"IH, KOK MAMA TAU?"

"TAU DONG."

"CK ... MA, VARO KESEPIAAAN!"

"Halah."

"MA!"

"Apa, sih?" Mama membuka pintu kamar sambil berkacak pinggang dengan mata yang membulat. Persis seperti ibu tiri dalam drama Bawang Putih dan Bawang Merah.

Aldi tersentak, lalu dengan sigap melompat ke belakang sofa. "Roo kabur aja dari rumah ini!"

"Sana!"

Setelah itu pintu kamar kembali tertutup rapat.

"Ih, elah."

Pasrah. Aldi kembali naik ke kamarnya lagi dan menutup pintu pelan-pelan. Kemudian tepat saat matanya mengarah ke kasur, layar ponselnya berkedap-kedip. Aldi langsung melompat meraih ponselnya hingga membuat keributan yang dahsyat, sampai Mama membuka pintu kamarnya lagi dan berteriak,

"VARO, KAMU NGAPAIN?"

"NGGAK MA, TADI BAJU JATOH."

"BAJU ...?"

"IYA, SAMA ROO DI DALEMNYA."

Lalu dari atas, Aldi mendengar suara pintu tertutup. Ia yakin sekali pasti ibunya itu mendumel sendiri.

Sekarang, di layar ponselnya terdapat satu caller id yang di detik itu juga langsung meremas jantung Aldi sampai nyaris tidak berfungsi lagi.

Iqbaal's calling ...

Tai banget emang.

"Woy, Di?"

"Apaan si lu?"

"Buset, galak amat. Apa kabar?"

"Apaan sih, Baal, sumpah ini gak penting banget. Kalo ada yang nelfon dan ternyata nada sambung gue sibuk gimana? Udah ah matiin."

"Dih? Kenapa lo? Gue mencium bau bau kentut lo di sini -eh, maksudnya, gue mencium bau bau rahasiaan disini."

"Gak ada."

"Masa?"

"Iya nyet."

"Yah, padahal gue mau pamer abis ngerjain Geografi. Yaudah deh, bye."

Klik.

Sambungan teleponnya terputus.

Dengan cepat Aldi menyentuh keypad ponsel dan menyusun beberapa huruf menjadi deretan kata dan kalimat.

Alvaro: Baal ganteng kerumah gue yuk, kerjain geografi. Sekalian bawa seragam buat besok ya gue tunggu di kamar, mwah.

Sent.

Tidak lama, satu pesan balasan muncul.

Iqbaal: Big NO. Lo udah nyianyiain gue.

Tidak merubah posisi, Aldi mengetik lagi.

UnobtainableWhere stories live. Discover now