Prilly dapat mendengar dengan jelas detak jantung Al, seketika Prilly merasa takut saat mendengar itu. Al yang menyadari mempererat dekapannya.

"Kamu tetap akan menjadi istriku sampai suara detak jantung ini menghilang. Kamu akan tetap menjadi ibu dari anakku sampai suara anak kita menggema di dalam ingatan. Kamu akan tetap menjadi kekasihku sampai Tuhan nanti yang menginginkan kita untuk berpisah." Prilly mendekap erat suaminya.

Adakah kata paling indah selain ucapan terima kasih karena takdir yang mempertemukan. Tak ada kata kebetulan dalam hidup ini, semua memang sudah menjadi takdir jalan Ilahi, hanya saja setiap jalan yang di tempuh akan berbeda, setiap ujian yang di lalui tak selalu sama, bahkan kadar kebahagian setiap manusia tak selalu imbang. Semua itu tergantung bagaimana setiap manusia mampu menyikapi apa yang takdir Tuhan berikan dalam hidupnya, tak ada yang lebih indah dari kebahagiaan yang tercipta atas dasar cinta dan keyakinan.

"Jangan menangis, aku ingin melihatmu tersenyum. Aku rindu senyummu yang menjadi sumber kekuatanku."

Prilly menengadahkan kepalanya, menatap Al lekat dan memberika senyum terindahnya pada Al, sahabat hidupnya.

"Aku akan terus menemanimu sampai kamu sembuh, Honey."

"Jangan, kamu harus tetap istirahat, Sayang. Anak kita juga butuh istirahat, jangan sampai ibunya sakit." Al mengusap perut Prilly yang sudah mulai membuncit.

"Aku panggilkan dokter dulu ya, biar dokter tahu bagaimana perkembanganmu." Prilly mengusap wajah Al sebentar.

"Jangan lama-lama ya nanti aku kangen." Prilly hanya bisa tersenyum dan keluar dari kamar inap Al.

Prilly mencari Dokter Ira, dokter yang merawat Al selama ini. Prilly juga sudah mengetahui semuanya tentang Al dari Dokter Ira. Saat Prilly mencari Dokter Ira di meja informasi, dia berpapasan dengan Dokter Ayu yang merawat Ali berjalan tergesa-gesa melewatinya. Prilly hampir lupa dengan Ali yang berada tepat di kamar inap Al.

"Dokter, maaf ada apa?" Prilly menghentikan langkah Dokter Ayu sesaat.

"Tuan Ali kritis," jawab Dokter Ayu.

"Ali," guman Prilly.

"Maaf, saya harus segera ke sana." Dokter Ayu berpamitan pada Prilly, sedangkan Prilly masih diam mematung di tempatnya.

"Prill, kenapa kamu di sini?" Dokter Ira memegang pundak Prilly, tubuh Prilly terasa menegang.

"Dokter, Al sudah siuman, bisa tolong dokter memeriksanya sebentar." Prilly mengalihkan pertanyaan Dokter Ira.

"Al sudah sadar. Ayo kita kesana, kita lihat perkembangan Al." Dokter Ira berjalan mendahului Prilly sampai depan bangsalnya.

Dari jarak 5 meter Prilly bisa melihat bagaimana Dokter Ayu berusaha membuat kondisi Ali kembali normal. Beberapa kali alat kejut jantung di letakkan di atas dada Ali. Wajah dokter dan beberapa perawat terlihat serius.

"Sekali lagi ya, satu, dua, tiga." Dokter Ayu kembali meletakkan alat kejut jantung di atas dada Ali, berharap detak jantung Ali kembali normal. Tapi sayang, kondisi Ali tetap saja melemah.

"Bertahanlah Li, aku mohon." Batin Prilly.

"Suster, cepat tolong hubungi keluarganya Tuan Ali, beliau harus segera di pindahkan ke rumah sakit Singapur. Ini darurat dan harus segera di lakukan tindakan medis secepat mungkin." Dokter Ayu memberikan titah pada salah satu suster yang ada di dalam. Sampai akhirnya Dokter Ayu keluar dan di hadang oleh Prilly.

"Ada apa dengan Ali, Dok?" tanya Prilly yang terlihat gusar.

"Tuan Ali harus segera mendapat tindakan medis secepatnya. Rumah sakit kami alat-alatnya tak memadai." Dokter Ayu menjelaskannya singkat.

TAKDIR (Komplet)Where stories live. Discover now