Sixteen

14.2K 673 28
                                    

Rayhan menemani Ayesha sampai ia akhirnya tenang dan tertidur kembali. Perlahan ia melepaskan genggaman tangan Ayesha dari dirinya. Sudah cukup lama ia menunggu perempuan yang pernah ada di hatinya ini tertidur, dan ia menjadi khawatir karena perempuan yang ada dihatinya sekarang tak kunjung kembali. Sejak tadi Ayesha tak melepaskannya, dan dirinya juga tidak mengatakan jika Caliandra bersamanya. Ia hanya tidak ingin suasananya menjadi tidak enak, karena yang dirinya tahu Ayesha tak menyukai Caliandra. Ia sadar bagaimana sejarah keduanya, meskipun Rayhan memutuskan Ayesha karena Ezra, tapi ia juga tahu di mata Ayesha ini semua berawal karena Caliandra. Oh iya mungkin kalian lupa, iya benar Ezra adalah lelaki yang pernah ia hantam dengan kepalan penuh tangannya, "Ia merebut Ayeshaku." Rayhan tersenyum getir mengingat kejadian yang lalu. Sudahlah. Itu dulu.

Rayhan mencari Caliandra keluar dari kamar pasien, Caliandra tak ada disana. Rayhan mengambil telepon genggamnya dan mendapati sebuah pesan singkat dilayar handphonenya. Rayhan langsung menelepon si pengirim pesan singkat tersebut.

"Kamu dimana? Udah di rumah? Kenapa gak kasih tau aku Caliandra? Are you okay?" Rayhan memberondong Caliandra dengan banyak pertanyaan.

"Maaf, tadi kamu lagi ngobrol sama Ayesha dan aku benar-benar gak ingin mengganggu." Caliandra mencoba menahan suaranya agar tidak terdengar bergetar,"Aku sudah di rumah dan aku baik-baik saja. Tadi Gama telepon, dia bilang ada disekitar sini. Jadi aku minta dia jemput dan antar aku pulang. Lagipula kalau kamu antar aku siapa yang jaga Ayesha?"

"Tetap saja Cal, aku khawatir sama kamu. Jangan kayak gitu lagi. Aku bisa antar kamu dan balik lagi kesini. Gak perlu kayak gitu."

"Gak apa-apa Rayhan. Ray, aku ngantuk, mau istirahat sekarang ya?" Caliandra berusaha mengakhiri sambungan teleponnya sebelum ia kembali meneteskan air mata.

"Yaudah istirahat kalau begitu. Makasi ya Caliandra untuk hari ini." Caliandra sudah menutup teleponnya. Rayhan menghembuskan nafasnya lelah, rasanya ia tahu apa yang salah dari percakapan tadi. Sekarang yang ia lihat adalah dua gelas kopi yang sudah tidak hangat lagi tergeletak begitu saja di kursi yang ada di sampingnya. Caliandra meninggalkannya begitu saja bahkan saat ia belum menyentuhnya sedikitpun. Rayhan tidak sebodoh itu untuk tidak menyadarinya, Caliandra pasti melihat kejadian tadi saat ia bersama Ayesha.Dirinya yakin Caliandra tidak mungkin meninggalkannya begitu saja disaat tadi dialah yang begitu semangat untuk menemaninya di rumah sakit.

*Rayhan Pranadi*

Caliandra sama lo Gam?

*Gamantara Satya*

Yes, jerk

*Rayhan Pranadi*

Jgn bilang gw tanya sama lo.

Is she okay?

*Gamantara Satya*

Gak akan gw bilang!

menurut lo? masih bisa ya nanya.

*Rayhan Pranadi*

Dia masih sama lo sekarang?

Tidak ada jawaban dari Gama, hanya tanda bahwa pesan dari Rayhan sudah dibaca oleh Gama. Kali ini Rayhan akan membiarkan Caliandra tenang dulu, ia tahu semua ini tak bisa dijelaskan hanya lewat telepon ataupun pesan singkat. Rayhan tidak suka jika begini, ia lebih suka Caliandra marah-semarahnya di hadapanya daripada ia mengatakan kalau dirinya baik-baik saja tapi kenyataannya menangis dihadapan orang lain pula. Rayhan tidak suka jika ia tidak bisa menjadi tempat bersandar bagi wanitanya.

*

"Makasih ya Gam, I owe you big time as always." Matanya masih memerah, dan suaranya masih serak. Air matanya belum sepenuhnya kering. Dan entah sudah seberapa banyak tissue yang berserakan di mobil Gama. Sejak tadipun Gama tak banyak bicara, ia sedang menjadi pendengar yang baik. Selalu seperti itu. mendengarkan Caliandra. Caliandra jarang mau berbagi, meskipun mereka bersahabat, kenyataannya Caliandra begitu sulit mengungkapkan banyak hal. Gama tak pernah memaksanya, karena ia tahu sahabatnya memang begitu. Ia lebih suka menyimpannya sendiri. Jadi, kalau Caliandra sedang membuka dirinya, Gama akan dengan senang hati mendengarkannya tanpa membantahnya sedikitpun.

I Choose YouWhere stories live. Discover now