Nina mendelik kaget dan melotot tajam kearah Bryan. Sementara Bryan hanya terkekeh melihat reaksi Nina.

"Ooh oke Yoona. Gue pasti datang kok"

"Okey. Bye sayang"

Tit.
Bryan mematikan telponnya.

"Lo..." geram Nina.
"Apa?! Lo mau marah? Lo mau lapor bokap gue?" tanya Bryan.
Nina baru membuka mulutnya, namun langsung ditahan oleh Bryan.
"Lo gak punya hak untuk ngelarang gue! Karna lo, bukan siapa-siapa gue, dan gue gak mengakui lo sebagai tunangan gue" kata Bryan lalu meninggalkan Nina yang masih menatapnya kesal.

💓💓💓

Nina's Pov

Gue menggerutu kesal melihat bahu Bryan yang semakin menjauh dan lama kelamaan menghilang ke balik sebuah pintu besar.

Dasar brengsek.
Dia baru kelas 2 SMA mainnya uda di hotel.
Gila-gila.
Ini gila.
Najis banget gue sampe punya tunangan kayak dia.
Njir.
Dia pikir gue ngelarang dia karena gue gamau calon tunangan gue bakal direbut orang?
Cih.
Sorry not sorry yaaa, gue ngelarang lo karna gue ga pengen lo seenak itu ngeinjak harkatnya perempuan.
Gimanapun juga gue perempuan, dan WALAUPUN si Yoona-Yoona itu dengan sedia hati menawarkannya ke lo, gue gak mungkin pura-pura gatau!

Yaampun. Tuh anak!!! Kurang ajarnya kok kebangetan ya?!

Udah!
Gue ga ngurus.
Pokoknya mulai detik ini gue dan Bryan Cornelius Tirtadiningrat itu STRANGERS.
Orang asing!
Gue uda ga mau tau apa-apa lagi.

Buru-buru gue berdiri dan berjalan keluar dari sarang iblis ini.
Gila.
Nih rumah luasnya kebangetan.
Perabotnya didominasi warna putih dan hitam.
Tipe rumah modern versi orang-kaya-banget.

Gue menghela nafas.
Kenapa gue jadi kelihatan mata duitan gini?

Baru gue ngelangkahin kaki tiba-tiba sebuah suara menyapa gue.

"Halo nak Nina" sapa suara itu.
Gue mendengar suara itu horor, ini kan suaranya...

"Halo om Dio" sapa gue seraya membalikan badan. Kupasang senyum terbaik gue.

"Mau kemana nak?" tanya om Dio.

"Ehh. Aku, aku mau pulang" jawab gue gugup.

"Lho pulang kemana? Kamu kan uda dirumah" balas om Dio.

Anjir....
Kata-katanya...

"Ehh- aku takut papa cemas kalo aku belum pulang, om" kata gue pelan.
"Oh, pak Wahyu..." Om Dio memegang dagunya.
"Pak Wahyunya lagi tugas ke luar negeri" lanjut om Dio.
Gue menatap om Dio kaget.
Sumpahhh?

"Haa? Papa gue- eh maksud saya, papa saya kan cuman staff biasa, masa kerjanya sampai keluar negeri?" tanya gue kaget.

Yap. Gue tau kalo papa gue hanya karyawan biasa yang kerja di perusahaan besar milik om Dio.

Om Dio terkekeh.
"Iya, tapi om bukannya gak punya mata. Om tau mana staff yang memiliki skill dan tanggung jawab tinggi. Walau papamu hanya staff biasa, om jamin dia bisa menjalankan tugas CEO dengan mudah" kata om Dio.

Gue hanya menatap om Dio syok.

"Udahlah, pak Wahyu juga nitip Nina sama om Dio dan Bryan" kata om Dio sambil tersenyum lalu berlalu dari hadapan ku.

Love is On The Air (Completed)Where stories live. Discover now