29. Blindfold

7.1K 795 370
                                    

Ada yang masih menginginkan kejutan??

WARNING!!! Part ini banyak sekali dialognya, jika ente merasa keberatan membacanya, ane tidak memaksa untuk  melanjutkan.

Beberapa part sebelum end, yippi...





Sesaat Bayu terkesiap, hanyut dalam tatapan dan senyuman lembut laki-lakit tersebut, namun kemudian, seulas senyum kecil tersembul di sudut bibir Bayu, dia menangangguk ringan, sambil menyunggingkan sebelah alisnya. Tangan kanan Bayu terlipat di depan dada, sementara tangan lainnya mengelus dagu berjambangnya. Kepala Bayu sedikit meneleng, menatap lebih bermakna laki-laki itu.

Para wanita yang berada di dekat kerumunan Bayu bersorak heboh. Kalimat puji-pujian terhadap Pangeran Cakra saling tumpang tindih di udara. Mengusik pendengaran Bayu.

Bayu maklum, ketampanan yang ditawarkan Pangeran Cakra memang di atas batas. Jika Andis, Yasin, dan Panji berada di sini, didekatkan dengan Pangeran Cakra, mereka tidak ada apa-apanya. Dilibas begitu saja. Pangeran Cakra memiliki aura sendiri, yang membuatnya merasa disegani dalam sekali tatap. Kharismanya luar biasa. Tatapannya teduh, namun mampu menelanjangi. Benar-benar sosok yang patut dikagumi.

Setelah penampilan dua orang mahasiswa ISI tersebut selesai, Bayu merasa tempatnya berdiri terguncang tatkala cewek-cewek tadi memekik girang, menjerit-jerit histeris, saat secara tak terduga-duga Pangeran Cakra turun dari pendopo dan langsung mendekati mereka.

Sorak sorai cewek-cewek tersebut meneriakkan nama Pangeran Cakra semakin membuat heboh sekitar mereka. Banyak pengunjung Solo Menari menoleh ingin tahu, bahkan tak sedikit yang ikutan nimbrung di keruman tersebut.

Langkah Pangeran Cakra mengayun mantab, guesture memimpin benar-benar mendominsi. Ukiran senyumnya tak luruh, terus terkembang, semakin mempertegas ketampanannya. Kedua bahunya kokoh, kedua lengannya berotot, tidak berlebihan tapi pas. Dadanya bergerak-gerak. Putingnya membuat Bayu khilaf.

Kemudian pangeran Cakra berhenti di depan Bayu, membuat puluhan gadis di sana mimisan seketika. Sebelah tangannya menepuk bahu Bayu, sebelah lagi bertolak pinggang. Senyumnya masih sama. Gantengnya semakin bertambah. Bayu benar-benar kampret didekati laki-laki setampan itu.

"Jauh-jauh dari Surabaya, sampean mau mencari apa, mas?" suaranya berat, merdu, membelai kuping Bayu, timbul tenggelam dengan suara riuhan para penggemar pangeran.

Bayu mengangguk, tersenyum miring, "Mau mencari dukun yang membuat hari-hari saya belakangan ini seperti diserang teror, ndoro."

"Di sini tidak ada dukun, mas. Tapi kalau sampean mencari sosok pengganti dukun yang lebih menawan, ada. Perkenalkan nama saya Cakra," pangeran menyodorkan tangannya.

Bayu menjabat sedikit ragu, "Tapi saya tidak berteman dengan anak level keraton, ndoro. Saya laki-laki udik yang kalau menapakkan kaki di keraton, jejak saya, saking kotornya, langsung dipel."

Pangeran Cakra tertawa, menarik Bayu mendekat ―yang seketika disambut ledakan suara para penggemar pangeran ― ke arahnya lalu berbisik, "Tapi Jin bisa memuaskan lo di ranjang, Jun. Love you," dan sebuah kecupan sekilas laki-laki tersebut daratkan di lubang telinga Bayu.

===

"Lo tahu kan, Jun, kehidupan kita penuh dengan topeng yang terpaksa kita pakai untuk menutupi apa yang ada dalam hati kita sebenarnya," ujar Cakra, menyesap STMJ-nya, manik matanya menelisik kawasan di Jalan Slamet Riyadi, depan Taman Sriwedari.

Semakin malam Jl. Slamet Riyadi semakin rame, para pemuda seakan tumplek blek di sana, sekedar nongkrong-nongkrong, jalan kaki ataupun motoran. Mulai dari para backpacker, wisatawan asing, orang tua, orang pacaran, melebur di jalan tersebut. Menjadi satu, meriuhkan Solo malam yang terang gemintang.

MadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang