"Saat ini kita sedang di rumah, tidak di kantor! Kau bukan bos dan aku bukan office boy, jadi jangan seenaknya padaku!"

Wangqing tersenyum sinis, "Lalu? Karena ini di rumah, aku harus menganggapmu apa? Istri idaman?" Wangqing hanya terkekeh melihat mata Dayu semakin melotot.

xxxElevenCMxxx

Dayu menggosok badannya di bawah guyuran air. Sesekali mulutnya bersenandung lagu-lagu lama yang sering ia dengar lewat radio. Kamar mandi apartemen Wangqing anehnya tidak sekotor ruang tamu dan kamar tidur. Yah, setidaknya Dayu hanya perlu mengelap bathtub, mengosek lantai sedikit dan mengganti handuk basah dengan yang kering. Jika dibandingkan dengan ruangan lain di apartemen itu, keadaan awal kamar mandi terlihat luar biasa bersih dan rapi.

Setelah merasa dirinya sudah cukup bersih (itu artinya sudah sekitar 1 jam ia mandi, err..) Dayu mengambil handuk dari bufet kecil di samping wastafel dan mengeringkan tubuhnya. Ia baru keluar dari dalam kamar mandi setelah memakai baju. Hei.. meski di apartemen ini hanya di huni oleh laki-laki tapi justru laki-laki lain yang juga tinggal bersamanya lebih berbahaya? if you know what i mean- ehem!

"Ai yo.. perut ku lapar.." ujar Dayu begitu membuka pintu kamar mandi. Ia bergegas turun ke ruang tamu untuk meminta bosnya membelikan makanan. Tapi baru beberapa langkah, hidungnya sudah mencium bau masakan yang begitu nikmat. Cepat-cepat ia melangkah menuruni tangga. Mengandalkan indera penciumannya untuk menemukan sumber bau sedap yang membuat perutnya semakin keras berdendang.

"Woah!!!"

Hanya itu yang sanggup keluar dari mulut Dayu melihat beragam jenis makanan tersaji di atas meja makan. Ada salad buah, daging panggang, sup jamur, dan.. apakah itu sub iga pedas?

"Kau mau makan atau hanya ingin meneteskan air liur dengan berdiri di situ." Wangqing meledek dengan nada datar. Dayu bergegas duduk di salah satu kursi siap menyantap semua sajian yang terhidang di atas meja.

"Wah.. apakah kau memesan semua masakan ini? Apakah dari restoran bintang lima?"

"Pesan??" Wangqing meninggikan suaranya.

"Lalu apa? Kau mau aku percaya kau membuat semua ini? Hahahahaha..." Dayu tertawa keras. Ia menggunakan sumpitnya untuk mengambil daging panggang. Tapi sebelum daging itu sampai di mulut, Wangqing menangkap tangannya. Menggeret tubuh Dayu ke dapur. Begitu Dayu melihat keadaan dapur yang baru saja tadi ia bersihkan kini sudah kembali berantangan dengan noda saus dimana-mana dan alat masak kotor menumpuk di atas wastafel, ia hanya bisa melongo.

"Kau lihat? Aku yang benar-benar memasak semua itu." Wangqing tersenyum penuh kemenangan.

"Wow.. kau benar-benar ahli mengotori ruangan.." Dayu menggeleng takjub.

"Ck!" Wangqing menghentakkan tangan Dayu yang sedari tadi masih ia pegang dan berjalan ke arah meja makan. Dayu segera mengekor di belakang.

Mereka berdua menikmati makan malam tanpa banyak berkomentar. Yah.. dari luar memang seperti itu, tapi kalau saja Wangqing bisa membawa pikiran, ia pasti sudah besar kepala mendengar bagaimana Dayu diam-diam memuji masakannya.

"Eih, karena kau sudah memasak semua ini, biar aku saja yang membersihkan semuanya." Dayu berujar sambil membereskan piring-piring kotor dan sisa makanan di atas meja.

"Memangnya siapa yang berencana mau membantumu membereskan semua itu."

Jawaban menyebalkan yang keluar dari mulut Wangqing membuat Dayu membalikkan badannya cepat hendak membalas. Tapi momentum sudah terlebih dahulu berbicara. Tumpukan piring kotor yang menjulang di atas tangan Dayu jatuh ke lantai. Sialnya, kaki Dayu yang hendak melangkah menginjak pecahan piring. Membuat kakinya seketika berdarah.

Stubborn LoveWhere stories live. Discover now