Eighteen

19.8K 696 53
                                    

Rayhan POV

Menyebalkan sekali harus seperti ini. Gue gak mau marah dengan Caliandra apalagi mendiamkannya selama ini. Tapi gue juga kesal jika melihat Caliandra hanya pergi bersama teman laki-lakinya saja. Iya, gue tahu ini kekanakan. Disana juga ada Gama, dan gue sangat-sangat percaya pada Gama. Tapi gue sungguh gak bisa menjelaskan ini semua, mungkin ini hanya pikiran gila gue sendiri saja.

Baiklah, lusa juga gue pasti bicara sama dia. Mau tidak mau, kita tidak bisa seperti ini kan. Harus ada yang mengalah, jika Caliandra sebegitu keras kepalanya maka gue yang harus mencoba mengalah. Tidak mungkin kan gue akan menerima untuk menjadi calon suaminya kelak tapi gak bisa sedikitpun mengerti dirinya. Tunggu, tapi apa Caliandra mau nerima gue? Jangan-jangan gara-gara masalah kecil ini Caliandra merubah keputusannya.

"Bengong aja Bro Ray. Kenapa? Lagi berantem ya sama neng cantik ya? Apa revisi gak kelar-kelar?" Haryo seperti biasa menggoda gue yang baru saja selesai mengumpulkan berkas revisi sidang.

Gue lagi malas menjawabnya dan malah beralih ke pertanyaan lain,"Gak tau ah lagi suntuk. Dimas mana? Gue gak liat dia dari pagi."

"Gak ngampus dia, mau ke kosannya dia apa yuk kita tanding PS biar gak sumpek mulu. Eh Ray tapi serius lo ribut sama Caliandra? Kayaknya minggu kemarin lo excited bikin rencana buat kejutan deh." Gue selalu begini, akan dengan mudah menyerah dengan Haryo ataupun Dimas, gue akan dengan senang hati menceritakan masalah apapun itu. Meskipun saran mereka kebanyakan selalu konyol, namun selalu ada jalan keluar yang dibicarakan pada akhirnya. Guepun menceritakan semuanya.

"Tapi lo gak berniat menolak kan? Ya udah lanjutin aja bikin surprisenya. Sudah terlanjur diam-diaman, manfaatin aja Ray biar semakin surprise." Dan saat itulah ide gila ini muncul. Kenapa harus tanggung-tanggung memberi kejutan untuk Caliandra. Hitung-hitung akan sedikit memberinya pelajaran karena sudah mendiamkan dan membuat diri ini rindu setengah mati dengan senyumannya itu. Iya gue merindukannya, makanya gue jadi seperti ini, bersikap tidak jelas begini.

Sejak pagi tadi gue sudah sibuk mempersiapkan semuanya, hanya saja ada masalah yang muncul diluar rencana awal. Sial.

"Ya sudah mba, saya akan ambil sendiri. Jam 5 sore saya kesana."

Ini hari apa sih? Jakarta sangat-sangat menyusahkan di saat seperti ini. Ini harus banget macet begini? Gue pasti akan terlambat sampai ke rumah dan Bunda pasti akan luar biasa ngomelinnya. Membayangkannya saja sudah malas. Tapi mungkin ini ada bagusnya juga, gue jadi gak perlu bicara dengan Caliandra dan rencana ini pasti berhasil.

Benar saja saat gue datang, acara makan malam sudah dimulai. Mata ini tertegun sejenak menatap Caliandra. Ya tuhan mungkin kau menciptakannya saat sedang tersenyum. Wanita dihadapan gue ini cantik banget. Bodohnya diri ini yang tak mau membuang ego sebesar ini, kalau kami sedang tidak bertengkar pasti gue akan langsung peluk erat-eraterat dan membawanya pergi dari sini. Astaga, pikiran macam apa ini Rayhan. Sudah, sudah, sedikit lagi dan wanita ini akan benar-benar menjadi milik gue seutuhnya.

Maaf Cal, kita gak bisa bicara dulu saat ini. Caliandra menahan gue untuk pergi, dia mengatakan ingin bicara sebentar. Untung saja Dimas telepon gue, Dimas you save me bro! Gue melihat tatapan Caliandra yang sedih dan kecewa. Maafkan gue Cal, bertahanlah sedikit lagi

"Om Wira, Tante Kartika, Ayah, Bunda, maafkan Rayhan karena selama ini berpura-pura untuk menerima perjodohan ini. Dari awal Rayhan sudah menolak perjodohan ini. . ." Gue sama sekali belum menyelesaikan kalimat penejelasan ini saat Caliandra bangkit dari duduknya. Wajahnya memerah dan sepertinya gue melihat butiran air mata yang lolos dari manik matanya. Caliandra pergi meninggalkan Ruang keluarga, berjalan entah kemana. Gue gak menyangka Caliandra akan pergi. Yang baru gue sadari sekarang adalah semua rencana ini ternyata begitu menyakitinya. Rencana bodoh yang gue pikir akan mengejutkannya Tapi bahkan sebelum gue selesai bicara, dia sudah melangkah pergi. Wanita gue yang paling cantik ini menangis karena kebodohan gue. Maafkan laki-laki yang bodoh ini Cal.

I Choose YouWhere stories live. Discover now