Four

16.9K 866 16
                                    

"What?! Bunda gak becanda deh. setiap hari antar jemput Caliandra? Rayhankan juga punya kegiatan lain." Pagi ini Rayhan sudah digegerkan oleh peraturan pertamanya.

Yang benar saja, memangnya tidak ada kerjaan lain lantas harus mengantar dan menjemput Caliandra setiap saat. Peraturan macam apa ini? Belum genap satu minggu ia mengenal gadis ini, hidupnya sudah mulai berantakan. Bagaimana dengan menjemput Ayesha? Lalu apa kata Ayesha nanti?

*

"Ibu jangan gitu dong, masa Calia gak boleh bawa mobil sendiri? Lagiankan jadwal kuliah Rayhan sama Calia beda. Seminggu sekali aja antar jemputnya, masa iya Rayhan kayak supir."

"Kamu sama Rayhan kan sudah ambil skripsi, sudah gak ada kuliahkan? Ya dicari jadwal yang enak biar bisa berangkat bareng. Udah gak usah protes, kamu kan sudah janji sama Ibu."

"Tapi bu. . ." Caliandra memasang raut mukanya memelas, berharap ibunya luluh dan membatalkan semua peraturan konyol ini.

"Udah sana siap-siap, nanti Rayhan kesini jam 9." Caliandra hanya bisa mendesah pasrah. Siksaan macam apa lagi ini?

Bencana apa lagi yang akan hadir ke dalam kehidupannya selama dua bulan ini? Kesulitan macam apalagi yang aka ia terima?

*

Sejak berangkat pagi tadi, yang terjadi di dalam mobil hanyalah perang argumen antara Rayhan dan Caliandra. Bagaimana caranya supaya mereka tetap terlihat melakukan proses antar-jemput ini tapi tidak harus melakukannya setiap hari.

Rayhan bersikeras untuk tetap membujuk kedua orang tua mereka agar membatalkan peraturan bodoh ini. Sedangkan Caliandra yakin sekali orang tua mereka tidak akan membatalkan semua ini, lebih baik teruskan saja semua sandiwara ini.

"Ya itu urusan lo kalau mau jemput Ayesha setiap hari. Yang pasti mobil gue udah diambil dan gue gak mau naik taksi ataupun bus demi lo, so kalau sampai lo gak anter atau jemput gue, gue bilangin ke Om Ivan biar mobil lo juga ditarik." Caliandra menekankan pengucapan kata ditarik ibarat dalam sebuah tulisan kata-kata itu harus di tebalkan, digarisbawahi, dan dimiringkan agar Rayhan tidak membantahnya lagi.

"Damn! oke-oke, kita berangkat jam 9 setiap pagi dan pulang jam 5 sore. Kalau kita sama-sama ada keperluan yang mendesak banget sampai gak bisa ketemu harus saling ngabarin. Dan lo gak boleh protes kalau kita harus bareng Ayesha. Itu resiko lo."

"Oke, deal!"

Caliandra memasang headset-nya agar tidak perlu mendengar Rayhan lagi, baginya perjanjian mereka sudah jelas. Bertemu rayhan pagi ini seakan menghancurkan mood-nya seharian. Laki-laki ini benar-benar tau caranya membuat kesal seseorang. Lagi-lagi disaat begini ia hanya bisa mengingat Ibu dan Ayah juga janjinya. Semoga saja ia bisa bertahan sampai dua bulan ini berakhir.

Sesampainya di fakultasnya, Caliandra buru-buru bangun dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan Rayhan tanpa sepatah katapun. Tidak perlu lagi memperpanjang perdebatan. Masih banyak yang harus ia kerjakan setelah ini, ia tidak ingin menguras habis tenaganya.

"Bisakan bilang terima kasih?" Rayhan setengah berteriak kepada Caliandra meskipun ia tahu perempuan ini tak mungkin mendengarnya.

Caliandra duduk di bangku komunal tempat favoritnya yang berada di area paling timur dekat dengan ruang dosen. Gama dari belakang diam-diam mengendap-ngendap bersiap mengagetkan Caliandra yang sepertinya baru ingin memulai merevisi naskah skripsinya. Sayangnya usaha mengagetkan Gama gagal total, Caliandra tidak kaget sama sekali dan tidak menanggapi Gama sama sekali.

"Ada yang lagi ngamuk nih kayaknya."

"Kalau lo gak mau hidup lo hari ini berakhir, mending diem aja yah Gam. Jauh-jauh deh kalau perlu." Caliandra menjawabnya ketus. Tak ayal hal ini menarik perhatian Gama untuk mengetahui apalagi permasalahan yang sahabatnya hadapi.

I Choose YouWhere stories live. Discover now