Part 1-Pertunangan

Start from the beginning
                                    

Budi dan Daniel terheran-heran. "Memangnya tunanganmu itu akan menyetujuinya? Kau sudah pernah bertemu dengannya bukan?"

"Pernah sekali atau dua kali. Aku menyapanya karena saat itu ibu memaksaku. Jean tidak terlalu menyukaiku jadi kami tidak melanjutkan dengan basa basi, tapi aku mengetahui bahwa ia memiliki seorang kekasih dan kabarnya akan mulai hidup bersama. Aku akan memberikannya kebebasan untuk berhubungan dengan siapapun setelah menikah, begitu pula sebaliknya. Bukankah ini sempurna?"

"Itu akan menjadi pernikahan yang aneh, Sean. Tapi idemu tidak buruk" Daniel mengedikkan bahu dengan masa bodoh.

"Ayo tos untuk pernikahan mendatang teman kita ini" Budi mengangkat gelasnya. Diikuti Daniel, para gadis dan Sean.

"Toss!!!"

***

"Kakak! Aku merindukanmu!!!" Valeria berlari dari ujung tangga menyambut kakaknya.

"Pelan-pelan, Vally!! Jangan berlari di tangga! Kakak nggak mau nginep di rumah sakit nunggu kamu kalo ada apa-apa!" Jeanita melotot memasang tampang sangar memarahi adiknya.

Jean amat menyayangi Vally--panggilan akrab Valeria-- adiknya.

Vally anak yang periang, lucu dan polos. Saking polosnya ia sering dimanfaatkan teman-temannya dan Jean selalu yang pertama kali marah saat mengetahuinya.

Lihat saja sekarang. Vally hanya bergelayut memeluk Jean dengan manja.

Sebenarnya mereka tiga bersaudara, tapi Felix, adik laki-lakinya masih bersekolah di negeri Kangguru.

"Vally, lepaskan kakakmu. Ia mau istirahat habis kena jetlag." Ibundanya, Amelia hanya bisa menggeleng-geleng melihat kemanjaan Valeria pada kakaknya.

"Bentar aja, Ma. Vally udah nggak ngelihat Kak Jean selama tiga tahun. Bentarrrrr....lima menit aja. Plis plis." Valeria memeluk Jean seperti memeluk boneka kesayangan.

"Udahlah biarin aja, Ma. Dia emang konyol. Lima menit aja lho, ya?! Kakak hitung dari sekarang!" Jean melihat jam tangannya.

"Iya! Iya, Kak"

"Aduh ada apa ribut-ribut para wanita ini?" Andre Winata, sang ayah tiba-tiba masuk sambil menggeret koper-koper Jean.

Pembantu mereka, Bik Sani langsung menghampiri dan mengambil alih. "Udah, biar saya aja, Tuan"

"Emang bisa bawa ke lantai dua, Bik? Ini berat, lho. Udah, Bik Sani siapin aja kamarnya Jean. Biar saya panggil Mas Kadi buat bawa ini semua ke kamar." Andre menaruh koper-koper itu di dekat tangga.

"Udah siap, Tuan. Begitu denger Non Jean mau datang, saya langsung bersihin kamar. Hati-hati, Tuan" Bik Sani ikut membantu menggeret koper-koper itu.

Bik Sani sudah lama mengabdi pada keluarga Winata. Ia betah bekerja karena keluarga Winata begitu baik dan tidak merendahkan derajat pembantu. Tuan Winata juga sangat sayang pada istri dan anak-anaknya.

"Udah lima menit!" Jean berteriak.

Valeria melepaskan pelukannya sambil tersenyum menampakkan giginya. "Oke deh, Kak. Sana kakak istirahat."

"Udah gede gini masih sama aja kayak dulu. Nggak berubah."

"Aku udah berubah, Kak! Sekarang goreng telur ceplok udah nggak gosong-gosong amat. Terus aku udah pake lotion kayak kakak. Tiap minggu juga udah luluran."

"Pantes jadi cantik sekarang. Ini baru anak cewek. Two thumbs up." Jean menaikkan dua jempol memuji adiknya.

Yah, Jean sebenarnya agak terkejut melihat perubahan Valeria selama tiga tahun ini. Yang jelas Valeria bertambah tinggi, lebih tinggi dari dirinya malah dan bertambah cantik.

(END) SEAN AND VALERIAWhere stories live. Discover now