"Oke aku akan tiba tepat waktu."

"Apaan yang tepat waktu?" Muna berdiri sambil membawa piring kecil berisi dessert buatan Tante Mira.

"Besok hyung akan menemaniku berubah menjadi lebih baik." Muna melirikku bingung. "Hyung?"

"Sudahlah kakak tidak mengerti jalinan kasih kami. Tanpa sadar kita sudah terkoneksi." jawab Nizar. Aku tertawa, harus ku akui dua kakak beradik ini mampu membuat aku terperdaya dengan cara mereka berbicara.

"Tapi ada syaratnya Zar." aku memegang pundaknya. Dia menunggu jawaban dariku. "Rambut kamu ini harus dipangkas." wajahnya menegang.

"Ah iya benar Rez. Tatanan rambut ini harus dibumi hanguskan dari muka bumi ini. Ah membuatku muak melihatnya. Mataku bisa kena syndrome jereng kalo kelamaan menatapnya. Merusak konsentrasi dan mengganggu aliran darahku. Apa sekarang saja yah? Dibotakin saja kebetulan ada alat cukurnya di sini Rez." penjelasan Muna membuat Nizar menggeleng.

"Yah jangan kak.. Dikira aku tahanan baru keluar penjara."

"Nggak bisa kamu musti nurut sama kakak. Mau aku aduin sama mama dvd yang kamu punya?" ancam Muna. Nizar diam tidak berkutik.

"Muna.." aku menarik tangan Muna dan menggelengkan kepala. Nizar ini masih muda masa dimana ia penasaran, menyikapinya jangan ditantang tetapi dibimbing.

"Zar rambut kamu itu bisa keren tanpa harus diwarnai aneka ragam. Percaya aku pasti keren deh. Dijamin para wanita akan bertekuk lutut sama kamu." rayuku pelan.

"Wah bener nih yah hyung?" aku mengangguk. "Demi peradaban dunia aku mau menuruti hyung." apa kata lo deh Zar..

"Nizar tolongin mama kemari." panggil Tante Mira. Nizarpun pergi ke dalam. Aku menarik Muna duduk di sebelahku.

"Besok kamu ikut juga yah. Sehabis itu kita makan malam. Besoknya kan aku balik ke Jakarta." Muna mengangguk, ada tatapan tak terima sebenarnya. Bolehkan aku mengira dia keberatan jika aku pulang lebih dahulu?

"Apa aku pulang bareng kamu aja?" tawarnya dengan wajah sedikit tak rela. Ah aku ingin mencubit pipinya. Gemas.

"Nggak perlu. Kamu puas-puasin dengan mama dan Nizar di sini. Setelah itu kamu kembali bersama aku. Kamu mau melanjutkan kuliah atau apa?" Muna berfikir kembali.

"Aku mau kerja sama kamu aja di RezkyBar sekalian mencicil hutangku yang begitu banyak sama kamu. Kamu sangat baik sama aku Rez. Memberikan aku tempat tinggal bahkan kepercayaan." Muna menggenggam tanganku.

Bagaimana aku memulai pembicaraan mengenai papanya yah? Melihat wajahnya yang berseri seperti ini membuatku takut.

"Rez kenapa diam?"

"Aku balik dulu yah. Besok kembali lagi." Muna menggeleng. "Makan dulu pencuci mulut ini." Akupun menerima dessert dengan riang. Hidupku terasa normal akhir-akhir ini.

Hey kalian para playboy bertobatlah! Serius hidup normal dengan fokus kepada satu wanita membuat jiwa dan hati searah sejalan menuju masadepan yang dapat kita raba. Ah Rezky kau bicara apa.

Pokoknya lazis sekarang hidupku.

•••

"Makasih untuk hari ini Rez. Nizar kembali ceria dan mulai bisa bergaya normal seumuran dirinya." malam ini kami sedang duduk di depan mobilku. Tepatnya duduk di atas mobil. Seharian ini aku menghabiskan waktu bersama Muna dan Nizar. Merombak habis gaya Nizar menuju era kebangkitannya. Ah seperti itulah kata calon adik iparku.

Bonus Palsu Where stories live. Discover now