"Kau duluan saja, sepertinya ada seseorang yang membutuhkan bantuanku,"CayZ berkata sambil melirik seseorang yang tertidur di meja bartender.

"Oh, baiklah." Wangyu mengangguk.
Ketika Wangyu melangkahkan kaki kembali, sejenak dia memandang CayZ yang tiba tiba saja sudah duduk di samping seseorang. Pemuda berambut pirang, dengan wajah memerah yang tertidur. Bukankah dia dokter Chen Qiushi ?
Wangyu menyeringai, dia kembali berbalik mengikuti CayZ yang duduk nyaman sambil meminum segelas wine.

"Dia temanmu?" Wangyu bertanya sambil bergabung di sisi kiri Qiushi. Sementara CayZ berada di sisi kanan pemuda yang terlelap itu.

"Kenapa kau tak pulang?"

"Sepertinya aku butuh hiburan, dan disini banyak sekali hiburan yang menarik,"Wangyu melirik Qiushi.

CayZ mengepalkan tangan menahan emosi. Sejenak ia mengambil nafas kemudian memanggil bartender untuk membiarkannya minum.

"Heh.. aku tak menyangka Zhaoge juga menikmati keindahan dari sisi ini.." mata Wangyu menatap lekat wajah pulas dokter muda di sampingnya. Mengirim pesan tersirat pada pemuda satunya yang kini mulai duduk tak tenang.

"Apa mau mu?" CayZ menenggak minumannya.
Sudut bibir Wangyu tertarik ke samping. Ia mengambil gelas bir Qiushi, menggoyang-goyangkan isinya dan menjilati ujung gelas itu sebelum menenggak habis sisa bir di dalamnya.

"Aku suka mengambil  sesuatu yang ditargetkan orang lain. Memiliki sesuatu yang menjadi dambaan orang adalah sebuah prestasi tersendiri.. bukankah begitu? Zhouge.."

"Cihhh, kau memang tipe orang yang suka melakukan permainan rupanya," CayZ menyeringai, dia menegak minumannya kembali.

"Seharusnya kau tau akan hal itu,"

"Kau......"

'Brakkkkk'

Sebuah hentakan keras memotong ucapan mereka, Chen Qiushi menggebrag meja dengan keras, wajahnya memerah bagaikan kepiting rebus. Matanya terpejam erat, bau alkohol tercium dari bibirnya.

"Kalian berisik! Hikkk, kalian mengganggu tidurku!!"racaunya.
CayZ dan Wangqing terdiam ketika Qiushi menyambar jaketnya, berjalan sempoyongan hingga menabrak kursi yang berjejer di depannya. Tak memperdulikan sekitar, dia terus berjalan ingin keluar dari keramaian yang ditimbulkan.

"Cih, nikmati hiburanmu sendiri!!" CayZ berjalan menyusul Qiushi, membuat Wangyu menyeringai di tempat sambil meneguk wine merahnya.
Wangyu mangambil korek api, menyulut rokok dan menghisapnya perlahan. Kemudian dia mengambil handpone di sakunya, mendial nomer orang kepercayaannya .
"Malam ini siapkan wanita berambut pirang pendek."

xxxDecadexxxx

"Ai yo.."

Qiushi memijat kepalanya yang berdenyut seperti habis dipukul tongkat baseball. Ia bersyukur masih bisa berdiri untuk mandi dan bergegas ke kantor sebelum terlambat. Kantor sudah ramai dengan karyawan yang lalu-lalang menyelesaikan pekerjaan mereka masing-masing ketika ia datang. Berkali-kali ia menerima tatapan aneh dari beberapa orang yang ia temui karena berjalan sempoyongan. Bahkan ia sudah menolak entah berapa pria yang menawarkan bantuan (penuh pamrih) untuk membawanya ke klinik. 

Pria-pria bejat itu masih belum jera juga ternyata. Heh! Liat saja nanti.. gumam Qiushi sambil berusaha membuka pintu ruang klinik. Terlalu malas mengambil kunci utama di ruang penyimpanan, ia memakai kunci cadangan dimiliki.  Sebenarnya berapa gelas bir yang ia minum semalam? Ia hanya ingat memesan gelas keempat dan.. entahlah.. semua ingatannya mengabur sampai disitu. Bahkan ia tidak ingat bagaimana ia bisa pulang. Ah, mungkin bartender tampan itu mengantarnya lagi seperti biasa. Ia harus memberikannya tips lebih nanti malam.

Stubborn LoveWhere stories live. Discover now