Family?

7K 454 14
                                    

(Media picture: Wang Yu)

"Qingge, sepeda jelek ini tidak mau kunaiki, sepeda ini menjatuhkanku."

Bayangan sesosok anak lima tahun bersama sepupunya nampak jelas menyisakan jejak cerita. Dimana sang anak 5 tahun menendang sepeda roda dua yang teronggok jatuh di tanah. Wajahnya penuh debu, membuat sepupunya membersihkan pelan wajah sang adik kecil. 3 tepukan hangat mendarat tepat di puncak kepala sang adik.

"Qingge, kuda jelek ini tidak mau kunaiki, dia mengamuk seperti gorilla ketika aku naik"

Kembali ingatan ingatan masa lalu disulam menjadi satu membentuk cerita nyata yang jauh dari kenyataan yang ada. Anak lelaki 7 tahun merengek manja pada kakak sepupunya.

"Qingge, kenapa rumus ini tidak bisa diterapkan di soal ini. Rumus ini harus bisa masuk jika aku paksa"

Kembali sang adik yang berumur 10 tahun meraung raung manja ketika dia salah menerapkan rumus matematika sederhana.

"Qingge, jika aku membedah mayat asli pasti aku bisa paham anatomi tubuh manusia. Belikan aku tubuh manusia yang asli!!"

Remaja berumur 15 tahun membanting buku pegangannya, berkali kali dia meneliti gambar yang ada di buku dan menghafal semua anatomi manusia, namun hanya kebingungan yang melanda ketika number dengan bagian organ manusia yang tak sama.

"Qingge, aku berhasil meraih juara 1 olimpiade sains. Aku akan menjadi dokter bedah dan aku akan membedah tubuhmu. Hahahhaa"

Remaja 17 tahun memeluk kakaknya erat, dia memamerkan medali emas yang dia dapat. Kembali 3 tepukan hangat dia terima di puncak kepalanya.

"Qingge kenapa kau pergi!!"

Hanya suara kegetiran yang dia keluarkan, kakak yang sudah dia anggap sebagai panutannya pergi meninggqlkan dirinya.

Tanpa sepatah ucapan selamat tinggal sekalipun.

....................

"Tidak.. Jangan pergi.. aku mohon.. Jangan pergi!"

Wangyu terperanjat. Peluh membanjiri tubuhnya. Nafasnya tersenggal seakan baru saja berlari maraton berkilo-kilo.

Mimpi buruk. Ia memimpikan kejadian di masa lampau yang sudah coba dilupakannya selama bertahun-tahun.

Tapi kenapa?

Tidak kah cukup ia menghadapi sepupunya di dunia nyata saja? Kenapa harus di alam tidurnya juga?

Dan kenapa..

Ia masih bisa merasakan tepukan hangat itu di kepalanya.

xxxYouSaidHeDidntKnowButHeKnowxxx

Suara tetesan air keran usang menjadi satu-satunya keramaian yang mewarnai ruang apartemen kecil Dayu. Sang pemilik apartemen hanya duduk diam di atas lantai sambil terus mengawasi sosok yang tengah terbaring di atas sofa. Sosok itu terlihat seperti tidur dengan satu lengan yang menutupi matanya. Diam, hanya dadanya yang bergerak naik turun senada dengan hembusan nafasnya.

"He.. eh.. Eeh!" Dayu menggoyang-goyangkan tubuh statis itu dengan gerakan kasar. Peduli setan ia akan membangunkan macam tidur, toh memang itu yang ia inginkan. Err.. membangunkan Wangqing maksudnya.

"Yahh bangunlah, bagaimana kau bisa tidur senyenyak ini meski tidur di atas sofa." Dayu membangunkan Wangqing kembali.

Sudah beberapa hari Wangqing menginap di apartemen Dayu, mereka menghabiskan malam dengan ejekan, hinaan, rayuan hingga berunjung pergumulan malam yang panjang.

Stubborn LoveWhere stories live. Discover now