Al mulai membuka laptopnya. Karena pekerjaan yang selalu menyibukkannya, sejauh ini dia tidak terlalu memusingkan persoalan asmara atau pasangan hidup. Yang ada di dalam pikirannya hanya bagaimana mengembangkan bisnis dan bisa memberikan hasil yang terbaik untuk perusahaan.

Tuk tuk tuk

"Masuk!!!" Al menyahut lantang hingga terdengar sampai di luar.

Vini masuk ke ruangannya membawa map merah, lantas ia meletakan di atas meja.

"Ini Pak, data calon kepala bagian produksi yang dipindahkan dari kantor cabang," ujar Vini sopan.

"Terima kasih. Kamu bisa kembali bekerja," ucap Al datar tanpa melihat Vini.

"Baik Pak. Saya permisi dulu." Vini keluar dari ruangan itu.

Sudah menjadi santapan sehari-hari bagi Vini, jika big boss-nya seperti itu. Memang itu sikapnya, dingin namun sebenarnya baik hati. Al sibuk melihat laptopnya, tangan kirinya menggapai map merah yang dibawakan Vini tadi. Al menyenderkan punggungnya di sandaran kursi kebesarannya. Dia mulai membuka map itu. Dahinya mengernyit saat melihat lembar foto berukuran 4X6 yang berada paling atas tumpukan biodata orang tersebut.

"Ilyana Kartika Larasati." Al mengeja nama pemilik foto tersebut. "Namanya cantik, secantik parasnya," gumam Al menyunggingkan senyuman tipis di bibirnya.

Al jarang sekali memperlihatkan senyumannya. Hanya orang-orang terdekatlah yang berkesempatan selalu bisa melihat senyum tipis itu. Al membaca profil Lyana, ada rasa tertarik di dalam hatinya untuk lebih mengenal wanita tersebut.

***

Pagi sekali Al sudah sampai di kantor, karena ada pekerjaan yang harus dia selesaikan. Dia terlihat sangat serius menatap laptop yang ada di hadapannya. Saat Al mendongakan kepala, dia melihat dari kaca transparan yang memang sengaja dipasang sebelah pintu untuk mengawasi pekerjaan pegawai dari tempat duduknya. Mata Al menangkap seorang wanita yang berjalan anggun ingin masuk ke ruang yang berhadapan dengan ruangannya. Al memegangi dadanya.

"Jangan hadir di saat yang tidak tepat. Tolong normalkan detak jantungku ini Tuhan," doa Al dalam hati sambil memegang dadanya yang terasa nyeri karena detakannya berjalan abnormal.

Saat dia sampai di ambang pintu, wanita yang merasa diperhatikan Al menoleh. Dia melihat wajah Al yang penuh peluh, dan hazel-nya menatapnya kagum. Wanita itu tersenyum sangat manis, dan menganggukan kepalanya untuk menyapanya. Al yang merasa kepergok sedang memerhatikan wanita itu, menjadi salah tingkah. Al menarik tisu yang ada di atas meja kerjanya, lalu mengelap keringat yang sudah membanjiri dahinya. Al menelan ludahnya susah payah, lantas mengangguk membalas sapaan wanita tanpa senyuman.

"Tuhan, mengapa jantungku berdetak lebih kencang saat menatap hazel pria itu. Rasanya sudah lama sekali jantungku ini tidak merasakan detakan dan getaran ini." Lyana membatin, matanya tak lepas untuk memandang Al.

Kedua hazel mereka bertemu dari pembatas kaca yang cukup tebal, namun mereka dapat merasakan getaran yang sama di dalam hati, tanpa mereka duga itu adalah getaran cinta.

"Nona Prilly," panggil seorang wanita memudarkan lamunan Prilly.

"Iya Hanny," jawab Prilly menoleh, melihat Hanny sekertaris barunya.

"Nanti ada pertemuan seluruh dewan redaksi dan CEO untuk perkenalan kepala bagian produksi yang baru," jelas Hanny menyampaikan jadwal pertama yang harus Prilly lakukan untuk mengawali harinya bekerja di kantor pusat itu.

TAKDIR (Komplet)Where stories live. Discover now