"Mau di pindahkan kemana Dok?"

"Singapur Nyonya, saya permisi harus mepersiapkan berkas pemindahan Tuan Ali ke sana." Dokter ayu kembali mendahului Prilly.

Prilly menatap sendu laki-laki yang terbaring lemas di dalam sana. Dia masuk ke dalam ruang inap Ali setelah mendapat izin dari suster jaga.

"Ali bertahan lah, aku udah nemeninkamu di sini. Bertahan lah Li." Ali tak merespon ucapan Prilly.

Perasaannya kalut, dia tak ingin kehilangan Ali untuk yang kedua kalinya. Kesalahannya pada Ali juga belum ditebusnya. Hanya berdoa yang bisa di lakukannya untuk membantu Ali. Harapannya hanya satu, Ali kembali sadar, Prilly benar-benar belum siap jika hal buruk benar-benar terjadi pada Ali.

***

Dokter Ira sudah selesai memeriksa kondisi Al secara keseluruhan. Semua sudah kembali normal walaupun keadaannya belum benar-benar membaik, tapi, setidaknya sudah ada kemajuan yang cukup membahagiakan.

"Di mana Prilly, bukannya tadi dia nyariin lo ya." Al mencoba bertanya keberadaan Prilly pada Ira.

"Iya, tadi bareng sama gue, tapi sampai depan dia berhenti di depan kamar sebelah." Dokter Ira merapikan stetoskopnya dan di letakkannya di saku jas putih kebesarannya itu.

"Emang siapa pasien di sebelah Ra?" tanya Al penasaran.

"Ali Candra Kanaka." Mata Al membulat sempurna, selama ini dia tak tahu jika Ali, masa lalu Prilly di rawat juga di rumah sakit yang sama. Prilly tak pernah sedikit pun menyinggung tetang Ali di hadapannya, bahkan Prilly sama sekali tak pernah lagi meminta izin untuk sekedar menemui Ali. Al sempat lupa jika masih ada Ali dalam bayang-bayang hidup Prilly.

"Lo kenapa Al? Jangan bilang Ali itu masa lalu Prilly yang pernah lo ceritain sama gue dulu." Al hanya mengangguk menanggapi ucapan Ira.

"Gimana kondisinya?" Al justru memikirkan kondisi Ali bukan kondisinya sendiri.

"Kritis, tadi Dokter Ayu sempat bilang sama gue. Kayanya Ali bakalan di pindahkan ke Singapur, alat-alat medis di rumah sakit ini belum memadai."

"Bawa gue buat lihat dia Ra," pinta Al.

"Lo baru aja sadar Al, lo belum boleh turun dari tempat tidur ini." Dokter Ira melarang.

"Sebentar aja, gue cuma mau tahu keadaan dia, tolong anter gue lihat dia Ra."

Akhirnya Dokter Ira menuruti, dia mengambil kursi roda yang ada di ruangan Al. Dokter Ira membawanya mendekat ke sisi ranjang dan membantu Al untuk duduk di sana. Dokter Ira mendorong kursi roda itu sampai ke depan pintu. Al menoleh ke sisi kanannya di mana Ali beristirahat, Ira terus mendorong sampai ke depan pintu kamar yang memang sedikit terbuka. Al memberi isyarat agar menghentikan dorongannya. Al dapat melihat dengan jelas ada Prilly di sana, rasa cemburu memenuhi rongga dadanya, di saat seperti ini istrinya masih bisa menemui laki-laki lain.

"Bangun Li, aku belum siap, atau mungkin nggak akan pernah siap kehilangan kamu lagi Li, aku mohon bangun."

Al dapat mendengar dengan jelas apa yang di katakan Prilly, bahkan dia juga melihat perlakuan Prilly yang menyayat-nyayat hatinya. Al hanya dapat menatapnya diam tanpa ingin mendekat lagi ke dalam. Pemandangan ini cukup membuatnya mengerti sepenting apa Ali bagi hidup Prilly. Bahkan dalam keadaan seperti ini dia lebih memilih menemani mantan kekasihnya di bandingkan suaminya sendiri.

