[II] Bulletproof Boy Scout

8.1K 894 92
                                    

JILID II

[Bulletproof Boy Scout]

This is emotion between a man and a woman, don’t wanna calculate it, don’t wanna regulate it.
If knew the true love was like this, I can’t sure if I’d have tried it.
All I feel is anger. And the Danger.

Beberapa menit gadis itu masih diam membeku, membiarkan darah yang mengaliri pipinya itu mengering dengan sendirinya, membiarkan luka gores di pipinya tersapu oleh angin, membuat gadis itu sedikit meringis karena rasa perih yang menjalari pipinya. Satu detik yang lalu gadis itu masih tidak bisa mencerna apa yang dia lihat. Sosok yang menampakkan diri itu begitu mengejutkan, sangat-sangat mengejutkannya, Bahkan sampai bisa membuat jantungnya berhenti berdetak dalam beberapa detik.

Apa ini sebuah kenyataan? Dia meringis lagi, rasa perih yang menjalari pipinya begitu nyata. Sulit untuk menyimpulkan bahwa kejadian ini adalah sebuah ilusi. Tapi, bagaimana bisa?

Lelucon bodoh apa ini? Permainan macam apa yang seenaknya menyeret dia untuk terlibat?

Bisa kah Kinan menampik kenyataan, jika—

Bulletproof Boy Scout adalah Jeon Jungkook kecilnya?

Buruannya adalah seseorang yang memang dia cari? 

Rintik hujan kian menderas. Namun gadis yang masih berdiri dengan tatapan kosong itu tidak mau bergeming sedikit pun. Kewarasannya seakan menjauh, berganti dengan sebuah fantasi yang malah membuatnya berpikir keras.

Tolong! Jika ini tidak nyata, sadarkan dia!

Gadis itu tentu akan bersyukur jika dia bisa bertemu lagi dengan Jungkook, tapi jika harus dengan keadaan seperti ini, dia tidak mau. Ini bukan keadaan normal yang bisa dia netralisir dengan mudah. Ini bukan sesuatu yang mudah untuk dia hadapi, Kinan tahu itu.

Bagaimana bisa, seorang pemburu  melepaskan buruannya begitu saja hanya karena mereka terlibat dalam masa lalu yang sama?!

Bagaimana bisa dia melepaskan seseorang yang selama ini dia cari dengan begitu mudah, mengingat betapa perjuangannya untuk bertemu begitu keras?!

Namun, bagaimana bisa dia menangkap buruannya, jika hanya untuk diserahkan kepada pihak lain yang tidak tahu menahu atas masa lalu mereka?!

Gadis itu memutuskan untuk kembali, dia berjalan gontai, berusaha sekuat tenaga untuk menyeret kakinya yang gemetar dan tidak mau bergerak. Suasana di tempat ini semakin mencekam, bangunan-bangunan tua itu memiliki pencahayaan minim di sepanjang jalan, lengkap dengan hujan yang makin lama semakin mengguyur tubuhnnya. Suasana hatinya memburuk seketika.

Untuk pertama kalinya, gadis itu menahan bunyi pelatuk dari senjata api kebanggaannya.

Untuk pertama kalinya, gadis itu menurunkan kembali tangan lurus bersenjata miliknya dari si mangsa.

Untuk pertama kalinya, Kinan merasa titik bidiknya membuat pandangannya membuyar karena air mata.

Dia bertanya dalam hati, ‘Perasaan merindu, apa semenyedihkan ini?’

Setiap langkahnya terasa amat sangat lambat, tubuhnya masih bergetar dan juga lemas di waktu yang bersamaan. Gadis itu tersenyum saat melihat motor sport hitamnya masih setia di sana. Dia sedikit mempercepat langkah, dia ingin menyudahi hari ini. Baju seragam yang dia kenakan sudah basah seluruhnya, hujan memang tidak terlalu lebat, tapi tetap saja riuknya terdengar kasar. Titik-titiknya bahkan terasa seperti jarum yang dengan sengaja menusuk seluruh tubuhnya. Menjalari tubuh rapuh itu dengan perasaan dingin yang amat sangat, iya untuk tubuhnya, tentu iya juga untuk hatinya.

THE RED BULLET [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang