Prilly membawa map-map itu ke dalam ruangan Al, sedangkan Al terlihat sibuk dengan dahi berkerut menatap serius layar laptop yang ada di hadapannya.

"Ini berkas yang Mister minta." Prilly meletakkan map-map itu di atas meja. Prilly tak langsung ke luar, dia memperhatikan Al yang sangat serius.

"Apa yang terjadi Mister?" tanya Prilly.

"Penjualan menurun drastis Sayang, barang yang kita jual pesaingnya juga sudah mulai banyak di tambah lagi model-model fashion yang harus selalu up to date, kita harus tahu apa yang sedang diminati pasaran saat ini." Al kembali menatap serius layar laptopnya. Beberapa file di bukanya kembali.

"Tenang Honey, kita cari jalan keluarnya, aku sadar sudah beberapa bulan terakhir penjualan kita menurun. Aku sedang mencari cara bagaimana meningkatkan pasaran kita lagi." Prilly memegang telapak tangan Ali yang masih bertengger indah di atas laptop.

Al menghentikan aktivitasnya. Dia menatap kekasih halalnya itu, mata Prilly memancarkan kedamaian yang dapat Al rasakan di dalam hatinya. Ketenangan hati yang Al rasakan bisa membuatnya kembali berfikir lebih hati-hati sebelum mengambil keputusan.

"Tenang Honey, aku akan selalu berdiri tepat di belakangmu untuk terus bisa membantumu saat kamu akan terjatuh, memapahmu untuk bisa kembali berjalan beriringan bersamaku." Prilly mengeratkan pegangannya pada Al.

"Terima kasih Sayang. Kamu memang lentera dalam gelap." Al mengecup tangan Prilly.

"Aku kembali dulu ke mejaku, nanti kita makan siang bersama ya."

Prilly mencium singkat kening Al, yang duduk lebih rendah darinya. Prilly keluar dari ruangan Al dengan senyuman tulus yang selalu di berikannya pada Al suaminya.

Waktu sudah menunjukan pukul 12.00, dilihatnya Al dari jendela yang berhadapan langsung dengan ruangannya masih sibuk dengan laptop dan juga kertas-kertas di atas mejanya. Seulas senyum terpancar dari bibir manis Prilly.

Prilly mengeluarkan sekotak makanan yang di bawanya dari rumah. Menu makanan sehat yang biasa di siapkannya untuk Al, sudah tersusun rapi di dalam kotak makan. Wortel, buncis, brokoli yang sudah di rebus dengan sedikit garam dan juga nasi merah untuk teman santapnya, di tambah buah melon sebagai pelengkap menu sehat hari ini, dibawanya ke dalam ruangan Al.

"Honey, makan siang dulu. Nanti lanjut lagi kerjanya." Prilly meletakkan perbekalannya itu di atas meja.

Al masih saja tak menggubris ajakan Prilly, dia masih asyik di balik meja kerjanya. Prilly menghampiri Al dan langsung duduk di pangkuannya. Prilly mengalungkan tangannya pada leher Al, dia bergelayut manja membuat Al menghela nafas dalam.

"Aku nggak akan pergi kalau kamu nggak mau ikut makan denganku." Prilly mengangkat dagu Al untuk menatapnya.

"Baiklah Sayang." Akhirnya Al menyerah dan mencium bibir Prilly singkat.

***

17.14 sudah tertera pada mesin absen, banyak pegawai yang sudah mulai absen untuk pulang. Prilly juga merapikan beberapa pekerjaannya yang masih menunpuk di atas meja dan akan di selesaikannya besok. Prilly melirik ke arah ruangan Al. Seharian ini Al sama sekali tidak keluar dari ruangannya. Prilly tahu Al orang yang gila kerja, tapi Prilly juga mengkhawatirkan kesehatan suaminya itu jika tubuhnya di paksa untuk terus bekerja.

"Honey, ayo kita pulang." Kepala Prilly menyembul dari balik pintu ruangan Al.

"Sebentar Sayang, masih ada yang harus aku kerjakan. Kalau nggak kamu pulang duluan aja gih bawa mobil. Nanti kamu kelamaan nungguin aku," ucap Al sekilas menatap Prilly.

TAKDIR (Komplet)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang