Epilog

13.5K 946 623
                                    

Someone POV

"Daddy... do you wanna kill your son again?" kening gue mengernyit, menjauhkan sendok ama garpu dari piring di depan gue. Sumpah, gue mau muntah aja melihat dan mengendus hidangan yang baru aja daddy letakkan di atas meja makan.

Di sana, di samping wajan yang mengeluarkan asap kehitaman, sambil pake celemek warna biru yang belepotan kecap ama caos, daddy kelihatan stress dengan perlengkapan memasak. Lalu sedetik kemudian, suara piring pecah berdentang di dapur kami.

"Mike, come on, habiskan sarapanmu. Daddy tidak mau, pulang sekolah nanti, tahu-tahu kamu pulang dengan keadaan kurus pucat, gara-gara kamu kelaparan," daddy memasukkan semua perkakas kotor ke dalam westafel. I mean, semua. Seperti talenan, piring, pisau, mangkok, sendok hanya untuk memasak seonggok makanan menjijikkan itu. Kemudian, daddy berteriak kencang banget waktu daddy mau memasukkan wajan yang baru aja buat menggoreng ke dalam westafel tanpa memakai waslap.

Gue memutar mata tujuh kali. Gila, udah kayak thawaf aja deh gue. Gue berdiri dari tempat duduk, mengabaikan orang tua ajaib yang gue miliki lalu berjalan ke arah pantry. Menghampiri telepon rumah kemudian menghubungi seseorang yang nomornya udah gue hapal di luar kepala.

"Mike, balik ke tempat kamu!!" daddy menggeram, menyalakan keran westafel lalu menyiram tangannya yang tersulut panasnya wajan.

Gue nggak menggubrisnya, mengangkat gagang telepon.

"Daddy akan marah kalau kamu tidak menghabiskan sarapan kamu, Mike." daddy mengambil sabun colek yang ada di sisi westafel, menuangkannya ke atas tangan lalu menggosok-gosonknya kuat. Wajahnya yang serius dan sok sibuk banget itu, mendelik ke gue. Mungkin niatnya mau membikin gue takut. But, sorry dad, mending gue kelaparan dari pada keracunan makanan yang dad bikin.

"Daddy, kalau Mike boleh lebai, Mike pasti akan langsung mati jika Mike memakan masakan Daddy. Daddy menyebutnya telur ceplok? Di mata Mike itu kayak kue cucur gosong item, yang kalau dikasi ke ayam, ayamnya langsung ayan," gue memencet-mencet tombol nomor yang ada di bodi telepon dengan gemas.

Mata daddy melotot, hidungnya kembang kempis, mungkin daddy lagi menahan amarah. Mike benar-benar minta maaf dad. Makanan daddy itu nggak banget. Minus seratus dari seratus.

"Kamu mau menelepon siapa, Mike? Jangan bikin daddy malu pagi-pagi gini. Mending kamu duduk di tempat kamu, biar daddy delivery saja," daddy membilas luka bakar di tangannya, mematikan keran air lalu mengelapnya ke celemek.

"Oh, Mike akan merekam omongan daddy barusan," gue menantang, mendengus keras. "Supaya mommy bisa dengar dan memutuskan hukuman apa yang pantes buat suaminya karena udah nyekoki anak ganteng semata wayangnya dengan junk food," suara tuut pelan dari speaker telepon menyapa telinga. "Dan oh, Mike menghubungi ahli gizi Mike, yang selama hampir delapan bulan ini, menyelamatkan Mike dari busung lapar akibat nggak ada satu pun masakan daddy yang bisa ditelan mulut Mike."

"Demi Tuhan, siapa yang merasuki anak daddy yang polos jadi menjengkelkan seperti sekarang?" daddy melepas celemek, berjalan menghampiri gue, berusaha merebut gagang telepon, tapi dengan cekatan gue menjauhkannya dari daddy. Terimakasih gue haturkan kepada leluhur mommy yang memiliki tubuh tinggi kayak tiang listrik. Hingga gue yang baru berusia lima belas tahun ini, udah memiliki tinggi 170cm yang sangat menguntungkan buat menghalau apapun yang mau direbut daddy dari gue.

"Mike, tutup teleponnya!" gigi daddy terdengar bergemelatukan, keningnya berlipat-lipat. Oh gosh, apa yang dilihat mommy dari laki-laki menyebalkan ini? "Please, Mike. Kamu lagi tidak ingin memalukan daddy di depan papi lagi, kan? Oke no fast food, kita bisa ke rumah eyang kamu sekarang. Sarapan di sana."

Telepon gue belum diangkat. Suara tuut masih memenuhi telinga kiri gue. "Dan menghabiskan kue jahe mengerikan itu?" gue bergidik, berharap semoga papi cepat mengangkat telepon gue, atau pagi ini gue harus menghabiskan porsi sarapan mengerikan lagi seperti yang udah-udah.

MadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang