I Play U

8K 527 36
                                    


Suara shutter kamera dan kilatan blitz menghiasi ruangan yang disetting seperti studio foto. Dua model pria dan satu model wanita berambut pirang tanpa busana bergumul di atas sofa hanya berbalut kain putih tipis pada area-area tertentu.

Sesekali ketiga model itu berganti posisi. Berbagai gaya erotis diperagakan dan tak satupun luput dari bidikan kamera.

Beep! Beep!

Dering telpon memecah suasana yang tercipta. Si pemotret menghentikan aktivitasnya seketika.

"Lets take a rest for now.."

Ketiga model mendesah lega. Seakan terlepas dari beban hidup yang berat. Mereka mengucapkan terimakasih sebelum beranjak untuk berpakaian.

"Hm? Ada apa kau menelpon?"

'Biar ku tebak.. Kau sedang bermain dengan kamera mu?'

"Dan biar aku tebak, kau berhasil menjerat buruanmu?"

Gelak tawa terdengar di dari seberang sambungan telpon. Membuat si penerima mau tak mau ikut terkekeh juga.

'Cay..'

"Hm?"

'Kau tahu apa yang harus kau lakukan bukan?'

"Hm.. tentu"

Klik

Sambungan telepon itu pun berakhir.

CayZ berjalan santai sambil menenteng kamera LSR mahal miliknya, dia melihat lihat kembali hasil foto bidikannya. Walaupun dia bekerja bersama sahabatnya,tetapi separuh dari waktunya dia gunakan untuk menggeluti hobi fotografinya.

Dia meletakkan kamera miliknya dan mengambil sebuah kamera lain di atas meja miliknya. Kamera analog yang dia bawa entah mengapa membuat sudut bibirnya tersungging.

CayZ sangat menyukai keindahan, keindahan adalah seni yang mengagumkan.

Dia memasuki darkroom di ujung studio foto miliknya, masih melihat lihat kamera analog yang sengaja dia pilih untuk membidik sosok indah yang entah mengapa menjadi sosok favorit di dalam kameranya.

Darkroom yang dia pakai hanya ruangan kecil 3x3 meter, tetapi ruangan itulah yang menjadi tempat favoritnya. Ruangan yang tidak boleh terkena cahaya dia tutup perlahan, melihat lihat tempelen foto berbagai ukuran.

Dia kembali mengambil rol film di kamera analognya, hasil bidikan tadi pagi dia kumpulkan dan dia cetak dengan hati hati.

Inilah yang membuat foto kamera analognya lebih berharga dibanding berpuluh puluh kamera lain milikya.

Membidik foto sosok indah itu, mencetak hasilnya melalui dark room ini hingga menghasilkan karya yang bahkan kurang sempurna dibanding sosok aslinya.

Rol-rol film dia cuci

Hasilnya dia gantung dan ditempel di dinding.

Tersenyum dia menatap saluh satu hasil bidikannya, sosok lelaki memakai jas dokter berjalan memasuki perusahaan miliknya.

xxxInnocentPlaymatesxxx

Rasanya Qiushi ingin sekali melempar Dayu dengan stetoskop yang menggantung di lehernya. Telinganya serasa tuli mendengar ocehan dan omelan temannya itu yang seakan tidak ada habisnya.

Hei! Dia juga perlu bekerja sekarang. Meski tidak ada pasien tapi ia perlu menyelesaikan laporan bulanan yang sudah harus ia kumpulkan besok. Tapi bagaimana ia bisa berkonsentrasi jika Dayu terus mengoceh setengah mengumpati boss sexy mereka itu.

Stubborn LoveWhere stories live. Discover now