BAGIAN KESEPULUH: PEMBUNUH FIKSI?

Start from the beginning
                                    

Itsuka tidak menjawabnya, tepatnya dia sedang berpikir. "Baiklah, kalau itu mau mu. Tapi ingat, kalau memang terdesak, kau harus menyegelnya."

"Baiklah, terima kasih, Itsuka."

Entah apa yang kupikirkan, padahal belum ada jaminan kalau aku tidak menyegelnya dia tidak akan dalam bahaya. Tapi, aku berpikir kalau dia mengetahui masalah ini, aku takut dia semakin dalam bahaya.

Jadi, aku berbicara dengan Airi, hanya berdua di kamarku. "Ouka-senpai, kenapa Senpai mengajakku kesini? Apa Senpai mau melakukan "itu"? Ini masih pagi, tapi aku tidak keberatan." Dia berjalan mendekatiku, jarinya diletakan di dadaku.

"Airi, aku ingin menanyakan sesuatu." Mungkin karena aku memasang wajah serius, dia mundur dan bersikap biasa. "Kalau Fiksi tidak lepas kendali, apa kau... kalian tidak akan membunuhnya?"

"Iya, itulah peraturannya. Karena, walau mereka Fiksi, tapi mereka tetap manusia."

"Apa kau janji?"

"Iya."

Kami saling bertatap, kalau ada orang lain, kami bisa dianggap seperti sepasang kekasih yang sedang berantem. "Baiklah, aku percaya. Maaf, aku merepotkanmu."

"Tidak apa-apa, aku mengerti kenapa Senpai melakukan ini. Adikmu, Ami Ouka, adalah Fiksi, kan?"

"Ternyata sumber informasimu berbahaya juga."

"Tentu saja, jangan remehkan organisasi kami." Dia kembali bersikap yang terlihat mencurigakan. Dia mendekatiku lagi, dan kali ini jarinya berada di pipiku. "Aku sudah siap." Dia terlihat sangat menggoda, belahan dadanya yang kecil terlihat dari balik kerah kemejanya.

"A-A-Apa maksudmu?!"

"Senpai, kau memang menggoda, ya." Kedua telapak tangannya mendarat di dadaku, dia membuka kancing kemejaku. Sekarang dadaku bisa dilihat dengan jelas olehnya. "Senpai memiliki tubuh yang bagus." Dia menempelkan kepalanya di dadaku.

"A-A-A-Airi... Apa yang kau lakukan?!" Sekarang tubuhku terasa sangat panas, dan gemetar. Pikiran laki-lakiku mulai muncul.

"O-O-O..." Ternyata, Ami sudah membuka pintu. Dia terlihat sangat terkejut melihat pemandangan ini. "O-O-ONIII-CHAAANNN!!"

"AAAAA!!"

Setelah mendapatkan tamparan maut dari Ami, aku harus mendapatkan hukuman bonusnya. Yaitu duduk dengan kedua kaki yang ditekukan, dan mendengar ocehannya. Parahnya, dia melakukannya di ruang makan, tempat mereka bisa melihatku sedang dihukum.

"Sudah-sudah, Ami-chan."

"Tidak, Ami-chan. Serangga tengik ini memang pantas dihukum."

Aku hanya bisa menghela napas, lalu kembali mendengar ocehan Ami. Setelah selesai dihukum, kakiku terasa kesemutan. Tapi, rasa kesemutanku tergantikan dengan senyuman dari bidadariku saat memberiku sarapan. Saat aku mau makan, aku melihat mereka sudah akrab dengan Ami. Mungkin ini berkat dari Aya-chan, tapi mungkin juga karena Ami sendiri yang sudah berjuang. Aku tidak terlalu peduli siapa yang memulainya, tapi aku senang dia nyaman di sini.

Setelah selesai sarapan, mereka semua mencuci peralatannya. Sedangkan kami, aku, Airi, Kanade-chan, dan Ami. Disuruh membeli bahan makan malam. Karena jumlah bahannya cukup banyak, jadi aku menyuruh mereka berpencar.

"Aku dan Ami akan membeli daging dan sayurannya, kalian beli bumbunya. Kalau kalian sudah mendapatkan bumbunya, langsung kembali saja."

"Baik! Ayo, Kana-chan."

"Hm!" Mereka terlihat sangat senang sekali, tentu juga aku senang. Biasanya Kanade-chan yang tidak bisa melihat tidak akan bisa berlari kecil seperti itu, sambil memegang tangan teman terbaiknya.

AKU INI APA? S1 Dan S2 (Slow Update)Where stories live. Discover now