Chapter 12

581 46 4
                                    

(Hari pertama syuting)

"Tidak! Aku tidak maumelakukan adegan ini!" Rob langsung histeris begitu selesai membaca skenario adegan yang akan dilakukannya.

"Rob, aku tahu kau phobia ketinggian tapi kau harus mencoba melakoni adengan ini. Adegan ini cukup penting. Penulisnya bisa kecewa kalau sampai adegan ini dihapus hanya gara-gara phobiamu itu." Dean, lagi-lagi membujuk Rob.

Jujur, Rob paling benci situasi seperti ini. Situasi di mana orang-orang menganggapnya lemah, tidak berdaya, bahkan sampai secara terang-terangan mencoba menghiburnya persis seperti anak kecil!

Rob bukannya tidak menghargainya, tapi hal itu hanya membuatnya merasa tidak nyaman. Apalagi ini menyangkut phobianya akan ketinggian yang terasa seperti kutukan.

Memang adegannya sederhana saja. Dirinya dan Kris hanya perlu melambai, memberikan sedikit pidato, lalu berciuman di atas balkon layaknya tradisi pangeran kerajaan besar yang baru menikahi tunangannya.

Tapi aku terlalu takut. Seharusnya balkonnya tidak setinggi ini!. Rob jadi ingin histeris lagi.

"Dean, kau boleh menganggapku pengecut, dan tidak profesional. Tapi aku benar-benar tidak bisa melakoni adegan ini. Kalau kau tetap memaksa, setidaknya cari lokasi lagi yang balkonnya tidak terlalu tinggi. Atau kita bisa pakai layar hijau. Apa pun. Asalkan aku tidak melakoni adegan itu di ketinggian seperti ini. Please.." Akhirnya, Rob benaar-benar menyerah dengan rasa takutnya sendiri.

"Tidak semudah itu, Rob. Kau 'kan tahu sendiri," timpal Dean.

Oke, sekarang Rob benar-benar sadar bahwa sampai kapan pun tidak mungkin dia bisa menang berdebat dengan Dean. Sutradara yang satu ini.. dia... bagaimana caranya untuk mendeskripsikannya ya? Intinya dia sangat pintar. Dan juga sangat berpengaruh. Dan juga sangat berbahaya.

Hampir semua film yang dia buat selalu menjadi box office. Dia juga segan-segan mengganti pemainnya jika dia rasa perlu. Dan Rob berani bertaruh, jika dia tetap menolak melakoni adegan ini, dia pasti akan langsung dikeluarkan. Dean pasti akan mencari aktor baru yang lebih profesional.

DEMI GIGI THOR! AKU HARUS BAGAIMANA?! Rob benar-benar frustasi sekarang.

"Jangan takut. Kemungkinan kau mati karena gaya gravitasi itu kecil. Lebih tepatnya 00000,75%." Kris tiba-tiba saja berbisik di telinga Rob dan memberinya pelukan canggung dari belakang. Rob terkekeh pelan lalu dengan pelan membalikkkan tubuhnya dan langsung mengacak-acak rambut Kris.

"Memangnya kau tidak takut ketinggian juga?" Rob bertanya.

"Tentu saja aku takut, Rob. Gaya gravitasi bukan sesuatu yang bisa diremehkan. Tapi seperti kataku tadi, kemungkinan mati karena gravitasi itu kecil. Lagi pula, kau pasti akan melindungiku di atas sana, 'kan?"

Gadis ini. Sejak awal, selalu saja ada bagian dalam dirinya yang membuat Rob terkejut.

Tapi justru itu yang membuat Rob ingin mengenalnya lebih jauh lagi. Umurnya mungkin tidak terpaut jauh dengan Cindy, tapi Rob yakin sekarang bahwa Kris jauh lebih dewasa dan lebih bisa membuatnya merasa nyaman daripada Cindy.

Tapi sayangnya, dia tidak bisa begitu saja meninggalkan Cindy. Rob harus mencari cara supaya dirinya dan Cindy bisa berpisah dengan baik-baik tanpa harus ada yang tersakiti. Meskipun kemungkinannya kecil.

"Kris.." nada suara Rob membuat Kris mengerutkan keningnya. Ia tidak suka mendengarnya. Terdengar seperti orang yang sedang sedang menahan sakit. Meskipun ia suka cara Rob memanggil namanya.

"Ya?" Rasanya seperti ada sesuatu di dalam tenggorokannya yang menahan suaranya.

"Jika aku meninggalkan Cindy untukmu, apa yang akan kau lakukan?"

Aku terbang... benar-benar terbang. Laki-laki di hadapanku ini sungguh membuatku tidak bisa merasakan tulang-tulangku lagi. Kris membatin senang. Sangat senang. Ia tidak tahu harus berpikir apa lagi.

"Kris, aku tahu selama ini kau mungkin tidak menganggap hubungan kita tidak lebih dari sekedar rekan kerja, tapi aku—" sebelum dia menyelesaikan kata-katanya, Iphone-nya berbunyi. Dia langsung mengangkatnya. Dari cara dia melihat ID si penelepon, Kris yakin si penelepon bukan orang sembarangan.

"Ya, Tom? CINDY KENAPA?! Oke, oke. Aku ke rumah sakit sekarang."

Detik itu juga, Kris sadar bahwa dirinya sedang dihempaskan lagi dengan keras loangsung ke bumi, setelah tadi berada di ketinggian yang melampaui awan.

Sakit. Remuk. Rasanya jantung dan paru-parunya tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Salivanya terasa seperti batu besar di tenggorokannya. Tangan dan kakinya mendadak terasa lemas. Kepala dan bahunya terasa seperti menerima beban yang datang tiba-tiba.

Semua yang Kris rasakan hanyalah sakit. Sakit yang datang karena ia hingga detik ini masih dengan bodohnya sempat mencoba melawan kenyataan bahwa Rob masih memiliki kekasih.

Semua yang Rob katakan tidak akan pernah terjadi. Itu hanyalah kata-kata tidak berarti yang hanya memberinya rasa sakit. Jika ia tidak berpengangan ke punggung kursi yang kebetulan berada di sampingnya, mungkin ia sudah pingsan sekarang.

Kini ia tahu, ia tidak mungkin bisa menggantikan sosok Cindy di hati Rob. Rob langsung meninggalkannya. Dia meninggalkannya, bukan Cindy.

He left her in pieces. And it was nobody fault. It's just... love.

Rob & Kris [PUBLISHED IN A BOOK] ✅Where stories live. Discover now