boleh melihatnya seperti ini. Syukur-syukur kalau mereka belum pulang. Tapi bagaimana kalau sudah?

Untunglah di sebelah toserba terdapat toko pakaian oleh-oleh. Ia membeli kaus dan celana panjang. Meskipun motifnya aneh, tetapi lebih baik dibanding gaunnya. Sambil berganti baju di toilet terdekat, ia mencoba mengirimkan pesan pada Gwen dan ternyata Gwen masih berada di lantai atas juga, hendak berniat pulang.

Gwen menjemputnya dan mereka pulang bersama. Sahabatnya itu sempat heran melihat pakaiannya dan Valeria beralasan ia terkena muntahan orang. Gwen manggut-manggut percaya.

Sesampai di rumah ternyata Mama dan Papa belum pulang.

Valeria mendesah lega, tapi kembali merasa suram. Ia mandi berendam air panas sambil meratapi kejadian yang menimpanya. Tebersit niatnya untuk melaporkan pada pihak yang berwajib, tetapi ia urungkan karena hal ini akan membuat malu semua orang termasuk dirinya dan keluarganya. Akhirnya ia memutuskan akan melupakannya. Salahnya juga ia terlalu ingin tahu dan pergi sembunyi-sembunyi ke pesta itu.

Ia akan melupakan Sean Martadinata, mimpi buruknya.

Hanya satu yang dipikirkannya yakni kemungkinan buruk yang mungkin terjadi. Apakah ia bisa hamil?

Valeria bergidik hanya dengan memikirkannya. Tidak! tidak. Itu tidak boleh terjadi. Valeria merasa itu tidak akan terjadi. Tapi bagaimana jika terjadi? Kemungkinan itu ada meskipun hanya dilakukan sekali. Cepat-cepat ia membrowsing internet dan mencari informasi tentang pencegahan kehamilan.

Esok harinya, hari Minggu, Ia mengendarai city car nya dan membeli pil kontrasepsi di apotek yang cukup jauh dari tempat tinggalnya. Ia memarkir mobilnya di pinggir pantai dan menatap obat yang dibelinya. Ia membaca pil kontrasepsi dapat mencegah kehamilan. Tapi apakah berfungsi jika benih sudah masuk ke dalam tubuh? Ya ampun! Kemana ia harus bertanya?? Ia tidak mungkin ke dokter kandungan ataupun bidan. Saat pendaftaran mereka akan meminta identitasnya dan ia terlalu malu untuk itu.

Sudahlah... ia akan meminumnya saja.

Tetapi....bagaimana jika saat ini ia sudah hamil dan ia meminum pil ini?

Apakah bayinya akan mati? Berarti ia telah memutus hidup seseorang. Dan kemungkinan terburuk yang dipikirkannya adalah bayinya tetap hidup dan terlahir cacat karena pil ini.

Valeria berteriak frustrasi.

Untunglah pantai itu sepi.

Ia mengurungkan niatnya dan mengubur pil kontrasepsi itu di pasir. Biarlah....Waktu yang akan menentukan segalanya.

"Non Val, sudah selesai, Non. Kok malah bengong?" Bik Sani membuyarkan lamunannya.

Valeria melirik sekelilingnya. Bik Sani udah selesai mengepel lantai. Sudah setengah kering malah.

"Buat apa juga Sean kemari, Ma? Jean kan sudah nggak tunangan lagi sama dia." Valeria mendengar kakaknya melanjutkan obrolan tadi.

Ukh... kenapa mereka menyebut-nyebut namanya?! Valeria sudah berhasil untuk melupakannya dan kini ia jadi teringat kembali.

"Ya nggak apa-apa kan, Jean. Masa gara-gara putus pertunangan saja putus hubungan pertemanan juga? Tapi omong-omong dia lucu sekali. Dia seperti terkejut waktu dia mengatakan ingin bertemu denganmu lalu Mama bilang kamu ada di Singapura."

Jean menggaruk-garuk kepalanya. "Ya dia memang agak aneh, Ma. Mungkin dia belum pernah ke Singapura kali." Jean dan mamanya tertawa.

Valeria terdiam.

(END) SEAN AND VALERIAOnde histórias criam vida. Descubra agora