Ira yang sudah kenal betul seperti apa Al, dia akan menahan emosinya jika sudah menyangkut masalah wanita yang di cintainya. Al lebih senang menyimpan rasa sakit itu sendiri di banding harus membaginya dengan orang lain. Tapi Ira, dia sangat mengerti bagaimana perasaan sahabatnya ini.

Al meminta Dokter Ira membawanya kembali ke ruangannya.

Hati memang terasa sakit saat melihat kekasih menangisi laki-laki lain, tapi hati semakin terasa perih saat melihat kekasih tak lagi bisa kembali tersenyum.

Kebahagian Al adalah membuat Prilly bahagia. Al ingin Prilly bisa bahagia karenanya bukan karena orang lain.

"Gue ngerti perasaan lo Al." Dokter Ira menepuk pundak Al.

"Lo nggak ngerti perasaan gue Ra. Lo boleh balik tugas lagi. Makasih lo udah anterin gue barusan."

"Sama-sama, ya udah gue tugas lagi ya." Dokter Ira meninggalkan Al di ruangannya sendirian. Ruangan itu kembali sepi dan sunyi.

***

Prilly masih duduk terdiam di sisi Ali. Sampai Kayla datang menghampirinya.

"Gimana keadaan Ali, Prill?" tanya Kayla.

"Kritis Kay, lo udah temui dokter Ayu?"

"Udah, baru aja gue dari sana. Ali mau di pindahkan ke Singapur Prill. Apa di sana kita bisa dapat hati yang cocok buat Ali ya? Gue nggak tega lihat Ali lama-lama kaya gini."

"Kita harus yakin Ali sembuh Kay, kita doakan yang terbaik buat Ali." Kayla mengangguk menanggapinya.

"Gue keluar dulu ya. Tolong jagain Ali." Pamit Prilly.

"Iya."

Prilly keluar dari kamar Ali, dia ingin menghampiri Al yang ada tepat di sebelah kamar Ali. Prilly merapikan pakaiannya, mengusap wajahnya agar tak ada sisa-sisa kesedihan di sana. Dia tak ingin Al tahu bahwa dia baru saja menangis.

"Honey." Suara Prilly di buat seceria mungkin agar tak terjadi kecurigaan.

"Kamu tidur lagi ya." Prilly melihat Al memejamkan matanya.

"Honey, kamu nggak apa-apa kan?"

Al sedikit meredam emosinya saat mendengar suara ceria wanita yang dicintainya itu.

"Aku nggak tidur Sayang." Al membuka matanya, memberikan senyuman yang di paksakan.

"Kamu dari mana? tadi Dokter Ira udah datang ke sini tapi kamunya nggak muncul." Al tahu sebenarnya kemana Prilly, hanya saja dia ingin tahu kejujuran Prilly.

"Aku abis dari kantin, aku lapar, anakmu tak bisa menunggu sebentar." Prilly berucap sambil mengelus perutnya.

"Kamu berbohong Sayang, kenapa kamu harus lagi-lagi membohongiku seperti ini. Aku lebih menerima kejujuranmu, Prill." Batin Al, dia hanya mampu menatap sendu sahabat hidupnya itu.

"Maafkan aku sudah membohongimu, Honey, aku hanya nggak mau membuatmu sedih. Aku sudah cukup banyak membuat kesalahan padamu." Batin Prilly.

Hati yang terbagi akan sulit membedakan mana yang cinta dan mana yang bukan. Saat kebohongan mulai menutupi hati yang lain, maka akan ada kebohongan lain yang akan mulai hadir sebagai pembenaran. Utamakan kejujuran jika ingin suatu hubungan berjalan baik. Kebohongan seperti bom waktu yang siap meledak. Akan ada masanya kebohongan itu terbongkar.

############

Melonnya Mami

Maaf ya lama updatenya.
Hihihihih
Tapi masih sabar menunggukan?
Makasih vote dan komennya ya?

TAKDIR (Komplet)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum