EX : Only You

23.6K 860 51
                                    

Mungkin memang ada benarnya kata orang tua, tidak baik lama-lama bertunangan. Kalau bisa setelah dilamar langsung menikah saja. Pamali. Biasalah banyak mitos dari para tetua, takut banyak halangan, takut nanti gak jadi nikah, takut ini, takut itu. Bisa satu buku kalau sudah membicarakan soal pamali dan wejangan orang tua.

Namun menikah juga bukan keputusan mudah, Rayhan memang sudah melamar Caliandra. Sudah hampir satu setengah tahun berlalu namun Caliandra masih terlalu keras kepala untuk mengiyakan ajakan 'benar-benar' menikahnya dari Rayhan. Caliandra masih bersikeras kalau mereka lebih baik menikah dua atau tiga tahun lagi, ia masih ingin meniti karirnya dan mewujudkan cita-cita lainnya.

Bahkan beberapa waktu terakhir ini mereka jadi sering bertengkar karena masalah ini. Sebenarnya kedua orang tua mereka pun tak mempermasalahkan hal ini. Baik orang tua Caliandra maupun Rayhan menganggap keinginan Caliandra wajar, tapi jangan ditunda terlalu lama – begitulah kira-kira pesan kedua orang tua mereka.

"Ray hari Sabtu ini kamu ada acara enggak? atau lembur?" Caliandra bertanya di tengah perjalanan mengantarkan Caliandra pulang ke rumah. Hari ini Rayhan ada meeting di dekat gedung kantor Caliandra, jadilah ia sengaja menunggu Caliandra untuk mengantarkannya pulang. Lagipula mereka memang sedang jarang bertemu karena kesibukan yang menghimpit.

"Belum ada rencana lembur sih, kan tau sendiri aku kalau lembur suka dadakan. Kenapa?" Ujar Rayhan sembari masih fokus dengan kemudinya.

"Temenin ke nikahan temen kampus aku ya, Vita namanya. Kamu gak kenal sih. Aku juga gak begitu dekat tapi namanya teman sekelas, gak enak lah. Lagian udah pada janjian nih sama teman-teman sekelas aku. Mau ya?" Caliandra menatap rayhan penuh harap. Seharusnya tidak ada alasan Rayhan untuk menolak, biasanya juga seperti itu. Caliandra sudah beberapa kali meminta Rayhan menemaninya ke acara pernikahan teman-temannya. Maklumlah usianya sekarang memang merupakan usia ideal menikah.

" Iya."

Jawaban Rayhan singkat, padat, dan jelas membuat Caliandra merasa risih. Meskipun sebenarnya sudah biasa – karena Rayhan memang singkat kalau berbicara dan to the point, hanya saja Caliandra merasa nadanya agak sedikit ketus kali ini. " Kenapa irit banget deh jawabnya? Kamu gak mau tanya nikahnya dimana, jam berapa, sama siapa,apa kek gitu Ray."

"Yang penting kan aku jawab iya. Yaudah kalau suruh nanya, kamu gak mau nyusul Vita? Kapan kamu mau beneran nikah sama aku?" Sekarang giliran Caliandra yang mati kutu ditanya begitu. Sudah tiga bulan terakhir ini Rayhan mengajak Caliandra untuk menikah awal tahun depan, dan pertanyaan ini masih saja enggan dijawab oleh Caliandra.

"Ehm. . .kenapa jadi itu pertanyaannya?"

"Kenapa enggak? Memang ada yang salah?"

"Bukannya salah, aku kan lagi bahas soal pernikahan Vita. Lagipula aku kan sudah sering jawab untuk pertanyaan kamu itu Rayhan. Aku baru mau . . ."

"Iya aku tahu, kamu baru mau menikah sama aku dua tahun lagi saat usia kamu 25 tahun dan karir kamu sudah steady, plus kamu sudah dapet gelar master kamu. I know Cal." Rayhan menjawabnya dengan nada mengacuhkan memotong ucapan Caliandra."Gak perlu diucapkan berkali-kali sampai aku hafal."

Caliandra tak ingin berdebat, Caliandra lelah jika harus bertengkar karena permasalahan yang sama berulang kali. Caliandra memilih diam dan menghabiskan sisa perjalanan mereka dalam hening. Tidak bisakah Rayhan mengerti dirinya kali ini? Menikah bukan perkara gampang, ini keputusan seumur hidup. Caliandra menerima lamaran Rayhan waktu itu memang karena ia ingin menikah dengan Rayhan, tapi tidak dalam waktu dekat. Namun sepertinya pikiran Rayhan dan dirinya berbeda.

"Terima kasih Ray sudah antar aku pulang. Salam untuk Om dan Tante. Ehm ... dan soal ajakan aku tadi, lupakan saja." Rayhan tidak membiarkan Caliandra turun dari mobilnya. Ia memilih untuk mengunci kembali pintu mobilnya agar Caliandra tak bisa keluar.

I Choose YouWhere stories live. Discover now